17. Yang Akan Dikenang

21.2K 2K 112
                                    

03 Juli

Dapet puisi lagi dari doi. Haha... Puisi nyontek-_-

***

"Iqbaaalll!" (namakamu) berlari mengejar Iqbaal yang berlari diantara orang-orang yang tengah menikmati car free day.

(Namakamu) mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Iqbaal dan menariknya berhenti. Ia tertawa kecil karna berhasil menghentikan Iqbaal dan mencengkram lengannya agar tidak meninggalkannya lagi.

"Capek Pumpkin?" tanya Iqbaal dengan sesekali mengusap keringat di pelipis (namakamu).

"Lo sih pake lari-lari," ucap (namakamu) seraya memukul pelan bahu Iqbaal dan kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Iqbaal.

"Kan gue sengaja bikin lo keringetan. Habisnya, lo kalo keringetan gitu jadi makin cantik."

"Lebay."

"Nggak lebay, emang kenyataan." Iqbaal menarik bahu (namakamu) mendekat. Merangkulnya dengan lembut dan kembali melangkah.

"Masa sih gue cantik?" tanya (namakamu). Kedua matanya menyipit dan wajahnya mendekat pada Iqbaal.

Iqbaal tersenyum. Dengan gerakan cepat, ia memberikan kecupan kecil di pelipis (namakamu), lalu berkata, "Lo jelek." Dan Iqbaal mengakhiri kata-katanya dengan kembali berlari meninggalkan (namakamu).

"Iqbaal!" (namakamu) kembali mengejar Iqbaal yang terus meledeknya dan melambaikan tangan agar ia berlari lebih cepat.

(Namakamu) menghentikan laju larinya, menarik napas dalam-dalam dan memilih untuk duduk di trotoar. Tidak lagi mengejar Iqbaal yang saat ini juga berhenti dan terus memanggilnya agar kembali berdiri.

"Udah, ah, gue capek!"

Iqbaal terlihat menghela napas dan melangkah mendekat. Iqbaal duduk di samping (namakamu) yang terlihat lelah karna mengejarnya.

"Gue punya sesuatu buat lo." Iqbaal merogoh saku celana pendeknya dan memberikan (namakamu) kertas yang terlipat rapi.

(Namakamu) meraih kertas itu dengan mata menyipit. "Ini surat tagihan ya?"

"Iya, surat tagihan cinta dari gue." jawab Iqbaal asal.

"Apaan sih...," desis (namakamu).

(Namakamu) membuka lipatan demi lipatan kertas dari Iqbaal. Membacanya sejenak dan kemudian menatap Iqbaal.

"Puisi?" tanya (namakamu).

Iqbaal mengangguk. "Nggak bagus sih. Iya, gue tau gue nggak bisa nulis puisi yang baik trus romantis. Tapi, itu asli dari hati gue."

"Gue baca boleh?" (namakamu) kembali bertanya.

"Nggak," jawab Iqbaal cepat.

(Namakamu) menekuk wajahnya. "Kalo nggak boleh kenapa dikasih kegue?"

"Udah gue kasih ke elo ya itu artinya harus baca! Nggak usah sok o'on deh, Pumpkin," jawab Iqbaal dengan nada gemas yang membuat (namakamu) sedikit menghindar karna yakin Iqbaal akan mencubit kedua pipinya seperti biasa.

(Namakamu) membuka lebar-lebar kertas itu dan berdehem sejenak. Ia terdiam beberapa detik dan kemudian tertawa.

"Kenapa ketawa? Absurd? Emang." Iqbaal mengalihkan pandangannya dari (namakamu) dengan kesal. Gadis itu meremehkan puisinya.

"Teruntuk kamu hidup dan matiku
Aku tak tahu lagi harus dengan kata apa aku menuliskannya
Atau dengan kalimat apa aku mengungkapkannya
Karna untuk keberkian kalinya
Kau buat aku kembali percaya akan kata cinta
Dan benar bahwa cinta masih berkuasa diatas segalanya
Ketika hati yang mudah rapuh ini
Diuji oleh duniawi diuji oleh materi
Untuk kesekian kali lagi lagi dan lagi."

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang