23

28.5K 1.5K 245
                                    

Senja

Dia, gadis anehku, yang benar-benar tak terduga, yang sering kali membuat detak jantungku serasa akan meledak, karna terlalu sering dia buat deg-degan tak semestinya.

Seperti malam ini, saat tiba-tiba dia ada dikamarku, untuk menjelaskan satu hal, jujur aku lega mendengar penjelasannya, tapi hatiku tetap masih kesal  masih sangat cemburu melihat adegan itu.

Bahkan aku sudah megusirnya dia juga langsung pergi, tapi setelah beberapa menit dia kembali kekamarku dan mengguncinya, yang membuat jantungku terkaget karnanya.

Apalagi saat dia mulai berjalan keranjangku dengan senyum tipisnya, dengan membuka jaketnya lalu membuangnya begitu saja, jantungku langsung serasa berdetak tak menentu.

Seolah dia sedang menggodaku dengan pesonanya yang mampu luluhkanku, dia terus berjalan kearahku dengan tatapannya yang begitu dalam.

Tanpa menjawab pertanyaanku  dia mendaratkan bibirnya lembut pada bibirku, aku mendorong tubuhnya tapi sedikitpun dia tak berpindah tempat, bibirnya masih tetap menempel pada bibirku bahkan dia melumati bibirku, aku masih kesal karna kejadian tadi, kejadian yang membuatku sangat terbakar cemburu.

Aku mendorong lagi tubuhnya, tapi Sayu malah menarik lembut tubuhku, yang tadinya bersandar diranjang jadi tiduran, dia menatapku lekat menyusuri wajahku dengan jemarinya.  disituasi seperti ini jantungku seolah berdetak ngebut hebat.

Perlakuannya yang seperti ini, yang bisa membuat aku yang tadinya marah jadi berujung mendesah.

"Senja, jangan kaya gini lagi, jangan kaya tadi lagi, pemilik aku itu cuma kamu, siapapun diluaran sana tidak akan bisa merubah itu, aku tidak ingin yang macam-macam diluar sana, karna aku cuma mau satu dan itu kamu!" ucap Sayu membuat hatiku dipenuhi bunga-bunga.

Matanya masih setia menatapku, matakupun sudah dengan sendirinya menyambut tatapannya yang begitu lembut.

"Kamu yang membuat rasa ini  hadir, kamu yang membuat rasa ini ada, kamu yang membuat rasa ini nyata, kamu yang membuat semua rasa ini, dan rasa ini...kamu Senja" lagi-lagi ucapnya membuat hatiku begitu berbunga.

Dibalik sikap anehnya yang terkadang sedikit bicara, yang terkadang suka menggodaku seenaknya, tapi ternyata dia bisa juga berkata yang romantis.

Hatiku meleleh seketika karna semua yang dia lakukan, kesal dan cemburuku serasa menguap ntah kemana karnanya.

Lama-lama aku jadi tidak tahan ditatapi terus olehnya sedekat ini, jantungku makin tak terkendali.

"Aku sayang kamu Sayu, jangan dekat-dekat dengan Elisa atau siapapun, aku sangat cemburu" ucapku mungkin terdengar manja.

Akupun mengelus rahang manisnya menatap matanya, Sayu mengangguk dengan senyum tipisnya, lalu aku memeluknya, membuat tubuh Sayu jadi menindihku.

Lalu kurasakan bibir Sayu menggecup leherku lembut, membuatku merinding menahan desah, tapi setelahnya dia menghisapnya dan pastinya akan meninggalkan bekas.

Lalu Sayu mencumbu bibirku lagi, menjilati tiap sudutnya   sepertinya aku memang sudah benar-benar dibuat pasrah kembali olehnya, Sayu mulai menarik bajuku, tapi...

Dari arah pintu terdengar suara ketukan, yang otomatis membuatku mendorong Sayu hingga terduduk.

Akupun turun dari ranjang, tapi belum aku melangkah menuju pintu, Sayu sudah menarikku membuatku jatuh dipangkuannya, lalu kembali dia melumat bibirku, sementara pintu kembali diketuk.

Dia selalu nekad begini selalu tak peduli apapun diluar sana, tapi aku tetap melepas dari pangkuan Sayu, lalu tersenyum menggoda Sayu sambil aku berjalan membuka pintu, Sayu mengikuti langkahku dengan wajah yang sulit diterjemahkan.

Terlihat ayah, ibu juga adekku didepan pintu kamarku.

"Nak kamu masih pusing gak?" Tanya ibuku padaku.

"Enggak kok bu, udah mendingan, kalian ngapain?" Jawab juga tanyaku.

"Ibu cuma khawatir nak, takut kamu makin pusing atau gimana, takut ngerepotin nak Sayu" jawab ibuku.

"Engak bu, Senja udah baikan, Senja udah mau tidur malahan bu" jawabku sok tenang.

"Nak, itu leher kamu kenapa? kok merah begitu" tanya ibuku.

Yang seketika membuatku rada panik, tapi membuat adekku tersenyum aneh.

"A..i..ini digigit nyamuk kayaknya bu, gatel tadi jadi merah gini" jawabku.

Yang tetap terbata juga meski mencoba tetap tenang, hufhhh gagal tenang.

Aku melirik Sayu, si pembuat merah dileherku, yang sedang senyum-senyum tipis menyebalkan, seolah dia tak habis melakukan apapun padaku.

"Ya sudah nak, kalian tidur aja" ucap ibuku lagi.

"Iya bu" jawabku, lalu ibu juga ayah meninggalkan kamarku.

"Jangan macem-macem kak" bisik adekku ditelinggaku.

Lalu senyum-senyum aneh terus ngelirik Sayu sambil jalan.

Bodo amat sama ucapan adekku.  dasar anak kecil gak jelas, aku kembali mengunci pintu kamarku, kulihat Sayu sedang menatapku, tatapan yang sulit untuk dijabarkan, membuat jantungku berdegup gugup.

"A..aku mau tidur" ucapku berjalan menuju ranjangku.

"Tapi aku gak mau tidur" ucap Sayu menarik tanganku.

"La..lu kamu mau a..apa?" Tanyaku terbata.

"Aku mau ini" tunjuk lembut jari Sayu pada bibirku.

"Ini" jari Sayu turun tepat didadaku.

"In..i" jari sayu terus turun menyusuri perutku terus kebawah.

Tapi sebelum sampai apa yang akan dia tunjuk, aku menggenggam tangannya, menatap mata sayunya yang penuh goda. Merasakan detak dan nafasnya yang mulai beradu buru, lagi malam ini aku memasrahkan segalaku padanya.

"Sayu......"...

TBC

Senja Sayu (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang