Dengan membelakangi kereta persakitan, Hong Hoe menuding To Hoan dengan golok Biantoo-nya, sambil tertawa, ia kata: "Tjinsamkay mari kita bertempur pula tiga ratus jurus!" Kemudian ia melirik pada In Loei sambil menambahkan: "Bagus, bagus, kau pun datang bersama. Baiklah kamu boleh maju berbareng! Aku sendiri, aku tidak membutuhkan lain pembantu!"
To Hoan rasakan mukanya menjadi panas sekali, ia gusar tak kepalang.
"Hari ini kita bertempur untuk kawan masing-masing!" ia kata dengan sengit. "Tidak peduli jumlah kamu jauh terlebih besar, hendak aku adu jiwaku!"Lalu dengan jurus "Honghouw inliong' "Harimau di antara angin dan naga di dalam mega," ia menyerang hebat sekali dengan toya-nya, anginnya pun menyambar keras.
Dengan tubuh tidak bergerak dari tempatnya berdiri, Thio Hong Hoe tangkis serangan toya Tjinsamkay, begitu pula ketika In Loei menikam, ia halau ujung pedang Tjengbeng kiam itu, sesudah mana dengan kegesitannya, ia balas menyerang, beruntun tiga kali.
Diam-diam Tjinsamkay mengeluh dalam hatinya. Serangan dahsyatnya telah gagal.Siapa tahu, musuh ada terlebih hebat daripadanya, tak peduli ia berdua. Terpaksa ia ubah caranya bersilat, satu kali ia menyampok sambil memutar tubuhnya.
In Loei di lain pihak memperlihatkan kepesatan-nya bergerak, ia menyerang seperti kawannya, sama sekali tak sudi ia kalah desak.
Hong Hoe tangguh, dibanding dengan To Hoan, ia menang satu tingkat, maka itu dengan tambah lawan dalam dirinya nona In, berselang tiga puluh jurus, repot juga ia,hingga ia terdesak mundur. In Loei cerdik sekali, menggunakan ketikanya yang baik,dengan kegesitannya, ia tinggalkan lawannya, yang ia biarkan dilayani To Hoan, ia sendiri lompat melesat ke kereta persakitan.
Tegang hati si nona. Tidak ia sangka, Hong Hoe dapat dilewatkan secara demikian mudah. Ia merasa curiga juga. Apakah benar Hong Hoe demikian alpa? Akan tetapi,dalam keadaan itu, tak sempat In Loei berpikir lama. Maka juga, dengan cepat ia singkap penutup kereta persakitan itu!.
Di dalam kereta terdapat satu tubuh orang yang merengket, karena kereta ditutupi kain penutup, maka orang tak dapat melihat dengan jelas. Walaupun begitu, In Loei menjadi sangat girang.
"Tjioe Toako." ia berseru. Dan ia pindahkan pedangnya dari tangan kanan ke tangan kiri, lalu dengan tangan itu ia menyambar tubuhnya San Bin.
Tiba-tiba tubuh yang merengket itu perdengarkan tertawa iblis "Hm! Hm!" Tubuh itu pun berbangkit, sebelah tangannya menyambar, menyekal keras lengannya In Loei di bahagian nadi.
Tidak terkira kagetnya si nona. Sungguh ia tidak menyangka."Silakan masuk!" terdengar tubuh merengket itu bersuara sambil terus menarik dengan keras.
Tanpa ia berkuasa, tubuh In Loei tertarik masuk ke dalam kerangkeng. Ketika ia terbetot pedangnya di tangan kiri itu menyambar tenda hingga tenda itu robek dan mendatangkan cahaya terang."Ah, kiranya kau?" seru orang yang merengket itu, agaknya ia terkejut.In Loei cerdik, ia tidak menjadi gugup, selagi orang tercengang, pedangnya digerakkan,menikam tangan orang. Orang itu kaget, ia lepaskan cekalannya, terus ia lompat keluar dari kerangkeng. Atas itu, In Loei lompat keluar juga.
Sekarang, di udara terbuka In Loei dapat melihat dengan tegas orang yang tubuhnya merengket itu yang memakai kopiah menutupi mukanya, hingga tampak hanya sepasang matanya yang jelilatan tajam. Nyata dia adalah si gembala bangsa Mongolia yang kemarin ini — ialah orang yang menyerang si pangeran asing.
Tak berjauhan jaraknya ia berdiri berhadapan dengan orang itu, masih nona In mengawasi dengan tajam. Ia melihat tegas sekali. Maka tidak salah, orang ini, yang tubuhnya kurus, adalah si orang bertopeng juga! Ia menjadi girang berbareng heran.
"Tahukah kau dikereta mana adanya Tjioe Toako?" ia tanya. Ia pikir, orang ini mesti ada kawannya sendiri. Dia toh yang mengusulkan tipu kepada To Hoan untuk mencegat si pangeran, untuk membekuk pangeran itu. Dia pun secara diam-diam sudah membantu padanya. Tapi, jawaban yang ia peroleh ada di luar sangkaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thian San 2 : Dua Musuh Turunan (Peng Cong Hiap Eng)
Fiksi UmumMerupakan cerita kedua dari serial Thian-san karangan Liang Ie Shen. Salah satu karya Liang Ie Shen yang terbaik. Yang paling mengesankan dari cersil ini adalah romantismenya. Pendekar dara remaja In Lui, bertemu dan bersahabat dengan pendekar gagah...