19. Terasa Berbeda

18.5K 2K 197
                                    

12 Juli

Iqbaal nggak kayak biasanya:(

***

Salsha berlari mengejar (namakamu) yang baru saja menaiki tangga. Di tangannya terdapat bingkisan yang dibungkus dengan kresek hitam. Dan Salsha harus menyerahkannya pada (namakamu) pagi ini.

"(Namakamu)!"

Salsha menarik lengan (namakamu) dan menghentikan langkah gadis itu. Salsha sedikit mengatur napasnya yang terengah karna berlari, sebelum menyerahkan bingkisan itu pada (namakamu).

"Dari Iqbaal," ucap Salsha, setelah napasnya kembali teratur.

(Namakamu) meraih bingkisan itu dan melirik isinya sedikit. "Apaan nih?" tanya (namakamu).

"Lo tanya aja sama Iqbaal. Gue cuma diancem mau dicomblangin sama Aldi kalo gue nggak ngasih ini sama lo secepatnya." Salsha berubah kesal.

"Emang kenapa Iqbaal nggak ngasih sendiri?" (namakamu) kembali bertanya.

Salsha menghela napas. "Lo tanya aja sendiri. Iqbaal kan emang rada sinting," jawab Salsha.

(Namakamu) membuka bingkisan itu karna rasa penasaran yang tinggi. (Namakamu) meminta Salsha memegang kresek dan kertas yang tadi membungkus isi bingkisan itu.

Senyum (namakamu) mengembang saat melihat syal marun polos tanpa motif. Sederhana tapi bisa membuat hati (namakamu) menghangat.

Salsha menghela napas berat. "Ya ampun, gue itu bener-bener ngiri banget sama lo. Lo bisa buat seorang Iqbaal yang awalnya tengil banget, rese, sinting, gak jelas itu bisa jadi seromantis ini sama lo. Lo lucky girl banget sumpah!"

(Namakamu) tertawa pelan mendengar ucapan Salsha. Ia sendiri sebenarnya tidak tahu kenapa Iqbaal bisa berubah semanis dan seromantis sekarang. Padahal, sebelumnya ia sangat tidak menyukai Iqbaal.

"Mungkin itu yang namanya takdir, Sha." (namakamu) kembali melangkahkan kakinya menaiki satu per satu anak tangga.

"Takdir?" tanya Salsha yang kini berjalan sejajar dengan (namakamu).

(Namakamu) mengangguk. "Nggak ada yang tahu kalau selama ini gue berharapnya jatuh cinta sama siapa. Bukan sama Iqbaal."

"Terus siapa yang lo harapin?" tanya Salsha.

"Kak Ari."

Salsha tampak terkejut mendengar jawaban (namakamu). "Kak Ari?"

(Namakamu) kembali mengangguk. "Iqbaal, sejak dia berubah setahun yang lalu. Gue nggak pernah berharap kalo gue bakal jatuh cinta lagi sama dia. Gue udah ngubur perasaan gue dalam-dalam. Dan saat itu yang deket sama gue ya Kak Ari. Dia ngasih gue perhatian, selalu ada buat gue, dan pernah buat gue nyaman. Ya, karna itu gue berharap banget kalo gue bisa jatuh cinta sama Kak Ari. Tapi, nyatanya?"

"Lo sukanya sama Iqbaal?"

(Namakamu) menarik napas berat dan menganggukkan kepalanya. "Bener kata orang, Sha. Benci sama cinta itu beda tipis. Dan gue baru sadar, kalau selama ini perasaan gue ke Iqbaal itu bukan benci. Tapi, sayang. Gue percaya, Tuhan nggak akan pernah salah buat kita jatuh cinta sama orang yang menurut-Nya tepat. Dan, Iqbaal adalah orang yang tepat buat gue sayang."

Salsha tersenyum manis mendengar perkataan (namakamu). Terlihat jelas seberapa besar sayangnya (namakamu) pada Iqbaal. Dan seberapa besar rasa takut yang terpancar dari kedua mata (namakamu). Rasa takut kehilangan.

"Gue harap gue bisa seberuntung lo, (namakamu)."

***

Bastian dan Aldi berlari kecil menghampiri Iqbaal yang kini berjalan di koridor menuju kelas. Keduanya menepuk bahu Iqbaal dan membuat langkah Iqbaal terhenti.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang