Dalam mata yang tertutup, aku bisa merasakan seluruh tubuku sangat ngilu dan nyeri. Kuhirup nafas dalam-dalam dan wangi-wangian di ruangan ini cukup familiar. Kugerakkan sedikit kepalaku, dan pening hebat itu kembali datang.
Rasanya empuk dan nyaman. Bau obat yang begitu menusuk indra penciumanku, aku tahu benar ini adalah Rumah Sakit. Kucoba untuk sedikit membuka mataku, dan pandanganku buram seraya kulihat langit-langit berwarna krem diatasku.
Aku mengerjapkan mataku untuk kedua kali dengan pelan, dan kali ini kulihat jelas langit-langit itu, dan ternyata ada lukisan bintang disana. Aku menengok ke sisi kiriku, ada kaca besar yang menunjukkan kota Seoul siang hari.
Kulirik sisi kanan ku dan menemukan wanita cantik yang tengah membaca sebuah buku, itu ibuku. Ia duduk memunggungiku dengan rambutnya yang diikat keatas.
Dengan berbisik, kucoba untuk memanggilnya. "Ibu."
Suaraku begitu pelan dan lemas. Karena untuk bergerak, seluruh tubuhku terasa sangat sakit, terutama punggung, pergelangan tanganku, dan kaki ku.
Ibu menengok padaku dengan cepat. Ia terkejut karena bangunnya aku. Segera ia menghampiriku dan mengelus-elus rambutku.
"Kau sudah bangun? Bagaimana perasaanmu? Kau merasa lebih baik?" Tanyanya.
Aku tersenyum dan mengangguk. "Berapa hari aku disini?"
"Kau tidak sadar dua hari, sayang. Tapi sekarang kau sudah membaik." Ujarnya.
Lalu aku hanya diam. Kupandangi seisi kamar yang kelihatannya hanya untuk satu pasien. Ada kamar mandi yang mewah, kulkas dan bahkan lemari. Kulirik kembali ranjangku, ini kelas atas.
Sejenak, aku teringat Jungkook.
"Ibu." Panggilku, lalu ibu kembali menengok padaku. "Dimana Jungkook?"
Kupandangi Ibuku yang menjilat bibirnya gusar dan bermain dengan jarinya. Kemudian ia menarik kursi dan duduk di sebelahku, lalu ia menggenggam dan mengelus telapak tanganku.
"Ibu? Jungkook baik-baik saja 'kan?" Tanyaku mulai khawatir.
Ibuku mengangguk mantap dan tersenyum getir.
"Jungkook masih berada di ICU, jadi dia belum bisa di kunjungi." Ujarnya.
Pening yang menimpaku terasa makin nyeri setelah mendengar Jungkook yang ternyata kondisinya parah.
"Separah apa kondisinya?"
Ibuku menggeleng. "Tidak tahu, yang menemani Jungkook sejak malam ia masuk ICU adalah ayahmu. Ibu hanya disini menemanimu."
Aku menghela nafasku lega. Mengingat bagaimana sayangnya ayahku pada Jungkook, sampai-sampai ia menemani Jungkook dari malam saat lelaki itu masuk ruang ICU.
Ibuku berkata bahwa ia akan memanggil dokter untuk memeriksa keadaanku. Jadi aku kembali berdiam diri, saat aku kecil, tak pernah terbayang olehku kalau aku akan dapat pengalaman hidup yang seperti ini.
Diculik, disekap, dipukuli, dan akhirnya terbangun di rumah sakit. Seperti drama.
Aku kembali memandangi seisi kamar rumah sakit ini. Aku mendapat fasilitas yang sangat nyaman, sedangkan Jungkook pasti sangat tersiksa dengan berbagai alat di tubuhnya.
Aku melihat nakas di sisi kananku. Ada sebuket bunga dan ada bunga matahari dalam pot. Lalu disenderkan post-it berwarna kuning dan pink dibawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Punch On Trap
FanfictionPetinju muda satu ini memiliki segudang kepercayaan diri dan keberanian, hanya satu yang akan melemahkannya. Apakah itu?