4 - MASA LALU KIRANI

177 9 0
                                    

"Nomor hape Kak Kirani enggka bisa dihubungin, Vin!" seru Arka frustrasi. Setelah menghubungi nomor Kirani yang tersimpan di ponselnya, ia mendesah pasrah lantaran hanya suara operator yang terdengar.

"Yang bener?"

"Iya. Udah dua kali gue telpon, selalu suara operator yang kedengeran. Nomornya salah, katanya."

"Elu salah ketik kali waktu Kak Kirani nyebutin nomer hapenya."

"Orang Kak Kirani sendiri yang ngetik nomer hapenya di hape gue."

"Berarti Kak Kirani yang salah ketik atau Kak Kirani sengaja ngerjain—ah, tapi masa sih Kak Kirani ngerjain elo?"

"Terus gimana, dong?"

"Elu minta lagi nomer hapenya."

"Enteng banget sih elo ngomong 'minta-minta-nomer-hape'?!"

"Kalo gitu minta di Kak Sam, Kak Kia, Kak Sigit, atau kalo elo nekat, cek di buku biodata murid di ruang kesiswaan."

Arka menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi teras, memandang lampu dengan beberapa ekor serangga malam yang terbang di sekitarnya. Keberanian yang susah payah dikumpulnya untuk menekan ikon telepon berwarna hijau di ponselnya, seketika meleleh.

Apa benar Kirani mengerjainya?

"Halo, Ka> Elo masih di sana?" Suara Alvin membuyarkan lamunan Arka.

"I-Iya, napa, Vin?"

"Enggak. Gue kira elo hilang diculik wewe gombel. Pulsa elo kesedot, tapi elo enggak ngomong-ngomong juga," tutur Alvin. "Gini, deh. Mending elo coba telpon Kak Kia atau Kak Sigit. Lo bilang lo juga minta nomer hape Kak Kia dan Kak Sigit kan tadi? Coba lo cek, nyambung, enggak?"

"Ya, udah, gue coba telpon Kak Sigit sama Kak Kia dulu, deh. Thanks, ya, Bro."

"Yo'i."

"Inget utang pulsa lo, bayar besok!"

"IYEEEE!"

Setelah memutuskan panggilannya pada Alvin, Arka sekali lagi mengecek kontak ponselnya. Digulirnya daftar kontak hingga tulisan background nama "Kia" berubah warna biru. Arka menghirup angin malam, mengembuskannya perlahan, lantas menekan ikon telepon di sebelah nama Kia.

Harap-harap cemas, Arka merapatkan ponselnya pada daun telinganya. Sepersekian detik kemudian, suara tanda panggilan terhubung, terdengar. Oke. Setidaknya, nomor ponsel Kia tidak salah. Cepat-cepat Arka memutuskan panggilan. Toh, dia memang hanya ingin mengecek, apakah nomor ponsel Kia bisa dihubungi atau tidak.

Lantas, Arka melakukan hal yang sama untuk nomor ponsel Sigit. Hasilnya, nomor ponsel Sigit juga tersambung.

Pemuda bersurai hitam itu menarik napas panjang. Apa Kirani memang sengaja memberikan nomor ponsel yang salah?

***

Kia baru saja membelokkan motornya memasuki halaman SMA Harapan Bangsa, terus hingga ke tempat parkir motor untuk murid. Gadis berambut pendek itu tidak datang ke sekolahnya sendiri, ada Kirani yang duduk di boncengan motornya. Biasanya, Kia memang berangkat bersama Kirani, kecuali Kirani tidak masuk sekolah atau gadis itu ingin berangkat sendiri—entah karena dia sedikit terlambat atau ... dia memang ingin sendiri saja.

"Lo yakin kalo orang yang nelpon elo semalam adalah orang itu?" Kia bertanya pada Kirani seiring keduanya berjalan menuju koridor utama setelah memarkir motornya.

FROM THE PAST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang