To: Kak Kirani
Kak, gimana keadaan Kak Kia? Udah masuk sekolah?
From: Kak Kirani
Masih dirawat di rumah sakit. Gue mau jenguk dia pulang sekolah nanti. Mau ikut?
To: Kak Kirani
Boleh, Kak.
From: Kak Kirani
Ya udah. Pulang sekolah nanti tunggu di dekat mading.
To: Kak Kirani
Siap, Kak.
Dan di sanalah Arka berdiri, tidak jauh dari mading. Pemuda itu membaca artikel-artikel yang ada di depannya sambil sesekali menengok ke arah kelas sebelas IPS A. Belum ada tanda-tanda kelas itu akan dibubarkan. Padahal, telah lima menit berlalu sejak bel pulang menggema ke seluruh penjuru sekolah.
"Belum pulang?"
Arka menengok ke arah seseorang yang berdiri di sebelahnya. Dewa.
"Belum," Arka menyahut sekenanya, berusaha menahan emosi yang seketika saja ingin mencapai ubun-ubun begitu melihat Dewa. Arka merasa kini Dewa dan Tristan tidak ada bedanya lagi sejak mereka berteman akrab.
"Kenapa?"
"Bukan urusan lo, Wa." Arka mencoba menyibukkan dirinya dengan artikel yang ia baca sebelumnya.
"Nungguin Kiran?"
Sekali lagi Arka menoleh. "Kalo iya, kenapa?"
"Selamat kalo gitu. Lo udah maju selangkah dari gue."
Sebuah ucapan selamat yang terdengar tidak tulus. Arka bisa merasakan itu. "Gue udah bilang, gue bakal bikin Kak Kirani ngejauh dari lo."
Dewa mendekatkan tubuhnya ke Arka, bahkan mendekatkan bibirnya di telinga mantan teman sebangkunya itu. Salah satu bibir pemuda itu terangkat, lalu dia berkata, "Ini belum selesai, Ka. Kita lihat aja nanti, gimana kalo Kiran tau elo ngedeketin dia cuma buat nyelesaiin tantangan bodoh dari Tristan."
Usai mengucapkan kalimat itu, Dewa menepuk-nepuk pundak Arka, kemudian berlalu begitu saja. Arka sempurn terdiam. Oh, ya, dia nyaris lupa bahwa tujuannya mendekati Kirani hanya untuk menyelesaikan tantangan supertolol dari Tristan.
"Arka?"
Arka terkesiap mendengar suara itu. Tahu-tahu, Kirani sudah berdiri di sebelahnya. "Oh, eh, Kak Kirani?"
Mampus! Kak Kirani tadi denger, ngga, ya, si Dewa ngomong apa?
"Si Dewa tadi ngomong apa sama lo?"
Kayaknya ngga denger. Huft. Bagus deh.
"Ah, i—itu, bukan apa-apa kok, Kak. Oh, ya, kita jadi jengukin Kak Kia, 'kan?" Arka buru-buru mengalihkan topik pembicaraan.
Kirani menatap adik kelasnya itu curiga. Tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. Aneh. Namun, gadis itu mencoba untuk tidak ambil pusing. "Jadi. Tapi, kita ke minimarket dulu, ya. Ngga enak kalo ngga bawa apa-apa."
"Oh, oke, Kak."
"Ya udah. Yuk!"
***
Arka dan Kirani menyusuri koridor rumah sakit menuju kamar tempar Kia dirawat. Kirani berjalan sedikit di depan sebab dia yang tahu letak kamar Kia. Kemarin, Kirani lebih dulu tiba di mall sekian menit daripada ambulans. Saat tiba, Arka, Alvin, dan Raka telah berada di dekat Kia. Awalnya, Arka juga ingin ikut mengantar Kia hingga ke rumah sakit. Akan tetapi, telepon dari Ibu Lilis yang memintanya untuk segera pulang dan mampir membelikan obat untuk salah satu anak panti yang tiba-tiba sakit perut, membuatnya membatalkan rencananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM THE PAST [SELESAI]
Ficção AdolescenteBerawal dari permainan truth or dare, Arka mendapat tantangan untuk menjadikan gadis paling cantik di SMA Harapan Bangsa sebagai pacarnya. Tantangan itu membawa Arka berkenalan dengan Kirani, gadis yang menjadi objek tantangannya. Akan tetapi, sejak...