30

24K 1.3K 313
                                    

Senja

Sayu, dialah yang saat ini sedang memelukku, dipinggir jalan didepan Davi, ntah dari mana Sayu tau aku sedang bersama Davi, padahal aku tak memberi taunya, dia memang tak terduga.

"Senja?" panggil Davi.

Lalu menarik tanganku dari pelukan Sayu, tapi setelahnya Sayu melepas paksa tarikan Davi ditanganku.

Davi berusaha menarik tanganku kembali, tapi kulihat Sayu mendorong tubuh Davi.

"Kalau kak Davi gak bisa ngejaga Senja, jangan pernah berani nyentuh Senja" terdengar ucap Sayu tajam pada Davi.

Kini jelas terlihat dua orang yang seperti saling menantang, Davi dengan tatapan penuh amarahnya, Sayu dengan tatapan tenang tapi begitu tajamnya.

"Sayu, apa masalahmu? Senja yang memaksa keluar" balas Davi tajam pada Sayu.

"Kakak menurutinya, dijalanan seperti ini? malam-malam begini...iya? Harusnya kakak tau mana kemauan Senja yang harus dituruti mana yang gak!" Ucap Sayu pada Davi.

Meski tenang tapi mengandung emosi.

"Memangnya kenapa? Ini bukan urusanmu Sayu, kenapa kamu selalu seolah sengaja hadir diantara aku dan senja?" Tanya Davi, tak kalah emosi.

Aku tidak tau harus berkata apa sekarang, selalu dibuat bingung tak menentu oleh dua bersaudara ini.

"Karna aku peduli, sangat peduli pada Senja" jawab Sayu tajam tapi tenang.

Lalu setelahnya Sayu menarik tanganku lembut, hendak membawaku masuk kemobilnya, tapi terdengar ucap Davi.

"Memangnya Senja apamu?  kenapa kamu begitu peduli padanya? peduli yang tak sewajarnya seperti itu!" ucap Davi sedikit keras.

"Senja segalanya bagiku!" jawab Sayu yakin, menatap Davi dengan sangat beraninya.

Yang membuat mata Davi semakin tajam menusuk, terlihat semakin marah juga syok pastinya atas jawaban Sayu.

Jantungku dibuat tak menentu, tak tenang diantara dua saudara ini, keadaan yang memang salahku sendiri, dan aku berharap semua ini akan segera terselesaikan.

"Jadi karna Sayu, kamu tadi bilang tidak bisa lagi meneruskan pertunagan kita Senja? apa kalian sudah gila haa?!" Tanya Davi setelahnya.

Nampak jelas amarah Davi, emosinya, kecewanya, kesedihanya terlihat semua diwajahnya, tapi aku bisa apa, hatiku sudah memilih, meski pilihanku telah melukai Davi.

Kurasakan Sayu semakin erat menggenggam tanganku, akupun sama, setelahnya Sayu membawaku masuk kemobilnya, lalu Sayu segera menjalankan mobilnya meninggalakan jalanan dimana Davi masih berdiri linglung terpaku disana.

Sayu mengantarku kerumah, aku sudah yakin orang tuaku pasti akan lebih menyakini hubungan terlarangku dan Sayu setelah ini, karna sudah berapa kali Sayu selalu mengantarku pulang walaupun Davi yang selalu menjemputku.

Mungkin memang sekaranglah semua harus diperjelas didepan mereka, meski terlarang tapi tak bisa terus disembunyikan, meski salah tapi harus berani mengakui.

Mobil Sayu kini sudah berhenti didepan rumahku, seperti biasa dia nampak tenang, dia menggenggam tanganku lembut seolah memberi tauku kalau dia akan selalu bersamaku.

"Jangan takut, aku akan menjagamu, kamu cukup berdiri disampingku, tetaplah menggenggam tanganku, begitupun aku yang tidak akan melepas tanganmu dari apapun" ucap Sayu yakin.

Dengan tatapan matanya yang teduh menenangkan, dengan tangan hangatnya yang selalu menjaga menggenggam.

"Ayo masuk, kita temui orang tua kamu" ucapnya lagi.

Meski jantungku berdegup takut, tapi aku percaya pada Sayu, dialah pilihan hatiku, dialah bahagia nyataku, akupun mengikuti langkahnya memasuki rumahku, tangan hangatnya tetap menggenggam tanganku erat, bahkan ketika sampai didepan kedua orang tuaku, Sayu masih menggenggam tanganku.

Kini jantungku semakin tak menentu, aku hanya bisa tertunduk didepan orang tuaku, aku merasa tak sanggup menatap mata mereka, aku merasa tak punya kata untuk dijelaskan pada mereka, ketakutanku mendadak membuatku terdiam bisu.

Kurasakan tangan Sayu yang semakin erat menggenggam tanganku, untuk beberapa detik kami hanya saling diam, sampai aku mendengar Sayu mulai berbicara.

"Sebelumnya Sayu minta maaf Pak, Bu karna mungkin ini tidak sepantasnya tapi Saya harus tetap mengatakannya, Saya minta izin pada kalian karna Saya ingin hidup bersama Senja buat seterusnya" itulah ucap Sayu didepan orang tuaku.

Ucapnya yang begitu berani, begitu lancar dan tenangnya, ucapan yang membuat orang tuaku terlihat sangat syok, ucapan Sayu yang membuat kedua orang tuaku saling berpandangan dengan kaget campur kecewanya, kulihat ibuku yang lebih syok karna terlihat air matanya mengalir begitu saja dipipinya.

Pastilah ibuku sangat sedih dan kecewa, karna aku salah satu anak gadisnya yang tak pernah berulah ini, sekarang tiba-tiba memberinya pukulan hebat dihidupnya.

Sementara aku dan Sayu masih berdiri dengan tangan saling menggenggam erat, siap menerima apa saja ucapan mereka, restu atau bukan yang akan mereka ucap, tapi kami sudah bertekad untuk tak menyerah.

"Kalian sudah gila? kalian fikir yang kalian lakukan itu pantas itu wajar?" ucap ayahku keras.

Terdengar bentakan marahnya, yang seketika memecah keheningan yang sempat tercipta, yang seketika membuat rasa takutku semakin bertambah, meski Sayu semakin erat mengengam tanganku.

"Sayu tidak keberatan dengan ucapan anda apapun itu, karna apapun ucapan itu Saya tidak akan mundur, Saya tetap mau hidup bersama Senja" lagi terdengar ucap Sayu, seolah menantang ucapan ayahku.

"Nak Sayu, selama ini kami menghargai kebaikan nak Sayu pada Senja, tapi untuk sekarang, tolong segera tinggalkan rumah ini, tinggalkan anak saya, dan jangan pernah kembali lagi kerumah ini" usir ayahku pada Sayu.

Dengan amarahnya yang membuat rasa takutku bertambah...........

TBC

Senja Sayu (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang