Ini hari dimana Sena pemotretan dengan Taehyung.
Dan sialnya, dia kesiangan. Sialnya lagi? Sena ketiduran dengan ponselnya yang mode diam.
Sial tiga kali.
Buru-buru ia menyingkap selimut hotel, dan dengan cara tidurnya, bahkan seprainya sudah berantakan kemana-mana.
Dia mengambil handuk, masuk kedalam kamar mandi, menyiram tubuhnya dibawah shower sambil menyikat giginya dengan kilat.
Keluar memakai bathrobe, secara random dia mengambil setelan baju sembari menelfon manajer Choi.
Sena dengan buru-buru memakai bajunya.
"Halo, oppa kenapa kau tidak membangunkanku?" Tanyanya.
"Kau sudah cek log? Aku menelfon mu ribuan kali."
Ia menghela nafas. "Geurae, jemput aku lima belas menit lagi."
Sena sudah selesai memakai pakaiannya. Ya hanya hotpants, kaus, dan cardigan pastel. Yang dia butuhkan hanya merias wajahnya sedikit.
"Dwaeso(lupakan)." Sena terhenti ditengah kesibukannya mencari krim.
"Apa?"
Manajernya menghela nafas kecewa. "Kau telat lebih dari satu jam, kini modelnya digantikan oleh Minatozaki Sana."
Sena terasa begitu kesal, sampai ia benar-benar menghentikkan kegiatannya.
"Apa? Sana? Minatozaki Sana?"
"Iya Sana. Orang yang gagal dalam audisi Flure, lalu kau jadi pemenangnya."
"Astaga gadis itu." Rasanya benar-benar kesal, sampai sumpah serapahnya tidak bisa ia teriakkan.
"Aku rasa dia memang merencanakan ini, dia ingin iklannya. Kau tahu, potensi dia melejit lebih besar."
"Dasar wanita licik. Tapi Min Ah Unni memintaku jadi modelnya? Kenapa bisa si gila itu disana?!"
"Bangunlah lebih pagi! Lihat, hidupmu sial hanya karna tidur."
"Oppa!"
"Pergilah sekolah, aku akan menjemputmu sekarang."
Sambungan terputus.
Sena melempar tubuhnya keatas ranjang. Dia menghela nafasnya geram, karena mengingat gadis itu. Minatozaki Sana.
Dia takut.
Mantan kekasih Kim Taehyung.
Yang dia kalahkan dengan cara licik dalam audisi kala itu.
"Apa ini balasan untukku?" Ia menggumam.
#
Oke. Kecanggungan yang sangat berlebihan.
Di mobil, aku sedari tadi hanya menggigit kuku dan gelisah. Kejadian kemarin benar-benar masih terngiang di kepalaku.
Ah sial.
Jungkook bersikap biasa saja setelah kejadian itu. Dia hanya berkata dia merindukanku, dan ingin kita tidak canggung. Bukankah aku bersikap biasa saja?
"Ya, jangan gigiti kukumu. Itu jorok." Katanya tanpa melepas pandangannya dari jalanan di depan. Lalu aku melepas jariku dari mulutku.
"Aku lupa mengerjakan tugasku." Ujarnya. Dia berhenti jauh sebelum gedung sekolah, dan aku memandang bingung ke arahnya.
"Mwoya?" (apa-apaan?) Tanyaku bingung.
"Turun, aku mau bolos saja."
Mataku melebar. "Aku ikut. Aku juga belum mengerjakan tugas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Punch On Trap
FanfictionPetinju muda satu ini memiliki segudang kepercayaan diri dan keberanian, hanya satu yang akan melemahkannya. Apakah itu?