26 - PAKSAAN TRISTAN

76 4 0
                                    

Arka baru saja keluar dari sebuah stationary shop membawa sebuah kantong berisi buku gambar ukuran A2, pallet plastik, sekotak cat air, dan dua buah kuas lukis berbeda ukuran. Minggu lalu, guru kesenian sudah menginfokan bahwa pertemuan berikutnya, beliau akan mengajarkan teknik dasar melukis. Beliau pun sudah memberitahukan murid-muridnya untuk membawa perlengkapan melukis. Dan, ya, karena alasan itulah Arka menyisihkan sedikit waktu senggangnya di Minggu sore untuk membeli perlengkapan melukis.

Arka berdiri di pinggir jalan, menunggu angkot yang melewati jalur menuju panti. Namun, bukannya sebuah angkot, sebuah mobil berwarna hitam menepi di depan Arka. Awalnya, Arka mengira ada seseorang hendak keluar dari mobil mobil tersebut, tetapi kaca depan mobil yang turun perlahan membuat dugaan Arka terbantahkan. Dia mengenal wanita yang duduk di balik kemudi mobil tersebut.

"Tante Diana?"

Sudah lama tidak ketemu dengan Tante Diana.

"Ngapain di sini, Ka?"

"Nungguin angkot, Tan. Mau pulang ke panti."

"Oh, ya, udah, bareng Tante aja. Nanti Tante anterin."

Buru-buru Arka melambaikan tangan kanannya dengan cepat sebagai isyarat penolakan yang ia perjelas dengan kalimat, "Ngga usah, Tan, ngga usah. Arka ngga mau ngerepotin."

"Ngga, kok, Ka. Tujuan Tante searah dengan panti kamu. Udah, yuk! Naik!"

Ya udah, deh.

Seiring mobil melaju di atas badan jalan, Tante Diana mengajak Arka mengobrol. Sekadar pertanyaan basa-basi—bagaimana kabar Ibu Lilis dan anak-anak panti? Arka sedang sibuk apa? Bagaimana Arka di sekolah?

"Ya, lagi mau ujian tengah semester jadi, tugas dari guru lumayan banyak, Tante."

"Oh, gitu," gumam Tante Diana. "Omong-omong, kita mampir bentar di rumah Tante Santi, ya? Mamanya Tristan. Tristan teman sekelas kamu, 'kan?"

"I-iya, Tante."

Arka tidak punya pilihan selain mengiyakan meski sebenarnya ia ingin menolak. Hah! Bagaimana kalau nanti dia bertemu Tristan? Ck!

Sekitar beberapa menit kemudian, Tante Diana memarikir mobilnya di depan sebuah rumah bertingkat yang cukup mewah. Diajaknya Arka masuk ke rumah adik iparnya itu, tetapi Arka memilih untuk duduk di teras. Toh, dia tidak punya keperluan apa pun dengan Tante Santi.

"Ya, udah. Tunggu sebentar, ya, Ka."

Arka duduk di salah satu kursi teras. Ini bukan kali pertama Arka menjejakkan kakinya di rumah ini. Kali pertama Arka ke sini saat masih SMP. Tante Santi memaksa Arka untuk menginap di sini semalam. Lalu, saat Tristan berulang tahun—entah yang keberapa, Arka lupa. Saat itu, Arka datang bersama anak-anak panti lainnya lantaran Tante Santi memutuskan untuk mengundang anak-anak panti di acara ulang tahun Tristan.

"Elo! Ngapain lo di rumah gue?"

Arka mengalihkan pandangannya dari layar ponsel ke asal suara. Tristan yang tampaknya pulang dari suatu tempat, tahu-tahu berdiri di dekat Arka, lengkap dengan tatapan tidak suka.

"Nemenin Tante Diana," Arka menyahut sekenanya.

"Lo kenal Tante Diana?"

"Iya. Dia pernah dateng ke panti bareng Tante Santi."

"Oh! Setelah Mami gue, sekarang elo juga nyari perhatian sama tante gue. Hebat, lo, ya?"

Arka berdiri dari duduknya, tidak terima dengan perkataan Tristan barusan. "Apaan, sih, lo, Tan? Siapa yang nyari perhatian ke Tante Santi dan Tante Diana?"

FROM THE PAST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang