SCENE THIRTY SEVEN

1.1K 116 5
                                    

Enjoy Reading~
~~

Ia tahu itu Cindy. Cindy menatapnya dengan tatapan bingung. Apa yang sedang ayahnya lakukan dengan Lucy? Mengapa Lucy terbaring dalam keadaan telanjang?

       Melihat jeritan-jeritan dari bibir Lucy, ia tahu bahwa kelakuan ayahnya tersebut bukanlah hal yang menyenangkan. Lucy mencoba sekuat tenanga, mengumpulkan suaranya, dan menggerakan tangannya seolah ingin menangkap gambaran Cindy. "T-tolong aku, C-Cindy," rintihnya.

       Cindy tak bergeming sedikit pun. Ia memilih diam. Mungkin ayahnya sedang memberikannya hukuman. Tapi bukankah selama ini ayahnya lebih menyayangi Lucy? batin Cindy. Melihat Lucy kesakitan membuat sisi dalam dirinya yang lain senang, artinya ayahnya tidak benar-benar menyayangi Lucy. Ayahnya yang sekarang masih tetap ayahnya yang dulu.

       Sekali lagi, Lucy berteriak, namun Cindy memilih pergi dari tempat itu dan bersembunyi di kamarnya. Hati Lucy kembali merasakan sakit.

       Charles menyelesaikan kegiatannya dan meninggalkan Lucy sendiri dalam ruangan itu yang sudah lemas tak berdaya. Namun ketakutan akan kembalinya pria itu membuat ia dengan susah payah berdiri memakai baju-bajunya dan kembali ke kamarnya. Tak lupa ia menguncinya.

       Ia bisa merasakan perih saat berjalan. Segera Lucy masuk ke dalam kamar mandi. Ia menyalakan shower dan duduk memeluk tubuhnya di atas bathup.  Sirna semua harapan-harapan atas keluarga bahagianya. Ia menumpahkan seluruh kesedihannya, menjerit menangisi kepolosannya.

     Setelah kejadian itu, Lucy berubah menjadi anak pendiam. Beberapa hari dirinya sakit dan hanya diurus oleh para pelayan. Ibunya sendiri sibuk entah kemana, Cindy memilih mengabaikannya, sedangkan Charles, tanpa rasa bersalah ia terus mencari keberadaan Lucy.

       Ketakutan terus membayang-bayangi Lucy, dengan berbagai cara ia akan menghindari Charles. Namun pria itu tak menyerah. Ketika Lucy baru saja pulang sekolah dan ingin segera masuk ke kamarnya, ia segera menghalangi jalan gadis itu. Jantung Lucy berdebar kencang, seluruh tubuhnya dingin dan kaku. Sesaat ia dilanda kepanikan yang membuatnya mati rasa.          

       Segera Charles menarik tubuh Lucy dan ingin mengulang kejadian waktu itu di ruang tamu. Kembali Lucy berusaha meronta. Ia memukuli Charles dengan tasnya, namun dengan cepat di tahan oleh pria itu. Charles membuang tasnya hanya dengan satu kali sentakan.

       "Tolong dad, jangan kau lakukan itu," ucap Lucy sambil terisak.

       "Aku menyayangimu, dan inilah bentuk kasih sayangku. Tenanglah, kau cukup menikmatinya," ucap Charles sambil mengelus pelan wajah Lucy.

       Lucy menggeleng kuat. Sambil terus menangis, ia terus mengucapkan kata 'tolong'. Pelayan disekitarnya hanya bisa menatapnya iba tanpa berani menolongnya. Mereka mempertaruhkan pekerjaannya jika menolong Lucy.

       Tiba-tiba Elaine Penderghast, ibu Lucy, pulang dari aktifitasnya. Ia terdiam mendapat pemandangan mengejutkan saat masuk. Mendengar jeritan putrinya masuk ke dalam telinganya, juga melihat kelakuan suaminya yang ternyata diluar dugaan membuat hatinya seketika panas. Tanpa berpikir panjang, dengan kedua tangan bergemetar ia segera mengambil vas bunga kaca yang berada di sebelahnya dan memukulkan ke kepala Charles. Vas bunga itu berubah menjadi serpihan kaca dan air di dalamnya tumpah mengenai Lucy.

       Teriakan kesakitan keluar dari bibir Charles, cairan merah kental mengucur deras dari kepalanya. Mendengar teriakan ayahnya, Cindy segera keluar dari kamar. Betapa terkejutnya ia saat melihat ayahnya sudah terkapar di lantai sambil bersimbah darah. Kemudian ia melihat Lucy menangis terseguk sambil memeluk tubuhnya yang sudah basah sekarang. Melihat penampilan Lucy, ia tahu bahwa ayahnya berusaha menyakiti Lucy lagi.

       Elaine mencoba menenangkan dirinya yang panik dan kemudian meminta para pelayannya untuk membawa Charles ke rumah sakit.

       Tak lama dari itu, Charles dinyatakan koma oleh para dokter. Luka yang ada di kepalanya sangat berat dan dalam. Terdapat serpihan kaca yang masuk dan mengenai saraf pusat otaknya. Sangat kecil harapannya untuk dapat hidup kembali seperti normal jika ia sadar.

       Mendengar hal itu membuat Elaine sedikit merasa lega. Segera ia membuat berita palsu untuk disebarkan pada pemegang saham dan awak media lainnya.

       Hari-hari berjalan dengan perbedaan yang besar sekarang. Seluruh aktifitas perusahaan dijalankan oleh Elaine. Lucy pun menjalani terapi untuk menghilangkan mimpi buruknya. Ia sudah bertekad sejak saat itu, pribadinya yang dulu sudah tiada. Perasaan benci berkumpul menjadi satu. Tidak ada lagi Lucy yang baik hati, polos, dan ramah. Ia menyadari bahwa hidup di dunia ini, hanya yang kuatlah yang berkuasa seperti ayah tirinya. Dan Cindy Priceton mulai sekarang harus merasakan penderitaannya.


Dont Forget The Votes Button ❤️❤️

R.V

[TFS-1] Stepsister Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang