18. | A Reward

7.3K 1K 126
                                    

Suara alat makan dan piring beradu terus berdenting di telingaku. Tak terbayang, bahkan untuk sarapan, aku bisa menikmati fasilitas mewah ini.

Aku menikmati bacon manis, telur stengah matang dengan kuning telur yang sempurna, ditambah sausage yang dibakar dengan bumbu pedas dan tambahan lada diatasnya. Ini enak.

Aku memotong bagian besar dan memasukannya dalam mulutku. Tiba-tiba, terasa di lidahku keju yang meleleh, aku terpukau, ini benar-benar nikmat.

"Hm, ini enak sekali." Gumamku.

"Makanan ini mahal, kau benar-benar harus memberiku reward nanti malam."

"Uhuk!" Aku terbatuk dan buru-buru meminum segelas air di dekatku. "Tunggu, apa? Tidak tidak, aku sebenarnya harus membayar semua ini pada Madam, bukan padamu."

Jungkook meletakkan kedua alat makannya dan menyenderkan punggungnya. "Aku ini anaknya, wakili saja padaku."

Aku hanya mengabaikan kata-katanya, dan kembali memotong, dan memasukkan potongan besar kedalam mulutku.

"Kau makan seperti babi." Ujarnya dengan santai.

Aku kembali memotong sausage ku dan menghiraukan kata-katanya. "Hentikan sebelum aku marah."

"Apa yang kau lakukan jika kau marah? Lompat keatasku? Dan—"

Aku menghela nafas kesal dan meletakkan pisau dan garpuku dengan kasar keatas meja. Saat aku menatapnya, Jungkook hanya tertawa geli dan malah menghiraukanku. Ia melanjutkan acara makannya.

Setelah dilihat juga, dia makan melebihi induk babi.

"Kau terus membicarakan reward mu itu," ujarku sembari memandanginya. "Menyebalkan, kau menbuatku tidak nafsu makan."

Jungkook hanya terus mengunyah.

Dia lalu menatapku sambil mengunyah makanannya dan membuat pipinya gembung tanpa mengatakan apa-apa padaku.

"Kau terlihat seperti tapir." Ujarku.

Jungkook mendecih. "Makan," lalu dia memotong kembali sausage di piringnya itu. "Kau butuh tenaga yang banyak untuk nanti malam."

"Jungkook, aku benar-benar tidak bisa berfikir—"

"Kau tahu?" Kuhentikkan kata-kataku saat Jungkook mulai merubah nada bicaranya.

"Saat aku bertarung bersama Yugyeom, kau, satu-satunya orang yang ada di pikiranku." Tiba-tiba jantungku merosot, aku merasa menyesal tidak memperlakukannya dengan baik tadi malam.

"Ku kira, aku akan dapat sambutan yang sangat manis darimu. Nyatanya tidak."

Sial, aku merasa diriku sangat bersalah.

"Jungkook aku—"

"Ini semua salah Mum." Katanya kemudian.

"A-apa?"

Pemuda itu menghela nafasnya panjang dan menggeram. "Jika saja dia tidak datang, aku sudah mengikat dan menghabisimu tadi malam."

"Jungkook! Kau jahat sekali." Tuturku sambil mengerutkan kedua alisku.

Dia tertawa dan memperlihatkan deretan giginya yang lucu itu dan mengelus puncak kepalaku.

"Lupakan, aku hanya bercanda." Ujarnya.

Lalu dia izin untuk ke kasir dan membayar sarapan kami dengan kartu yang di berikan Madam. Aku memandanginya, dan merasa bersalah. Tapi tetap saja kan, yang dia minta itu hal gila.



Punch On TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang