SCENE THIRTY ONE

1.1K 125 5
                                    

        Enjoy Reading~

       Ben berdeham satu kali membuat seluruh orang kembali memusatkan perhatian padanya, "Gadis yang selama ini kucari adalah ... Cindy Priceton."

       "Apa???" Krya, gadis pertama yang berteriak.

       Cindy terpaku, bahunya merosot. Tatapan seluruh orang kini sudah meninggalkan sosok Ben dan berbalik menatapnya. Bibirnya terbuka tak percaya. Gelengan kecil pun muncul dari kepalanya. Ben berjalan mendekati Cindy sambil tersenyum.

       Cindy tersadar saat sebuah sentuhan merayapi tangannya. Ben meraih tangan gadis itu kemudian menggenggamnya lembut. "Bukankah sudah kukata..."

       Ben memotong ucapannya, "Aku tahu. Aku tahu itu kau."

       Mendengar ucapan Ben semakin membuat tubuhnya gemetar. Ia menolehkan tatapannnya ke sekitarnya. Seluruh orang masih memandangnya. Para gadis memandangnya tak percaya juga marah. Kyra menatap tak suka dan kemudian berlari meninggalkan kantin, begitu juga dengan Alice. Perasaan takutnya jauh lebih besar dari rasa senangnya.

       Amarah menyelimuti hati Kyra. Ia sangat membenci Cindy sejak dulu. Baginya Cindy hanya anak manja yang mencari perhatian seluruh orang. Disaat seluruh orang berjuang keras untuk mendapatkan miliknya, ia dengan mudahnya merebut hanya dengan menunjukkan kerapuhannya.

       Kyra masih mengingat jelas peristiwa empat tahun lalu, dimana ia menyukai sahabatnya sendiri, namun sahabatnya justru menyukai Cindy. Bahkan sahabatnya meninggalkannya hanya demi gadis itu. Sejak saat itu, Kyra selalu mencari kesempatan untuk membuat Cindy menderita. baginya Cindy tidak berhak mendapatkan kebahagiaan. Beruntung tak lama kemudian, Lucy muncul dan membuat Cindy dikucilkan.

       Kini melihat Ben, pria yang paling diminati seluruh gadis di sekolah ini juga jatuh pada pesona Cindy, membuat dirinya muak. Ia bergegas mencari Lucy, karena dirinya yakin Lucy belum mengetahui permasalahan ini. Mudah baginya menemukan Lucy karena kebetulan Lucy baru saja keluar dari kamar mandi dan sedang berjalan menuju kantin sambil menerima panggilan dari ponselnya.

       Begitu Lucy berpapasan dengannya, Krya memanggil dengan suara pelan, "Lucy." Langkah Lucy pun terhenti dan menatap gadis ramping berambut pirang itu dengan heran. Kyra memilih diam terlebih dahulu karena menunggu Lucy menyelesaikan panggilannya.

       Melihat sikap Krya, Lucy paham dan menyelesaikan panggilannya. "Ada apa?" tanya Lucy begitu ia selesai.

       "Aku ingin menyampaikan informasi mengejutkan untukmu. Coba kau tebak siapa gadis misterius yang dicari oleh pangeran sekolah kita."

       Lucy menaikkan alisnya sebelah. "Apa maksudmu? Aku tidak suka berbasa-basi." Kyra sebenarnya sama seperti gadis lainnya, takut pada Lucy. Jadi sebisa mungkin ia berusaha berada di satu jalan dengan gadis itu agar tidak membawa masalah bagi dirinya.

       "Baru saja Ben mengumumkan pada seluruh orang di kantin bahwa ia menemukan gadis misteriusnya." Kyra menatap raut wajah Lucy dengan saksama, tidak tampak kemarahan dalam ekspresinya. dirinya menjadi ragu, apakah memberitahu Lucy adalah hal yang tepat untuknya.

       "Lalu?"

       "Cinderella itu adalah Priceton."

       Lucy mengerutkan dahinya sesaat, kemudian berlalu dari hadapan Kyra tanpa mengucapkan kata apapun. Dalam benaknya sudah diisi oleh kemarahan. Gadis itu tidak menepati ucapannya, geram Lucy. Kemudian ponselnya bedering kembali dan menunjukkan nama Alice. Setelah dering pertama selesai berbunyi, Lucy mengangkat panggilan itu.

       "Lucy, dimana kau? Aku punya berita ..."

       "Aku sudah tahu, temui aku di parkiran sekarang," potong Lucy kemudian mematikan panggilannya.

*

Cindy menarik Ben keluar dari tatapan banyak orang dan berjalan menuju taman belakang yang berada dekat dengan kantin. Ben mengikuti gadis ini dengan heran, mengapa tidak ada reaksi bahagia atau semacamnya?

       "Aku minta maaf sebelumnya, namun bukankah aku sudah mengatakan padamu, bukan aku gadis misterius itu?" tanya Cindy begitu mereka sudah mencapai taman. Gadis itu berpikir pasti ada kesalahan disini, ia mencoba mengingat-ingat perkataannya kemarin. Namun ia tidak mendapat jawabannya.

       "Aku tahu," ucap Ben mantap. Ia menatap kedalam manik mata Cindy, mencoba mengerti kepanikan gadis itu.

       "Lalu? Apa maksudnya semua ini?" seru Cindy.

       "Aku tahu kau berbohong. Aku sudah tahu semuanya Cindy."

Dont Forget The Votes Button ❤️❤️

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang