31 - BERBEDA

101 5 0
                                    

"Woi! Tungguin gue!"

Sambil berjalan, Arka menengok sebentar ke belakang, menemukan Alvin berjalan cepat ke arahnya.

"Elo kenapa jalannya cepet amat, sih? Waktu ulangan juga enggak nengok-nengok ke gue lagi. Ah, temen macam apa lo? Enggak solid!"

Mengarahkan langkahnya menuju kantin, Arka merespons, "Elo tau sendiri siapa yang ngawas tadi. Pak Santoso. Ya kali gue berani nengok waktu elo nyolek-nyolek gue dari belakang."

Hari ini adalah hari pertama ujian pertengahan semester. Waktu pelaksanaan ujian mata pelajaran pertama—matematika—baru saja habis. Sialnya, ruangan Arka harus rela mendapat pengawas ujian seperti Pak Santoso—galak dan benar-benar mengawasi.

"Pasrah deh gue kalo misal minggu depan gue remed."

Arka memasuki sebuah warung di area kantin dan Alvin mengikutinya. Sambil menunggu bakso yang keduanya pesan, Alvin memilih sibuk mengingat-ingat jawaban dari bocoran soal mata pelajaran berikutnya. Arka sebenarnya ingin melakukan hal yang sama, tetapi atensinya segera terebut oleh pemilik sepasang mata yang sepersekian detik lalu berkontak dengan matanya.

Gadis berambut panjang itu masuk ke warung tempat Arka berada.

Sendiri.

"Sst! Kak Kirani, tuh!" Alvin pun menyadari keberadaan Kirani, memberitahukan hal itu kepada Arka.

"Gue tau."

Sejak hari itu, hari saat Kirani tahu tentang taruhan yang Arka lakukan, sikap Kirani pada Arka tidak sama lagi seperti dulu. Setiap kali keduanya bertemu di koridor, Kirani mengalihkan wajahnya, pura-pura tidak mengenal Arka. Kendati Arka telah beberapa kali mengirimkan pesan dan berusaha menghubungi Kirani melalui ponsel, tetap saja tidak berhasil. Seluruh pesan dari Arka tidak ada satu pun yang dibalas, begitu juga dengan telepon, tidak ada yang dijawab.

Dan, sekarang Arka tidak tahu harus berbuat apalagi untuk memperbaiki hubungan mereka.

Bakso untuk Arka dan Alvin baru saja terhidang di atas meja. Arka mencoba mengabaikan sejenak perihal Kirani yang kini duduk sendirian di satu meja panjang di sebelah sana.

Sendiri.

Arka baru menyadari bahwa beberapa waktu belakangan ini, dia tidak pernah melihat Kirani jalan bersama Kia lagi.

"Vin?"

"Hm? Apha?" Alvin menyahut dengan mulut yang berisi bulatan daging yang telah hancur.

"Lo nyadar, enggak, kalo Kak Kirani sama Kak Kia udah enggak pernah keliatan jarang bareng lagi?" Arka sengaja memelankan volume suaranya, tidak ingin Kirani mendengar.

"Iya, sadar."

"Apa gara-gara gue, mereka jadi kayak gitu?"

"Jadi, lo enggak tau?"

"Lo tau?"

Alvin memutar kedua bola matanya, merasa temannya yang satu ini agak ketinggalan berita. Kabar tentang dirinya sendiri pun dia tidak tahu. Ckckck.

"Makanya, gaul sama anak kelas sebelas, dong. Jangann gaul sama buku mulu!" sindir Alvin. "Gue pikir lo udah tau, makanya gue enggak ngomong apa-apa."

"Jadi, beneran gara-gara gue?"

"Salah satu alasannya, sih, gitu. Tapi, yang gue denger juga ...," Alvin menengok ke arah Kirani, memastikan bahwa gadis berambut panjang di sana sibuk menyantap, "hubungan Kak Kia dan Kak Kirani jadi enggak enak gini gara-gara Dewa."

"Dewa?"

"Iya. Ceritanya panjang. Gue enggak bisa ceritain ke elo di sini."

"Tapi, lo harus janji ceritain semuanya ke gue nanti!"

FROM THE PAST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang