SCENE TEN

2K 191 7
                                    

Halo All,

ehem. aku berniat  mengapresiasi para pembaca-ku. Jadi bagi yang sudah baca sejauh ini atau bahkan lebih jauh lagi. Benar-benar terima kasih banget karena kalian mau ikutin.
Dan sebagai ungkapan terima kasihnya, aku mau buatin 1 buah cover wp (bagi yang punya cerita di wp nya) untuk kalian per 10 part.

Cover wp bisa by request ke message aku bagi yang berminat. Kalau kalian mau lihat contoh" nya bisa  lihat cover seluruh cerita aku, itu aku yang buat. Ada juga di instagram : @vizzhuuu kalian bisa cek disana.

Bagi yang ga mau gpp. Thanks A lot.

Dedication : winipriscilia

and all people who add this story into their reading list.

love you so much.

Enjoy Reading~

~~

"Ya aku melihatnya," gumam Nic.

Ben terkejut, karena sedari tadi ia bahkan tidak bisa melihatnya dimana pun. "Dimana?" tanyanya cepat.

"Disana."

"Dimana?" Ben melihat kearah tempat yang ditunjuk Nic, namun tidak mengenali siapapun. Mengacuhkan pertanyaan Ben, Nic segera menghampiri gadis bergaun merah itu.

Lucy memesan jus pada bartender itu, dan Alice juga memesan yang sama. "Aku merasa seperti gadis terbuang dengan duduk disini bersamamu," celetuk Alice.

Setelah meresap sedikit demi sedikit minumannya, Lucy memutar – mutar gelasnya. "Jadi kau lebih suka berdiri disamping ibumu dan di kenalkan dengan pria-pria disana?"

Alice mendesah berat, tentu saja itu pilihan buruk. Namun duduk disini bersama Lucy dan tidak dilirik oleh lelaki manapun juga bukan pilihan yang baik. "Apa yang terjadi padamu Luc, rasaku dulu kau bukan orang yang tertutup."

Ya, ia dulu bukan yang sekarang. Keadaan merubahnya. "Hidup mengajariku banyak hal, Alice. Yang aku tahu saat ini adalah yang kuatlah yang bertahan." Sebuah senyum dingin muncul di wajahnya seolah menegaskan kembali bahwa sosoknya yang dulu sudah lama hilang.

Kata-kata Lucy membuat Alice terdiam. Ia semakin penasaran dengan apa yang terjadi selama ia tidak berada disampingnya. Namun saat ia akan bertanya lagi, ia melihat Nic berjalan mendekat.

"Walaupun kau duduk di tempat tanpa sinar lampu yang terang menyinari, aku tetap bisa melihat kecantikanmu yang berpendar dari jauh," ucap Nic sambil menatap Alice terpesona.

Alice tertawa geli, bagaimana mulut pria ini bisa penuh dengan gula. Sedangkan Lucy ingin menyiram pria itu dengan minumannya. Mengingat ia sedang berada di pesta kalangan atas, bukan di kantin, maka ia mengurungkan niatnya.

Tanpa melihat siapa pria itu, Lucy sudah mengetahui bahwa dia adalah pria-obral-mulut, Nicholas Murphy.

"Jadi ini yang kau maksud dengan 'Ya aku melihatnya'?" sindir Ben. Nic meringis, sedangkan Lucy tersentak mendengar suara Ben, ia langsung menolehkan kepalanya kebelakang. Sosok Ben memang berdiri di dekatnya, dan kini menjadi sangat dekat karena Ben sedang meminta segelas minuman pada bartender. Ia tengah membawa jas yang dilepasnya di sebelah tangan.

Lucy turun dari kursinya dan kini berdiri menghadap dua pria itu. "Selamat untukmu dan ayahmu," ucap Lucy sambil mengangkat gelasnya kearah Ben.

Ben yang baru saja menerima gelasnya membalas mengangkat gelasnya dan mengatakan, "Terima kasih, miss –"

"Morgan. Lucinda Morgan."

[TFS-1] Stepsister Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang