"Oh astaga, kook. Aku tak kuat lagi."
Badanku ambruk dan keringat dimana-mana membasahi seluruh tubuhku. Rambutku berantakan, dan tenggorokkanku terasa sangat kering. Gila, padahal aku baru pemanasan.
Aku menjatuhkan tubuhku dengan nafas tersengal, dan melirik Jungkook yang masih melakukan push up. Dari tadi yang ku dengar, ini sudah ke seratus lima belas. Gila dia.
"Kook." Panggilku
Dia tak menggubris dan masih melanjutkan kegiatannya. Padahal keringatnya sudah bercucuran dan dia bilang dia akan melakukannya sampai yang ke dua ratus.
"Kook."
"Seratus lima sembilan."
"Jungkook!"
"Ah! Apa?!"
Dia menjatuhkan dirinya dan memincing tajam kearahku. Lalu dia menyeruput air dinginnya sampai habis, aku jadi bingung dia itu kenapa.
"Dasar lemah. Bukankah kau baru hitungan ke delapan?" Tanyanya kesal.
Rasanya aku ingin sekali menyemburkan air yang ku minum ke wajahnya itu. Kutegak sampai habis lalu kilirik dia dengan tajam.
"Kau itu atlit, beda denganku."
"Kau yang payah." Ujarnya sambil duduk bersila.
"Terserah."
"Payah."
Aku diam.
Sifat menyebalkan dan kesukaannya dalam menjelekkan temannya sendiri belum hilang juga. Dia hanya dua bulan lebih tua dariku, tapi rasanya sikapku lah yang cenderung lebih dewasa darinya.
"Hey simba,"panggilnya. Aku memijat betisku, entah kenapa rasanya sangat kencang padahal tadi aku hanya melakukan sit up.
"Hm."Gumamku.
"Hey, aku serius."
"Katakan saja, kook."
"Aku bawa hadiah untukmu dari Jepang."Aku menoleh cepat, jarang sekali dia memberiku hadiah.
Dia mendengus. "Dasar wanita, jika sudah hadiah dan uang, mata langsung melebar."
Ya, ok persepsi yang bagus Jungkook. Kami para kaum hawa memang menyukai itu, terutama uang dan pria tampan. Hanya saja itu mustahil bagiku.
Lalu detik setelahnya, ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah rumah. Aku mencoba beberapa streching lain sembari menunggunya.
Jujur,
Aku sangat ingin kurus. Agar aku tidak minder dari teman-temanku yang super langsing, melawan cemoohan dari si nenek sihir Jung Hye in, dan - dan mendapat pria yang ku suka.
Kim - ah sudahlah, jangan berharap banyak Hye. Kau hanya sebuah kentang, ingat itu.
Beberapa menit setelahnya, Jungkook datang dengan paper bag warna pastel di tangannya. Dia duduk bersila tepat di depanku dan menyodorkannya dengan kasar. Makhluk ini ikhlas tidak, sih?
"Bukalah." Katanya dan setelahnya ia meneguk air dingin di botol kecil yang ia pegang.
Kulirik dia sebentar lalu ku buka bungkusannya, ku ambil benda yang masih di bungkus lagi dengan plastik. Ku robek plastiknya dan betapa terkejutnya aku melihat pakaian ini.
Sialan.
Ini sungguh cantik. Tapi kurasa Jungkook memberiku hadiah yang salah, kurasa yang ini milik kekasihnya atau selingkuhannya. Sial, Jeon sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Punch On Trap
FanfictionPetinju muda satu ini memiliki segudang kepercayaan diri dan keberanian, hanya satu yang akan melemahkannya. Apakah itu?