XXIV

489 5 0
                                    

Justru itu terdengar suara kuda lari mendatangi. Tan Hong semua berpaling. Mereka lihat dua serdadu Watzu, yang rupanya tengah meronda. Menampak dua serdadu itu, Tan Hong tertawa.

"Mengandal kepada mereka berdua, aku tanggung kau akan sampai di Pakkhia," ia kata.
Kedua serdadu Watzu sementara itu nampaknya heran. Mereka lihat dua perwira Watzu bersama satu perwira Han. Maka segera mereka menghampiri.

Tan Hong berdua In Loei bertindak sangat cepat. Sekejap saja mereka sudah sampok terlepas senjata kedua serdadu Watztu itu, lalu diancamkan pedangnya ke batang leher mereka.

"Kamu mau hidup atau mati?" Tan Hong mengancam.
"Mau hidup..." sahut kedua serdadu, yang putus asa.
"Baik!" kata Tan Hong. "Adik kecil, bawa dia seratus tindak jauhnya, tanyakan padanya pertandaan hari ini."

In Loei menurut, ia tarik serdadu yang satu.
"Bagus!" kata pula Tan Hong, suaranya keras. "Sekarang mari kita mulai tanya mereka! Jikalau penyahutan mereka berbeda, itu tandanya mereka mendusta, maka adik kecil, kau boleh lantas tabas padanya!"

Dengan sempurnanya Iweekang-nya, walaupun mereka terpisah seratus tindak, suara Tan Hong itu dapat didengar jelas sekali oleh In Loei. Coba Tan Hong ada lain orang, tidak nanti suaranya itu dapat terdengar.

Hong Hoe kagumi anak muda ini.

"Tan Hong benar teliti," kata dia dalam hatinya. "Jikalau mereka ini tidak dipisahkan,umpama mereka menyahuti secara palsu, sulit untuk mengetahui kedustaan mereka."

Tan Hong sudah tanya si serdadu dan ia telah peroleh jawabannya.

"Bagaimana?" dia tanya In Loei.
"Dia kata tanda-kata hari ini adalah bidadari," jawab In Loei.

Bangsa Watzu juga tahu tadi malam adalah malaman Tiong Tjioe untuk bangsa Han,mereka sengaja pakai kata-kata "bidadari" untuk tanda kata mereka.

"Akur!" berseru Tan Hong. "Mereka tidak mendustai"

In Loei segera kembali bersama serdadu itu.

Tan Hong bertindak terlebih jauh, dengan sebat ia buka seragam kedua serdadu itu,setelah mana, ia ikat mereka itu di atas pohon.

"Maafkan kami," ia kata pada mereka. "Kalian boleh menunggu di sini sampai sahabatsahabatmu nanti datang menolong kamu." Ia tidak tunggu jawaban lagi, terus ia berkata pada Hong Hoe: "Silakan kau pakai seragam ini."

Hong Hoe menurut, dengan cepat ia salin pakaian.

"Sekarang mari!" mengajak pula Tan Hong. Dan kali ini, dengan masing-masing menunggang seekor kuda — untuk mana kudanya kedua serdadu Watzu itu mereka rampas — ia ajak kedua kawannya mengaburkan kuda mereka .

Hong Hoe kenal baik jalanan itu, ia mengajaknya ambil jalan kecil, untuk memotong jalan. Secara begini dapat mereka menyingkir dari tiap-tiap tangsi bangsa Watzu. Benar mereka kerap kali bertemu serdadu ronda, tetapi dengan mengucapkan perkataan "Bidadari!" mereka selalu bebas dari pemeriksaan. Maka akhirnya, sebelum matahari turun, mereka telah tiba di luar kota Pakkhia. Di sana pasukan depan bangsa Watzu sudah mengatur persiapan untuk bertempur, karena mereka tengah berhadapan dengan tentera Beng. Di antara mereka terdapat tanah perbatasan yang kosong, yaitu no man's land.

Dengan berani Hong Hoe bertiga menerobos dari kalangan tentera Watzu, untuk melintasi tanah kosong, guna menghampiri tentera Han. Mereka lantas disambut hujan panah oleh tentera Beng, akan tetapi mereka maju terus, mereka sampok jatuh setiap anak panah.

Pasukan Beng itu di kepalai oleh Yo Wie, hoetongnia dari Gielim koen, serta Kiekie Touwoet Hoan Tjoen, belum lagi Hong Hoe datang dekat, mereka itu sudah melihat dan mengenali, maka itu dengan lekas mereka larang serdadunya melepaskan panah terlebih jauh, mereka sendiri lantas maju, untuk menyambut.

Thian San 2 : Dua Musuh Turunan (Peng Cong Hiap Eng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang