SCENE TWENTY THREE

1.5K 135 0
                                    

        Enjoy Reading ~
~~

       Seorang pelayan tiba-tiba mendekati mereka, "Maaf nona, ada panggilan untukmu dari Dr. Clark." Pelayan itu menatap Lucy dengan was-was.

       Mendengar pesan itu, Lucy melepas tarikannya. Dr. Clark? "Katakan padanya akan kuhubungi kembali," ucapnya. Pelayan itu mengangguk dan pergi meninggalkan mereka berdua.

       Lucy kembali menatap sesaat Cindy yang sedang ketakutan lalu berjalan pergi. Saat ini ada yang lebih penting daripada mengetahui sosok gadis misterius itu. Dokter Clark menghubunginya berarti ada yang tidak beres. Saat ia mengecek ponselnya ternyata sudah tidak memiliki daya.

       Seketika beban di pundaknya menghilang setelah kepergian Lucy namun kelegaan belum dapat menghampiri hatinya. Dokter Clark menghubungi Lucy? Mengapa? Apa terjadi sesuatu dengan ayahnya? Banyak pertanyaan terlintas namun ia tahu ada yang harus dibereskannya terlebih dahulu. Dengan segera ia masuk ke dalam kamar dan merapikan seluruh pakaian pestanya tadi. Saat sudah dirapikan, ia kembali mencari hairpin yang dipakainya ke pesta itu. Bagaimana kalau hilang? pikir Cindy.

       Ia yakin hairpin itu pasti terjatuh di taman belakang saat ia pulang terburu-buru tadi. Cindy kembali mencarinya di sekitar tanah yang sudah basah karena hujan sebelumnya dengan berbekal satu senter.

       Hatinya sudah resah gelisah, bagaimana kalau tidak ketemu?

***

"Ada apa dengan dirimu? Terlalu lelah karena pesta dansa kemarin? Atau kau ketahuan saudara tirimu?" tanya Leesa melihat sikap sahabatnya yang sejak memasuki kantin terlihat tidak semangat.

       Cindy bahkan tidak bernapsu makan, ia tidak mendapat cukup tidur semalam karena mencari hairpin itu. Hasilnya barang itu tetap tidak diketemukan. Cindy menumpukan kepalanya pada salah satu tangannya sambil berkali-kali menghembuskan napas dan menguap. Ia tidak lagi bisa berpikir sekarang. Kemana lagi ia harus mencarinya?

       Perasaan gelisah terus merayapinya sejak semalam. Dirinya tidak akan tenang jika benda itu belum ditemukan, ia tidak berani membayangkan bagaimana jika pemiliknya mengetahui bahwa barang itu sudah tidak pada tempatnya. Ia harus mencari sekali lagi sepulang ini.

       Tatapan Leesa teralihkan oleh segerombolan gadis-gadis yang berbodong-bondong menuju kantin sambil membawa selebaran dan berbisik-bisik senang. "Ada apa ini?" tanya Leesa heran. Cindy pun ikut menatap mereka.

       Hal itu membuat Leesa berjalan mendekati mereka dan bertanya, "Ada apa?"

       Gadis itu memberikan selembar kertas padanya, "Pangeran sekolah kita sedang mencari putrinya," jelas salah satu gadis itu sambil terkekeh. Kemudian mereka berjalan menjauh.

       Leesa kembali ke tempat duduknya dan memberikan kertas itu pada Cindy segera, "Bukankah ini milikmu? Semalam aku melihatmu mengenakannya," bisik Leesa dengan penuh semangat.

       Cindy terkejut melihat gambar di kertas itu, mulutnya menganga tidak percaya. Ia mengerjap beberapa kali. Barang yang dicarinya semalaman ternyata berada di tangan pasangan dansa nya semalam. "Habislah aku," gumam Cindy panik. Kepanikan merasuki otaknya membuat kedua tangan yang menggenggam kertas itu bergemetar.

       "Ada apa?" tanya Leesa heran melihat reaksi sahabatnya diluar perkiraanya.

*

"Apa kau menemukan siapa gadis itu?" tanya Lucy pada Alice saat dalam perjalanan menuju kantin.

       Alice menggeleng. "Aku mencoba mengenalinya, namun tidak berhasil," jawabnya.

       Mereka berdua terhenti saat melihat banyak orang berdiri di depan papan pengumuman. "Ada apa ini?" tanya Lucy.

       Alice juga tidak mengerti, kemudian ia melangkah maju berusaha memecah kerumunan dengan paksa. Seluruh orang segera memberi ruang begitu melihat Alice dan Lucy. Begitu sampai di depan papan tersebut, tubuh Lucy menjadi kaku. Seperti ada aliran listrik yang mengalir, membuat tubuhnya tegang.

       Selembar kertas tertempel di papan itu yang berjudul 'DICARI'. Lalu dibawahnya terdapat gambar hairpin berbentuk unik dengan warna silver dan beberapa manik permata diatasnya. Seluruh orang yang melihatnya pun tahu bahwa hairpin itu sangat berharga dan mahal. Tidak hanya terhitung dari jumlah permata di atasnya, namun bentuknya yang unik dan memiliki ciri khas.

       Lucy bisa membaca keterangan pada gambar itu adalah 'Jika kau adalah gadis misterius yang mengenakan hairpin ini dan ingin barangmu kembali, temui aku. Kau tahu harus mencari aku kemana. – Benjamin Young.'

       Lucy mengamati bentuk hairpin itu lekat-lekat. Tidak mungkin, gumamnya dalam hati. "Hey, ini pemilik gadis misterius itu," seru Alice. Lucy menatap bingung sahabatnya. "Aku melihat gadis itu mengenakan hairpin ini semalam," jelas Alice lagi.

       Ucapan Alice sukses membuat aliran darahnya membeku. Sambil mengepalkan tangannya dengan kuat, Lucy memejamkan matanya. Dengan kasar ia mencabut selebaran itu dan pergi dari kerumunan itu.

Dont Forget The Votes Button ❤️❤️

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang