CHAPTER 10 - broken heart

85 14 0
                                    









Chapter 10

"Bukankah drama putri salju ada adegan kisseu?" Tanyaku pada diriku sendiri sangat terkejut. Bagaimana bisa dia melakukan kisseu dengan orang lain? Rasanya seperti ada banyak jeruji yang menusuk hatiku. Aku melihat Junhoe -sunbae dan Song Nana yang memegang kertas yang kukira adalah naskah drama. Rasanya sakit. Sangat sakit. Aku hanya menyentuh permukaan jendela dengan perasaan campur aduk. Mataku mulai berkaca-kaca. Aku tidak mau sakit lagi melihat mereka dan aku langsung lari menuju kelas.

Aku berjalan melalui koridor sekolah dengan mata yang masih berkaca-kaca. Tiba-tiba saja aku merasa ada yang berlari di belakangku yang searah denganku. Aku menengok ke belakang sebentar, mencari tahu siapa yang berlari. Langkahku terhenti saat aku mengetahui bahwa seseorang itu adalah Koo Junhoe. Aku berusaha menahan air mataku agar tidak menangis melihatnya. Setelah jarakku dan Junhoe -sunbae dekat, dia berhenti. Aku membalikkan badanku hendak menanyainya ada apa. Tapi dia sudah mengulurkan tangannya yang terdapat ponsel. Aku menaikkan satu alisku.

"Eommamu menelepon." Ucapnya. Aku menerima ponsel yang ada di tangan Junhoe -sunbae. Aku sempat heran mengapa eomma tidak menelepon lewat ponselku saja.

"Halo, eomma?"

"....."

Seketika hatiku hancur untuk yang kedua kalinya setelah eomma menjelaskan semuanya. Aku melihat wajah Junhoe -sunbae sebentar. Wajahnya tampak cemas. Sepertinya sudah tahu tentang hal ini. Appa mengalami kecelakaan. Junhoe -sunbae menggenggam tanganku erat dan menarikku menuju gerbang. Kurasa dia tahu apa yang harus dia lakukan. Yaitu mengantarku ke rumah sakit. Aku hanya diam tak berkata apapun sampai masuk mobil milik Junhoe -sunbae.

Sepanjang perjalanan, aku hanya melamun. Pikiranku sudah khawatir tentang appa. Apakah appa baik-baik saja? Apakah eomma baik-baik saja? Apa penyebab kecelakaan appa? Apakah sampai parah? Apakah appa terluka? Apa lukanya begitu parah? Bagaimana jika lukanya parah? Bagiamana, bagaimana, dan bagimana.. terus saja melintas di pikiranku. Tak terasa air mataku mengalir setetes demi setetes. Mengetahuinya, aku langsung menghapus air mataku.

"Choi Jira.."
"Ah.. nde?" Sautku saat Junhoe -sunbae memanggil namaku.
"Kumohon jangan menangis. Uljima!" Ucapnya sambil memegang tanganku. Aku menangis lagi. Ya tuhan, apakah dia tidak tahu bahwa aku saat ini sedang menangisinya? Dia menggenggam tanganku itu membuat hatiku bertambah sakit teringat drama putri salju itu. Bisakah Junhoe -sunbae mengerti aku? Apakah dia tahu kalau aku sakit karenanya juga? Aku melepas genggamannya. Tak ingin hatiku lebih terluka lagi. Aku menghapus air mataku lagi untuk yang kesekian kalinya hari ini.

"Gomawo." Ucapku akhirnya setelah sekian lama. Aku rasa aku harus berterima kasih padanya atas apa yang ia lakukan sekarang. Mengantarku ke rumah sakit.

"Tak perlu berterima kasih." Balasnya. Aku hanya diam tak membalas perkataannya.

"Maafkan aku." Ucap Junhoe -sunbae lagi yang membuatku bingung. "Seharusnya aku tak marah padamu. Seharusnya aku tak marah hanya karena kamu berboncengan dengan Yunhyeong." Lanjutnya.

Aku hanya tersenyum pahit padanya.
"Kau mengenalnya?" Tanyaku. Dia hanya mengangguk pelan. Diam terus membendungi kami sampai tiba di rumah sakit.

Aku dan Koo Junhoe -sunbae langsung berlari menuju ruangan appa setelah bertanya pada salah seorang suster. Ruangan appa terletak di UGD sebelah kiri taman rumah sakit. Rumah sakit ini memang besar. Sampai aku kelelahan berlari. Kemudian Koo Junhoe -sunbae berkata padaku bahwa dia ingin membeli makanan karena laapr. Aku mengangguk mengiyakan lalu berlari ke ruangan appa. Setelah sampai tepat di ruangan appa, aku langsung masuk dan di sana appa terbaring lemah tak sadarkan diri. Aku kembali menangis lagi. Tapi kali ini lebih sakit dan aku tak mengeluarkan suara. Hanya tangis sesak yang memenuhi ruangan ini. Eomma yang awalnya duduk menemani appa langsung berdiri dan berjalan menghampiriku lalu memelukku.

Tangisanku meledak sejadi-jadinya. Eomma berusaha menenangkanku tapi tak bisa. Sebenarnya, aku menangis karena banyak alasan yang tak seorang pun mengetahuinya. Ya tuhan.. bisakah kau memberiku sebuah kebahagiaan walau hanya sebentar? Aku ingin memiliki seorang teman dan sahabat yang benar-benar menyayangiku, yang bisa menghiburku di situasi seperti ini, yang bisa menemaniku saat aku bahagia. Aku begitu mencintai Koo Junhoe. Bisakah jalan cintaku berjalan lurus tanpa ada seseorang yang menghalangi? Bisakah dia juga mencintaiku dengan tulus? Dan... bisakah aku bernafas dengan lega setiap hari?

Saat aku mulai bernafas lega, saat itu juga hatiku mulai sakit. Baru saja aku berhasil menyelesaikan tugasku dengan bangga, saat itu juga hatiku terluka. Saat satu luka belum sembuh, saat itu juga tumbuh luka lainnya. Saat hatiku masih terasa sakit karena Koo Junhoe dan Song Nana, saat itu juga aku mendengar kabar bahwa appa mengalami kecelakaan. Bukankah itu sakit? Bukankah itu sangat sakit? Sangat sakit sekali.

---

"Pasien Choi mengalami pendarahan dan patah tulang di bagian kaki. Tapi untunglah tidak terlalu parah. Kami sudah mentranfusikan darah ke pasien Choi dan patah tulang pada pasien Choi sudah terurus dengan baik. Mungkin pasien akan bisa pulang setelah satu bulan menjalani perawatan di sini. Saya sudah menyampaikan kabar baik ini. Semoga tuhan bisa memulihkan pasien Choi seperti semula dengan cepat dari perkiraan saya."

Perkataan dokter membuat hatiku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Saat ini aku sedang duduk di taman rumah sakit bersama Koo Junhoe. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Karena dia telah mengantarku dan menemaniku di rumah sakit ini.

"Makanlah!" Ujarnya.
"Aku tidak lapar." Ucapku singkat.
"Dari tadi kau belum makan. Makanlah atau aku akan membuangnya." Ujarnya tak mau kalah. Sebenarnya aku sangat lapar. Tapi lidahku benar-benar tidak nafsu. Tapi aku harus makan karena aku tidak mau sakit. Aku masih sangat waras dan tidak seperti orang-orang di drama yang tidak mau makan lalu sakit.
"Eh.. jangan! Baiklah aku akan makan." Ucapku kemudian. Dia terkekeh pelan seperti berusaha menghiburku. Aku mulai melahap burger pemberian Junhoe -sunbaae dan aku merasakan sensasi yang begitu panas. Oh.. lidahku sangat panas. Aku melirik tajam ke arah Junhoe -sunbae. Dia tertawa lepas.

"Ya! Kau menambahkan banyak sambal di sini?" Tanyaku sambil menunjuk burger. Dia mengangguk mantap yang membuatku kesal. Junhoe -sunbae langsung berlari menghindariku dan aku pun mengejarnya.































































---
S

o sweet ya mereka.. :')

Halo.. aku kembali lagi setelah sekian lama huhu..
Mianhae gak update dengan waktu yang amat lama.
Aku sibuk akhir-akhir ini *plak* hehe sakit kak.. :D

Sekian ya dariku :*

Jangan lupa read, vote, and comment..

Jangan lupa juga sama saran + kritik nya guys.....

Terima June❤

Destiny (Junhoe Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang