Chapter 7
"Kim Jinhwan oppa!?"
"Choi Jira -ssi?"
Aku dan Jinhwan oppa terkejut secara bersamaan. Junhoe -sunbae mengajakku bertemu dengannya? Itu artinya Jinhwan oppa adalah temannya Junhoe -sunbae. Aku melihat wajah Jinhwan oppa dan Junhoe -sunbae secara bergantian. Wajah Junhoe -sunbae tergambar jelas seolah menanyakan bagaimana aku bisa mengenal Jinhwan oppa. Setelah berdiam cukup lama, Junhoe -sunbae akhirnya bertanya.
"Eum.. bagaimana kalian bisa saling mengenal? Kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?" Tanyanya. Aku dan Jinhwan oppa mengangguk.
"Kami bertemu kemarin Junhoe -ya. Saat di Universitas Seoul. Dia ikut menyalurkan bantuan." Jelas Jinhwan panjang lebar.
"Benarkah? Kenapa kau tidak memberitahuku Jira -ya?" Tanya Koo Junhoe -sunbae. Aku tersentak kaget. Jira -ya? Sejak kapan dia memanggilku dengan sebutan itu?
"Ah.. kukira itu tidak penting." Jawabku.
"Jika kau memberitahuku, aku akan mengantarmu." Jelasnya.
"Tapi aku sungguh tidak ingin membuatmu repot." Balasku lirih.
"Aniyo Choi Jira -ssi. Kemarin, setelah kau pulang Junhoe mampir ke sana juga. Seharusnya dia mengantarmu." Ucap Jinhwan oppa sambil menyenggol lengan Junhoe -sunbae. Aku tidak mengerti maksud mereka.Hiss.. aku salah paham. Aku malu sekali. Aku seperti orang yang ke-ge-er-an.
"Sudah.. lupakan itu. Mari masuk!"---
Pulang sekolah, aku tidak langsung pulang ke rumah. Aku pergi ke café favoritku. Kalian tau kenapa aku menyebutnya sebagai café favorit? Café itu sangat sederhana. Dan disana tidak dijual berbagai macam bir dan soju. Café itu berbeda dengan café lainnya yang menjual berbagai macam bir dan soju.
Setelah pesananku yaitu vanilla latte, aku langsung meminumnya sedikit demi sedikit. Sambil melamun, aku menatap layar ponselku dengan perasaan aneh. Ya, sekarang aku sedang memikirkan Koo Junhoe. Aku sangat heran tentang hubunganku dengan Junhoe -sunbae.
Aku tau aku memang dijodohkan dengan Koo Junhoe. Dia bahkan juga menyetujui perjodohan tersebut. Aku? Tentu iya. Tapi aku masih sangat penasaran. Apakah Koo Junhoe memiliki perasaan terhadapku? Apakah dia mencintaiku? Apakah dia tahu kalau aku mencintainya?
Dia bahkan tidak pernah mengatakannya. Tapi jarak antara aku dan Koo Junhoe semakin dekat setelah perjodohan itu terjadi. Bahkan Koo Junhoe telah mengetahui bahwa aku sangat dibenci oleh Kim Taeyeon. Dia bahkan sudah memperkenalkan aku kepada sahabatnya. Dia juga sangat peduli terhadapku. Begitupun diriku. Aku menyimpulkan semua hal tentangnya kalau dia mencintaiku. Tapi pernyataan itu runtuh seketika karena aku menyadari kalau aku sama sekali tidak tahu apa isi hatinya. Sekecil apapun aku benar-benar tidak mengetahuinya.
Apakah dia tidak memiliki kepercayaan diri sehingga tidak berani mengatakannya atau apakah dia tidak memiliki perasaan terhadapku? Aku tidak tahu keduanya. Aku tahu kami sudah terikat dalam suatu hubungan. Tapi apakah itu yang namanya hubungan? Aku tidak tahu tentang itu. Mungkin aku terlaku muda untuk terlalu mengerti arti hubungan.
Tidak mengerti arti hubungan? Tentu saja iya. Bahkan selama setahun lebih, aku tidak memiliki seorang teman yang bisa kuanggap benar-benar teman. Seumur hidupku aku tidak pernah didekati ataupun mendekati seorang pria. Aku tidak pernah pacaran, berkencan, date, atau apalah semacam itu. Jika kalian bertanya apakah aku pernah masuk ke bar? Jawabannya adalah tidak. Bahkan dengan alkohol yang dijual di super market saja aku sudah merinding. Apalagi masuk ke bar. Aku juga sangat takut kepada orang yang hilang kendali karena alkohol. Aku takut jika mereka berbuat semena-mena terhadapku dibawah kendali alkohol.
Tidak terasa, vanilla latte yang kupesan sudah habis. Aku pun menuju kasir dan membayarnya setelah itu pulang. Jam tanganku menunjukkan pukul tiga sore. Itu artinya aku harus cepat. Atau tidak aku akan dimarahi eomma karena pulang terlambat.
---
"Tumben sekali ada surat. Dari siapa ini?" Gumamku saat aku melihat ada secarik surat di kotak surat yang terdapat pada halaman rumah. Tanpa pikir panjang aku langsung membawanya pergi ke kamarku. Saat aku berlari kecil, aku mendapati eomma sedang menonton televisi. Aku menyapanya.
"Selamat siang eomma!" Eomma menengok ke belakang mencari sumber suara.
"Ah.. hm." Balasnya sambil tersenyum manis.
"Eomma. Tadi aku menemukan sebuah surat di kotak surat." Ucapku.
"Benarkah? Dari siapa?" Tanya eomma. Aku hanya menggeleng tidak tahu.
"Coba buka saja. Jangan kau bawa ke kamar. Eomma juga ingin tahu itu dari siapa?" Bentak eomma saat aku hendak berjalan. Aku terkekeh pelan. Lalu ikut duduk di sofa bersama eomma."Daebak! Eomma.. ini dari Park Hara!!!" Teriakku histeris. Mendengar teriakanku, eomma langsung menutup telinga dan menatapku tajam yang membuatku terdiam.
"Park Hara siapa?" Tanya eomma.
"Park Hara teman SMP." Jawabku girang.
"Benarkah?" Tanya eomma antusias melihat surat itu. Aku mengangguk semangat sebagai jawaban dari pertanyaan eomma.Park Hara adalah satu-satunya sahabatku saat aky SMP mengingat aku tidak pandai bergaul. Dia merupakan keturunan dari Korea dan Indonesia. Saat ini dia sedang tidak berada di kedua negara tersebut. Sekarang, ia sedang di Amerika. Dia pindah sejak awal masuk SMA karena pekerjaan appanya sebagai salah satu bos suatu perusahaan terkenal di Korea yang kemudian dipindah ke Amerika.
Awalnya, kami masih berhubungan secara tidak langsung lewat ponsel. Tapi karena keadaan faktor, aku sering berganti ponsel dan nomor sehingga tidak bisa berhubungan lagi. Dan saat ini dia baru saja mengirimiku sebuah surat. Aku sangat senang dan sangat merindukannya.
Aku berharap suatu saat nanti aku dan Park Hara bisa bertemu dan bersama lagi. Aku merindukan persahabatan.
Vommentnya menambah semangat! :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Junhoe Fanfiction)
FanfictionAwalnya, Choi Jira dan Kim Taeyeon berteman baik. Tapi, karena sebuah organisasi yang di dalamnya melibatkan Koo Junhoe seorang ketua organisasi tersebut, hubungan antara Choi Jira dan Kim Taeyeon memburuk. Kim Taeyeon saat ini memang menyukai Koo J...