SCENE FORTY FOUR

1.9K 152 8
                                    

Guys, aku sakit udh seminggu ga sembuh". 🤧🤒😷
Mungkin karena aku hutang update dengan kalian ya.
Jadi ini kupersembahkan utk kalian biar kalian mau doain ak cpt smbuh. Hehe

Enjoy Reading~~

~~
Lucy melanjutkan langkahnya dan duduk tepat disamping pengacara tersebut.

       Hari ini, tepat tujuh hari setelah kematian Charles Priceton, pengacara pribadinya bertugas membacakan surat wasiat. Lucy tahu apa yang seharusnya dibacakan pengacara tersebut hari ini karena ibunya telah melakukan campur tangan tepat setelah kematiannya. Namun berkat kejadian dua hari lalu, saat ia mengetahui fakta ayah kandungnya. Lucy segera menghubungi pengacara tersebut dan meminta perubahan.

       Pembacaan wasiat pun dimulai. Pikiran Lucy tidak fokus pada isi wasiat tersebut, ia lebih fokus pada pria di hadapannya yang sekarang duduk disamping Cindy. Matanya dapat menangkap bahwa telah terjadi sesuatu pada mereka berdua.

       Cindy menyadari bahwa Lucy terus menatap kearahnya dan Ben. Dengan sengaja ia mengaitkan jari-jarinya pada jari Ben. Pria itu yang awalnya tidak fokus pada gadis disebelahnya karena wajah gadis di hadapannya yang pucat membuatnya khawatir.

       Lalu kaitan tangan Cindy membuatnya sadar. Bukan niatnya untuk ikut hadir dalam pembacaan wasiat ini, namun Cindy terlihat lemah dan sedih. Gadis itu takut akan apa yang akan di dengarnya. Akhirnya, Cindy meminta Ben untuk menemaninya.

       Pengacara tersebut membacakan satu per satu isi surat wasiat, mulai dari yang asli hingga perubahan-perubahan yang dilakukan guna menjelaskan. Tak dianya, penjelasan itu membuat Ben dan Cindy terkejut. Mulai dari pengalihan harta yang Elaine buat untuk Lucy dan pembatalan alihan tersebut.

       Setelah pembacaan selesai dan Lucy serta Cindy sudah menandatanganinya, pengacara tersebut pamit pulang. Lucy menatap pasangan itu, "Aku akan mengambil sisa-sisa barangku dan ibuku."

       Tanpa perlu mendapat jawaban, ia melangkah pergi menuju ruangan yang sudah menjadi bekas kamarnya. Dua hari lalu, setelah pernyataan yang Cindy berikan dimana membuat Mike hampir terkena serangan jantung, pria keturunan prancis tersebut meminta Elaine dan Lucy untuk tinggal bersamanya. Mike tidak ingin putrinya terus hidup dalam rumah yang merupakan mimpi terburuknya. Mike bersikeras akan  kembali bersama Elaine dan Lucy.

       Dengan gemetar, Lucy bergegas membereskan sisa-sisa barangnya. Tanpa sengaja ia menemukan benda yang menjadi kenangan antara dirinya dan Ben. Perlahan ia menggenggam hairpin tersebut.

       Suara ketukan membuat Lucy menyembunyikan benda itu dibalik tangannya. "Tidak sabar memintaku keluar rupanya," ucap Lucy dingin tanpa menatap Cindy yang berdiri di ambang pintu.

       Cindy menghela napas, "Mengapa kau melakukannya? Kau memaafkanku?"

       Lucy menaikkan sebelah ujung bibirnya sambil mengeluarkan senyum tajam, "Tidak. Aku tidak pernah memaafkanmu dan tidak akan."

       "Lalu?"

       "Bukan sifatku mengambil barang milik orang lain," sindir Lucy.

       Tentu saja Cindy tergelak mendengarnya. Namun dengan cepat ia mengabaikannya. "Kau yang membunuh dad kan?" Cindy sebenarnya sudah mengetahui hal yang sesungguhnya melalui Ben. Karena itu ia juga mengetahui perasaan Ben yang sebenarnya. Namun ia ingin memastikan dari bibir Lucy sendiri.

       Lucy kembali merapikan barang-barangnya. "Aku bersyukur Tuhan melakukannya lebih dulu sebelum aku mengotori tanganku."

       Tentu saja Cindy juga mengetahui kebohongan itu. Senyum kecil menghampiri wajah Cindy. Andai Ben tidak menjelaskan apapun, mungkin saat ini ia akan berbalik marah pada gadis itu.

[TFS-1] Stepsister Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang