31 Mei
Gue nggak tau apa gue masih punya rasa suka sama si Iqbaal atau enggak. Tapi gue ngerasa sesak pas dia dateng dengan kondisi yang masih banyak luka gara-gara kemarin. Gue ngerasa... kalo gue nggak mau liat dia sakit. Gue nggak ngerti.
***
Kakaknya benar-benar serius menguncinya di dalam kamar, melarangnya untuk pergi ke sekolah. Tapi, selalu ada cara yang bisa Iqbaal lakukan untuk pergi dan menepati janji pada (namakamu).
Iqbaal melemparkan tasnya keluar dari jendela dan ia memperhatikan sekelilingnya. Melihat apakah ada orang di sekitar jendela kamarnya atau tidak. Setelah merasa aman, Iqbaal melompat dengan hati-hati. Jarak jendela kamarnya dengan tanah dibawah lumayan tinggi. Dan Iqbaal harus benar-benar memperhitungkan jaraknya agar tidak salah tumpuan ketika melompat kebawah.
Iqbaal mendarat dengan sukses meskipun ada ekspresi meringis diwajahnya ketika ia sampai dibawah. Mungkin, itu karna luka-lukanya kemarin. Ia meraih tasnya dengan cepat, merapikan sedikit bajunya dan berlari keluar dari pagar. Ia tidak mungkin membawa motor atau mobil. Kakaknya pasti akan tahu kalau dia keluar. Dan Iqbaal memutuskan angkotan kota yang akan mengantarkannya ke sekolah hari ini.
***
(Namakamu) berdiri dengan punggung bersandar pada dinding belakang gedung sekolahnya. Ia sudah menunggu Iqbaal sejak sepuluh menit yang lalu. (Namakamu) sengaja berangkat lebih awal agar punya waktu berbicara dengan Iqbaal lebih lama.
(Namakamu) menatap sesuatu dari dalam saku baju seragamnya. Menatapnya beberapa detik dan kembali memasukkannya kedalam saku seperti semula.
"Ini kenapa gue jadi pengen banget ketemu sama Iqbaal sih? Pake ngasih dia hadiah segala lagi." (namakamu) mengusa wajahnya dan mengehela napas.
"Gue nggak mungkin kan masih suka sama Iqbaal? Gue pasti cuma khawatir aja sama dia. Soalnya, kan kemarin dia sempet pingsan habis jatuh," gumam (namakamu).
(Namakamu) menggeleng menghalau perasaannya yang menurutnya aneh. (Namakamu) tidak mau berpikir yang macam-macam tentang hatinya. Karena, dia yakin perasaan itu sudah hilang sejak Iqbaal berubah setahun lalu.
Iqbaal datang dengan grasak-grusuk. Napasnya tersengal dan tubuhnya sedikit merunduk karna lelah. "Sori gue telat Pumpkin, tadi abang angkotnya masuk angin terus dia muntah-muntah di jalan. Jadinya, angkotnya sempet kepending," ucapnya dengan susah payah di tengah napasnya yang masih terputus-putus.
(Namakamu) sempat diam beberapa saat ketika Iqbaal datang dengan napas terengah. Luka di wajah yang tertutup plaster dan luka di tangan yang diperban membuatnya terpaku untuk beberapa menit.
"Lo kan emang orangnya nggak on time," ucap (namakamu).
"Gue on time kok! Kalo mau nyalahin ya jangan nyalahin gue lah, salahin noh sopir angkotnya, siapa suruh masuk angin dan bikin pangeran lo ini telat nemuin lo."
"Lo kan bisa lari, kaki lo kan nggak terlalu parah."
"Kalo gue lari, gue keringetan, terus gue bau dan lo bakal ninggalin gue gara-gara gue bau keringet."
"Cari angkot lain kek, emang gue cewek apaan lo suruh nunggu dari pagi buta disini."
"Udah tau gue lagi kering, belum dapet kiriman dari Oma atau Ayah. Eh tapi, pagi itu buta ya? Emang langit kalau buta itu gimana sih? Matanya dimana?" Iqbaal mengakhiri kata-katanya dengan pertanyaan polos anak TK. Entah itu disengaja atau tidak, yang pasti saat ini Iqbaal keliatan bego banget di depan 'gebetan'.
(Namakamu) menatap Iqbaal dengan wajah datar. Adu mulut tadi membuatnya merasa kesal pada Iqbaal. Dengan gemas, ia menoyor kening Iqbaal dan membuat Iqbaal membuang eskpresi wajah sok polosnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]
FanfictionJail dan nyebelin adalah sifat Iqbaal yang muncul tiba-tiba sejak setahun yang lalu setelah Iqbaal kecelakaan. (Namakamu) Clarissa menjadi satu-satunya korban favorite Iqbaal setiap harinya. Tiada hari tanpa kejahilan Iqbaal. Dan ia muak dengan itu...