Enjoy Reading ~
~~Cindy berusaha terbebas dari ikatannya dengan kondisi kedinginan. Tubuhnya sudah tidak kuat lagi. Ia memutuskan sebelum kehilangan kesadarannya, ia harus berteriak sekuatnya mencari pertolongan.
Saat itu, hanya tersisa murid-murid yang bermain football. Ben menyelesaikan permainannya dan bermaksud ingin pulang. Namun ia mendengar sebuah teriakan halus dari gudang tak terpakai. Awalnya ia ragu, namun suara itu terus terdengar.
Dengan penasaran, ia mencoba menghampiri gudang itu. Setelah mendekat dan mendengarkan teriakan itu dengan saksama, ia terkejut karena mengenali suara itu. "Cindy? Kaukah itu?" diketuknya pelan pintu gudangnya.
Cindy mendengar sebuah suara yang dikenalinya sebagai suara Ben. "B-Ben. T-tolong aku!" teriaknya lemah.
Ben mencoba membuka pintunya dan ternyata terkunci. Tanpa berpikir lama, ia mendobrak pintu itu dengan beberapa kali dorongan dan tendangan. Pintu terbuka dan tampaklah Cindy yang sedang duduk di kursi dalam keadaan terikat dan basah.
Matanya terbelalak liar. "Apa yang terjadi?" tanya Ben sambil membantunya membuka simpul ikatan tali tersebut.
Cindy menghela napas lega, kemudian mengernyit kesakitan. Tubuhnya sudah sangat lemas. Begitu simpul terbuka, tubuh Cindy langsung lunglai dan jatuh. Beruntung Ben segera menahannya. Ia sangat penasaran, namun melihat Cindy begitu lemah, ia menahan dirinya untuk bertanya dan segera membawa menuju mobilnya.
Ben memberikan Cindy jaketnya dan menyalakan penghangat dalam mobil, lalu ia berlari menuju kantin. Tak lama kemudian, ia kembali dengan segelas cokelat hangat. "Siapa yang melakukan ini padamu?" tanyanya setelah Cindy sudah lebih baik.
Cindy memilih diam dan menikmati minumannya. Ia kembali teringat perkataan Leesa. Mungkin memang benar yang dikatakannya, pikir Cindy.
"Apa ini perbuatan Lucinda?" tanya Ben lagi.
Cindy hanya menggelengkan kepalanya. "Antar aku pulang," pintanya lemah.
Tanpa bisa berbuat apapun, Ben mengantar Cindy pulang dan ketika Ben ingin membantu gadis itu berjalan masuk, Cindy menolaknya. Ia tidak ingin semakin membuat Lucy marah. Cukup sudah penderitaannya hari ini. Dengan cepat ia keluar dari mobil Ben dan masuk ke dalam rumahnya.
Setelah pertemuannya dengan Alice tadi, Lucy menghentikan pencarian berkas yang membuatnya penasaran itu. Sebagian perasaannya lega karena ia tidak perlu lagi menutupi rahasia itu dari sahabatnya, namun sebagian lagi membuatnya bingung. Haruskah ia menceritakan pada Alice tentang mimpi buruknya?
Lucy keluar dari ruangan itu dan menemukan Cindy berlari menuju kamarnya dalam keadaan seluruh tubuhnya basah. Satu pertanyaan timbul di benak Lucy, Alicekah?
***
Satu bulan tak terasa bagi seluruh murid Avenue, terutama para wanita. Banyak hal yang harus disiapkan, mulai dari model rambut, topeng, gaun, sepatu, hingga ke kuku. Selama satu bulan itu, para gadis berkumpul, saling mendiskusikan penampilan mereka. Tidak ada dari mereka yang ingin terlihat berpenampilan sama.
Layaknya sebuah pesta dansa, acara itu akan diadakan malam hari, di gedung pertemuan sekolah lantai teratas. "Besok mereka akan membawa seluruh media untuk meliput acara," ucap Alice pada Lucy saat mereka sedang melihat panitia menyiapkan dekorasi ruangan.
Mendengar kata media, membuat Lucy mengernyit tidak suka, "Untuk apa?" Menurut sepengetahuan Lucy, setiap tahun acara ini tidak pernah ingin melibatkan media. "Apa sekolah ini akan bangkrut?" tanya Lucy lagi.
Alice hanya mengendikkan bahunya sambil berjalan menuju kantin. "Yang kita perlu lakukan hanya mengangkat satu tangan kita dan lambaikan. Jangan lupa tersenyum," Alice tersenyum lebar sambil memperagakan kata-katanya.
Sesampai di kantin, mereka disuguhkan oleh pemandangan Kyra dan Ben yang sedang bertengkar. Ben terlihat menggeram marah. "Sudah kukatakan bahwa aku tidak tahu!!!" teriak Kyra. Ia memang bukan tipikal gadis yang akan memperhatikan citranya jka sudah marah.
Alice mendecak, "Apakah itu Ben? Apa yang sedang dia lakukan? Berteriak dengan seorang wanita? Sangat tidak sopan." Ia menggelengkan kepalanya. Lucy juga terlhat bingung, ia tidak pernah melihat Ben semarah ini sebelumnya.
"Ladies!"
Nic sudah berdiri di belakang kedua gadis itu dan kemudian terpaku melihat tingkah sahabatnya. Ia menajamkan matanya memastikan apakah benar pria yang kini menatap marah pada Kyra itu adalah Ben. Setelah memastikan memang itu Ben, ia menggertakan giginya, "Dia! Apa yang dia lakukan?" Nic bergerak maju membawa Ben menjauhi Kyra dengan sedikit kesusahan. Nic melepaskan cengkramannya begitu sampai di salah satu koridor sekolah yang jarang di lalui para murid. Alice mengikutinya dan membawa serta Lucy.
"Apa kau sadar siapa dirimu?!" bentak Nic.
Ben mengalihkan wajahnya, ia sudah terlalu sabar selama dua minggu ini. Dengan rasa penasaran yang sangat besar dalam dirinya, ia berusaha bertanya pada Cindy mengenai kejadian tempo hari, namun gadis itu enggan memberikan jawaban. Menurut Ben kejadian yang dialami Cindy bukan kejadian biasa. Jika saja ia tidak datang menolong, mungkin gadis itu bisa mati kedinginan. Menyerah bertanya pada Cindy, pria itu memutuskan untuk bertanya pada gadis lainnya sesuai saran Nic, dan jawabannya hanya mengarah pada satu orang yaitu Kyra. Alasannya, Kyra sering mempermalukan Cindy. Dan kini ia mengabaikan reputasinya. Sebenarnya ia juga tidak menyangka bahwa Kyra akan berbalik melawan.
Melihat Ben terdiam, Nic kembali berkata dengan suara lebih pelan, "Demi perempuan itu, kau rela mempertaruhkan nyawamu? Bagaimana jika ada media yang meliput? Apa reaksi ayahmu jika dia tahu?"
Alice dan Lucy yang sedari berdiri dekat mereka masih tidak mengerti permasalahannya, "apa yang terjadi?" tanya Alice kebingungan. Lucy merasa mereka tidak seharusnya disini. Ia paling tidak suka ikut campur urusan bukan miliknya.
"Aku tidak akan memaafkan orang yang memperlakukan Cindy seperti itu. Kau bahkan tidak melihat keadaannya saat aku menemukannya," protes Ben.
Mendengar nama Cindy disebut membuat kedua gadis itu terdiam. Alice langsung mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Ini pasti mengenai kelakuannya tempo hari. Ah, jadi Ben yang menolongnya? pikir Alice. Sedangkan Lucy, ia masih mencoba mencerna kata-kata Ben. Apakah yang dimaksud saat Cindy pulang dengan keadaan basah?
"Apa yang terjadi pada gadis itu memangnya?" tanya Alice pura-pura tidak tahu.
Nic menceritakan pada mereka apa yang Ben lihat hari itu. Penjelasan itu membuat Lucy terhenyak, seolah sebuah batu besar menghantam dadanya dengan keras. "Jika itu terjadi pada gadis lain apakah kau akan semarah ini?" Pertanyaan Alice membuat Ben berpikir sejenak.
Jika itu gadis lain?
Dont Forget The Votes Button ❤️
R.V
![](https://img.wattpad.com/cover/82111258-288-k955289.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[TFS-1] Stepsister Story [END]
Ficção AdolescenteSebuah tragedi mengubah satu kehidupan layaknya salah satu cerita dongeng sebelum tidur, Cinderella. Dimana ada pesta dansa dan sepatu kaca. Namun, sepatu kaca yang Cinderella gunakan bukan miliknya, melainkan ia meminjamnya dari sa...