Nona Tamtay terus berdiri diam, pikirannya terus bekerja keras, hingga tak sadar ia bahwa sang waktu telah berjalan terus, sampai kemudian, ketika ia angkat kepalanya memandang ke arah Tan Hong, anak muda itu telah lenyap dari tempatnya meloneng tadi.
"Rupanya sia-sia ia menantikan aku, ia sudah lantas pergi tidur," ia berpikir.
Karena ini, Keng Beng lantas membalik tubuh, untuk jalan kembali. Tengah ia keluar dari gunung-gunungan, ia lihat satu tubuh berkelebat di antara pohon-pohon bunga,segera ia lompat maju untuk memapaki, segera In Loei tampak di depannya.
"Oh, entjie." ia membuka suara. "Sudah begini malam, kenapa kau masih belum tidur?"
Nona In melengak.
"Aku baharu saja tunggui kakak tidur," ia menyahut kemudian. "Aku keluar untuk mencari angin....."
"Bagaimana keadaannya kakakmu?" Keng Beng tanya pula.
"Terima kasih, entjie. Sungguh kau pandai mengobati, sekarang bengkaknya lengan kakakku telah kempes delapan atau sembilan bagian. Aku percaya, besok kakakku akan sudah dapat turun dari pembaringan."
Selagi mengucap demikian. In Loei merasa sangat heran. Ia berpikir: "Tadi di waktu merawat kakak, dia bersikap sangat tawar, mengapa sekarang dia sangat ramah tamah terhadap aku?"Keng Beng bersenyum. Ia seperti tidak ambil pusing bahwa orang heran, ia malah ulur tangannya ke pundak nona itu, ia dekatkan mulutnya kekuping si nona. Terus saja ia berbisik: "Entjie, jangan kau mengucap terima kasih terhadap aku..... kau seharusnya bersyukur kepada Tan Hong....."
In Loei makin jadi heran. "Apa?" tanyanya.
"Obat adalah kepunyaannya, pun cara mengobatinya dialah yang mengajarinya padaku," Nona Tamtay jawab.
"Oh!" In Loei berseru, lalu ia bungkam, matanya mendelong. Untuk sejenak itu tak dapat ia berkata-kata.Keng Beng melanjutkan perkataannya. Ia kata: "Kemarin dia lihat In Toako memaksa kau keluarkan itu surat wasiat kulit kambing yang berdarah, dia tidak menghendaki kau dan kakakmu ketahui bahwa dialah yang memberi obat, maka dia pinjam tanganku."
Mendengar itu, di dalam hatinya, In Loei kata: "Kiranya kemarin mereka bicarakan urusan ini, nyatalah anggapanku itu keliru." Karena ini, ia jadi bersyukur kepada Tan Hong, ia menginsyafi perhatiannya anak muda itu. "Ah, mengapa ia mesti berbuat demikian?" katanya, menanya.
"Umpama akupun menyukai satu orang, aku akan berbuat demikian juga," ia bilang.
"Asal saja orang akan merasa beruntung, tidak ada artinya kalau kita sendiri rugi sedikit....."
Kembali In Loei melengak.
"Nona ini baharu kenal aku, kenapa dia bergurau begini rupa?" ia pikir. Tapi ia merasa bahwa orang rupanya bersungguh-sungguh, maka ia menatap, hingga sinar kedua pasang mata jadi bentrok satu pada lain. Ia lantas lihat bahwa pada senyuman nona itu ada apaapa yang dingin.
Nona Keng Beng ada cerdik sekali, melihat wajahnya In Loei, ia menduga bahwa orang masih bercuriga, maka itu, ia gigit kedua baris giginya dengan keras, untuk menguasai dirinya, guna cegah berdenyutnya jantungnya.
"Kakakmu adalah satu laki-laki, entjie, hanya sayang ia sedikit keras kepala," ia bilang.
Kembali heran In Loei akan dengar kata-kata itu, akan tetapi kakaknya dipuji, ia lantas tertawa. Apakah kau hanya punya satu kakak?" Keng Beng tanya pula, secara mendadak.
"Ya, aku hanya punya seorang kakak," In Loei jawab.
"Apakah ada lain orang lagi dalam rumahmu?" lagi-lagi Keng Beng tanya.
"Masih ada ibuku, tetapi sekarang ia berada di Mongolia, entah di mana," In Loei jawab. "Di belakang hari, akan aku cari ibuku itu....."
"Kecuali ibu, apakah tidak ada lagi sanak terdekat?" Keng Beng tanya pula. Ia seperti tak habisnya menanya.
"Tidak ada lagi. Kakakku masih belum menikah."
"Oh, entjie belum punya enso?"
Sampai di situ, keheranan In Loei bersalin rupa. Terang si nona tengah mencari jalan untuk bicara tentang kakaknya. Mulanya ia menyangka, nona itu menaruh hati kepada Tan Hong, tapi nyatanya sekarang bahwa dia sebenarnya memperhatikan kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thian San 2 : Dua Musuh Turunan (Peng Cong Hiap Eng)
Ficção GeralMerupakan cerita kedua dari serial Thian-san karangan Liang Ie Shen. Salah satu karya Liang Ie Shen yang terbaik. Yang paling mengesankan dari cersil ini adalah romantismenya. Pendekar dara remaja In Lui, bertemu dan bersahabat dengan pendekar gagah...