27

25.3K 1.3K 173
                                    

Senja

Sepertinya kali ini Davi benar-benar marah, ucapannya penuh emosi dan penekanan.

"Sayu berhenti, yang tunagan Senja itu aku, dan aku bisa mengantar Senja kemanapun" Begitulah ucap Davi.

Yang membuat Sayu juga aku seketika menghentikan langkah.

Sayu melepaskan genggamannya ditanganku, lalu dia membalikan badannya menghadap Davi, akupun sama.

"Dengan ban mobil kempes seperti itu?" Jawab Sayu tenang.

"Aku bisa mencari taksi" jawab Davi seolah geram.

"Dan membiarkan Senja menunggu?" Jawab Sayu masih sangat tenang.

Tapi seolah menatang, meski mungkin bukan itu maksudnya.

Sayu, selalu begitu tampak berani dalam situasi apapun, selalu tampak pandai menguasai situasi setegang apapun, ntah terbuat dari apa hati dan perasaannya.

Davi diam, mungkin dia merasa tak punya jawaban yang tepat untuk ucapan Sayu, hanya wajahnya yang terlihat seperti orang marah menatap Sayu.

Sedangkan aku selalu dibuat beku setiap terjadi suasana seperti ini, aku mendadak tak bisa berkata apapun, takut-takut ucapanku hanya akan menambah keruh suasana, jadilah aku hanya bisa selalu diam, padahal jelas-jelas akulah penyebab dari tiap suasana tak enak ini.

Lagi aku merasa tanganku kembali digenggam lembut, lalu ditariknya untuk berjalan, dan tepat saat itu Shela bersama saudara Davi yang lain hendak pulang juga.

Mereka sempat menyapaku juga Sayu, tapi Sayu hanya mengangguk, dan terus saja berjalan dengan semakin erat menggenggam tanganku, akupun hanya memberi senyum sekilasku pada mereka yang seperti terlihat bingung atau ntahlah.

Sayu selalu melakukan apa saja yang dia inginkan, tak peduli apa yang dia lakukan bisa membuat orang bingung atau bahkan berfikir aneh, dan setelahnya dia bisa bersikap sangat biasa, seolah tak pernah terjadi apapun.

Hari ini benar-benar sangat rumit, hatiku dibuat merasakan yang campur aduk, terbakar cemburu karna laki-laki yang bersama Sayu, dilanda cemasku karna situasi tak enak akhir-akhir ini pada Sayu dan Davi.

"Salah faham lagi hmm? sampai tadi selalu berpaling dari tatapanku" Tanya Sayu padaku setelah duduk didalam mobilnya.
Tapi aku hanya diam menatap lurus kedepan, aku sengaja tidak mau menjawab, tadi saja seolah tidak peka akan cemburuku, dan sekarang baru bertanya huffh.

Ditangkupnya wajahku untuk melihatnya, mataku selalu luluh tiap beradu dengan matanya, seolah hanya melalui mata saja dia mampu membuatku menyerah.

"Senja, cemburu boleh tapi salah faham jangan, karna buktinya sekarang aku disini dideket kamu" ucapnya lagi.

Kurasakan tangannya mengusap rambutku, lalu menarikku kedalam peluk hangatnya, akupun membalas peluknya, terlena didalam hangat peluknya, seolah lupa tempat.

"Kamu nyebelin" ucap manjaku dipelukan Sayu.

"Kamu ngangenin" jawab Sayu.

Ucapnya terdengar seperti gombalan, tapi mana mungkin, Sayu kan gak pernah bisa ngegombal, lalu aku merasa dia mencium puncak kepalaku.

Kata-kata sederhananya saja, mampu membuatku tersenyum bahagia disela cemas yang akhir-akhir ini sering terjadi.

Lalu Sayu melepas peluknya, mulai melajukan mobilnya menuju rumahku.

Kini mobil Sayu sudah berhenti tepat didepan rumahku, Sayu mematikan mesin mobilnya, lalu tangannya mengelus pipiku, membuatku menoleh kearahnya, yang sedang menatapku.

"Senja, selama ada aku, kamu jangan pernah takut apapun yah" ucap Sayu padaku.

Matanya begitu dalam menatapku, seolah meyakinkanku, seolah dia tau ada rasa takut dihatiku, takut akan bermacam hal rumit didepan sana.

Sayu masih dengan lembutnya menatapku, membelai rambutku menenangkan hatiku, aku yang selalu dibuat berdebar dengan ucapnya yang tak terduga.

"Tapi Sayu, aku..jujur aku takut" jawabku lirih.

"Aku tau, tapi mengertilah serumit apapun aku tetap mau kamu, setakut apapun kamu, aku tetap mau kamu Senja" ucap Sayu begitu meyakinkanku.

Tak henti mata itu terus memancarkan lembutnya padaku, mata yang selalu tampak tenang disetiap suasana, mata yang seolah tak pernah takut apapun, mata Sayu yang mampu menghangatkan.

"Apa mungkin Sayu? apa mungkin kita bisa terus selamanya bersama?" Tanyaku lirih.

Menatap matanya yang tak pernah berhenti memancarkan ketenagannya.

Karna aku sendiri merasa tak yakin dengan pertanyaanku, pertanyaan yang sebenarnya aku takut untuk mengucap.

Diusapnya bibirku lembut dengan jarinya, dimajukanya wajahnya pada wajahku, hingga hidung kami saling bersentuhan, dikecupnya ujung hidungku, lalu keningku, seolah dia berusaha menunjukan rasa sayangnya padaku.

Setelahnya dimundurkanya wajahnya, matanya kembali menatapku mantap.

"Senja, kita nikah ya" ucap Sayu dengan entengnya.

Lancar penuh keyakinan, seolah tak peduli apapun didepan sana.

Sementara aku, jangan tanya reaksiku bagaimana, kufikir siapapun sudah tau tanpa kujelaskan.

Ucapannya waktu itu dikamarnya saja, masih membuatku begitu bingung tak tentu, ditambah sekarang, Sayu, kamu benar-benar selalu memberi sensasi tegang yang teramat dalam dihidupku.

"Sa..sayu, kamu gila" jawabku.

Menatapnya tak percaya dia akan berucap hal itu.

"Jika waras, bukan cinta namanya" jawab Sayu tersenyum tipis.

Seolah mengajakku untuk tak menegang dalam situasi yang begini rumitnya.

Tapi aku tetaplah aku, bukan Sayu yang aneh, aku tak bisa setenang dia, aku tak bisa sekalem dia menghadapi cinta yang mengila ini.

Ya Tuhan, dalam situasi begini saja, dia masih mengodaku dengan senyum tipisnya, aku harus bagaimana dengan ucapannya, seriuskah dia? Tapi dia bukan orang yang bisa bercanda.....

TBC

Senja Sayu (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang