6.| Jiu-Jitsu Tragedy

7.9K 1.3K 138
                                    

Rasanya aku tak menyesal bangun pagi di hari libur.

Terimakasih rapat dadakan

Terimakasih mataku yang bisa berkompromi untuk bangun pagi.

Pagi ini, aku dusuguhi dua pria idaman yang bergelut di dalam ring tinju. Jungkook dan Ayah, hm indah sekali.

Mereka berlatih, Jungkook nampak menggunakkan kekuatan penuhnya sedangkan ayah lebih berfokus pada strategi dan gerak-gerik lawan.

Jungkook baru dapat empat poin di lengan, sedangkan ayah dapat sembilan poin di perut.

Disuguhi susu vanilla dan tontonan yang terlihat begitu, sexy.

Maaf, aku bercanda. Itu terlalu sensual.

Kick!” Kudengar suara ayah yang menggema di ruang latihan, dan saat ayah memerintahkan Jungkook untuk menendang, ia sigap dan menendang bahu lalu kembali di tangkis.

two points.”

“Morning, darl.” Ibu datang dengan senampan roti isi dan minuman untuk ayah dan Jungkook nanti.

Ibu duduk di sebelahku, mengambil satu roti yang masih polos dan mengolesinya dengan selai kacang. Kesukaan ayah.

Ia melirik dua orang disana yang belum berhenti lalu kembali melirikku. “Good enough for your breakfast, huh?” Candanya.

Aku malu-malu menoleh, “What?” tawaku.

Ibuku berbisik. “Jeon Jungkook.”

Mum!” Kataku dan memukul nya pelan sambil tertawa.

“Apa? Dia sexy.” Candanya lagi. “Bahkan ayah terlihat jauh lebih sexy, mum.” Balasku.

“Hey, ayahmu milikku. Kau ambil saja Jungkook.” Candanya lagi.

“Ibu hentikan.” Tawaku geli. Selera humornya benar-benar tinggi.

“Pubertas memang tak main-main ya.” Sudah kutangkap apa yang ibu maksudkan, langsung kilirik Jungkook yang kini tengah melancarkan aksinya, melakukan pukulan perut untuk empat poin.

“Bahkan kudengar, ibu tirinya jarang sekali mengurus Jungkook. Kini dia tumbuh dewasa.” Ujarnya sembari tersenyum dan masih belum lepas dari roti di tangannya. Proud of your son, huh?

“Yah, kini giliranku.” Balasku, “Aku menunggu—ah bukan aku sedang melakukan masa pubertas seperti Jungkook. Aku akan kurus.” Senyumku melebar.

Raut wajah ibu terkejut dan senyumnya melebar, memperlihatkan lesung pipinya yang begitu indah. “Kau benar-benar akan melakukannya?” Tanyanya tak percaya.

Aku mengangguk. “Jungkook bilang dia akan membantuku.”

Assa!” Ibuku berdiri dari tempat duduk, dan bertepuk tangan kegirangan.

“Ibu~”

“Oh astaga sayang, mum sangat senang.”

Aku hanya tersenyum. Dan ibuku bersenandung sembari mengoleskan lagi selai pada roti. Kulirik ayah dan Jungkook yang ternyata sudah selesai latihan.

Mereka berjalan kearah kami, Jungkook duduk di depanku, ayah duduk di depan ibu.

Aku agak risih liatnya, mereka berdua sangat berkeringat.

Bahkan aku bisa lihat perut Jungkook karna kausnya basah. Wow, fourpack?

“Apa lihat-lihat?” Desis Jungkook.

Punch On TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang