22

28K 1.4K 129
                                    

Sayu

Sial, mungkin kata yang tepat untuk yang terjadi saat ini, Senja salah faham, sudah jelas dia salah faham padaku, sepertinya dia sangat marah, dia selalu berusaha melepas dari genggamanku, bahkan dia mendorongku saat aku akan memeluknya.

Tapi aku tetap berusaha memegang tangannya, berharap dia tenang dan mau mendengar apa yang ingin kujelasakan.

Sampai tiba-tiba kak Davi muncul dari dalam, tapi aku tetap tidak mau melepas tangannya meski Senja terus meronta.

Sampai kak Davi benar-benar ada didepan kami, aku masih tak mau melepas tangan Senja, bahkan aku tidak peduli, saat mata kak Davi melihat kearah tanganku dan Senja.

"Ini sebenarnya ada apa?" terdengar lagi tanya kak Davi.

"Dav, aku mendadak rada pusing, tadi mau jatuh, terus Sayu pegangin" jawab Senja tentu saja berbohong.

Lalu menarik tangannya lepas dari tanganku.

"Tapi kamu gak apa-apa sayang?  kita kedokter ya" ucap kak Davi terlihat khawatir.

"Aku mau pulang aja Dav, aku cuma butuh istirahat aja" jawab Senja.

"Tapi sayang..." ucap kak Davi dipotong Senja.

"Aku cuma mau pulang Dav, sekarang" jawab Senja seperti akan menangis.

"Biar aku saja yang anter Senja kak, biar sekalian" ucapku pada kak Davi.

Kulihat Senja seperti kaget mendengar ucapanku.

"Kamu aja Dav, aku cuma pingin cepat sampai rumah" Senja yang menjawab ucapku.

Lalu Senja menarik tangan kak Davi, tanpa melihatku bahkan melirikku saja tidak, apa dia semarah itu, akukan tidak punya salah, apa dia menganggapku begitu bersalah, apa karna dia cemburu pada Elisa?.

Saat mobil kak Davi pergi  akupun berniat pergi, dan kulihat Elisa masih disana bersandar pada mobilku, dia melihat semuanya tadi, tapi bodo amatlah itu juga karna ulahnya kurasa.

"Kamu ada hubungan apa sama tunagan kak Davi?" tanya Elisa tiba-tiba padaku.

Membuatku merasa aneh, apa urusan Elisa sampai bertanya begitu.

"Menurutmu?" balasku balik bertanya.

"Kalian terlihat dekat" jawab Elisa.

"Kita juga sekarang terlihat dekat" jawabku acuh.

"Tapi kalian terlihat beda" lagi jawab Elisa.

"Kamu mau kita terlihat beda juga?" tanyaku menatap Elisa, kulihat Elisa seperti salah tingkah.

"Sayu, aku serius" jawab Elisa.

"Aku juga serius, lebih baik kamu pulang sendiri saja, aku ada urusan yang sangat amat penting" ucapku kemudian pada Elisa.

Tanpa menunggu jawaban Elisa, aku bergegas masuk mobilku dan melajukannya, tak kupeduli panggilan Elisa, yang terpenting bagiku cuma Senja, aku harus bertemu Senja, harus!.

Aku lajukan mobilku kerumah Senja, saat sampai disana masih ada mobil kak Davi, akupun sengaja memparkir mobilku diseberang jalan depan rumah Senja, menunggu kak Davi pulang, sial memang jika seperti ini keadaanya tak bisa sebebasnya menemui Senja.

Hatiku sudah sangat tidak tenang, mengingat sikap Senja tadi terlihat dia sangat marah, atau bahkan sakit sampai dia menangis, apa benar dia cemburu tadi? sampai dia berfikir yang tidak-tidak tentang aku dan Elisa.

Setelah hampir 30 menit, akhirnya aku melihat mobil kak Davi meninggalkan rumah Senja, akupun segera menjalankan mobilku kedepan rumah Senja, ini sudah cukup malam untuk bertamu, tapi aku tidak peduli, aku harus bertemu Senja malam ini juga, aku tidak mau dia terus salah menganggap tentangku.

Setelah sedikit berbohong, akhirnya orang tua Senja meberiku izin untuk melihat Senja dikamarnya, yang kata mereka sudah tidur.

Tanpa mengetuk pintu kamarnya aku langsung membukanya dan masuk, kulihat senja sedang bersandar diranjangnya dengan mata terpejam, lalu aku menutup pintu kamarnya lagi.

Saat aku kembali melihat Senja  dia sudah membuka matanya, dan terlihat kaget melihatku dikamarnya, tapi aku tidak peduli, aku terus berjalan menghampirinya diranjang.

"Ada perlu apa? ini sudah malam" tanya Senja tanpa melihatku.

Aku duduk ditepi ranjang, tepat didekat Senja, aku menatapi wajahnya yang tak mau menatapku, matanya terlihat sedikit bengkak, apa dia baru saja menangis? hatiku nelangsa seketika menatapi matanya yang yang memancarkan sedih.

Aku usap pipinya tapi ditepisnya, aku genggam tangannya tapi dia menarik tangannya, jadi begini saat dia sedang cemburu, ada rasa senang tapi juga kasihan dihatiku, harusnya dia tidak perlu cemburu pada siapapun, harusnya dia tau hanya dia yang mampu membuatku lebih dari sekedar tergila-gila.

"Jangan berfikir berlebihan tentangku, tadi aku tidak melakukan apa seperti yang kamu fikirkan, Elisa yang menarikku, jadi seolah aku yang menghimpit tubuhnya padahal nyatanya tak begitu, lalu dia yang mencium pipiku, bukan aku yang cium dia, bukan juga kita ciuman" ucapku lembut menjelaskan pada Senja.

Berharap dia mau fahami kebenarannya, aku terus menatapnya yang masih tak mau menatapku.

"Pergi, keluar, aku mau istirahat" ucap Senja mengusirku.

Penjelasanku tak dihiraukannya  hatinya tetap tak mau terima.

Aku menurutinya, aku langsung keluar dari kamarnya, tapi bukan untuk pergi atau pulang, melainkan untuk meminta izin pada orang tua Senja, kalau aku mau nginep, biarlah mereka berfikir aneh atau apa.

Lagi-lagi aku berbohong untuk dapat menginap dikamar Senja, meski terlihat raut bingung pada orang tua Senja, tapi biar sajalah yang jelas aku mau anaknya.

Setelah menemui orang tua Senja, akupun kembali kekamar Senja, seperti tadi langsung masuk, kalau tadi aku hanya menutup pintunya sekarang aku menguncinya, tak kuhiraukan gadis diranjang sana yang menatapku lebih kaget dari pada tadi.

Setelah pintu terkunci, aku melangkah pelan keranjang, wajahnya masih begitu terlihat kaget campur gugup, aku menatapnya dengan dalam, aku terus melangkah semakin dekat, sambil membuka jaketku lalu membuangnya kesembarang.

"Ka..kamu mau aa..pa?" tanya Senja terbata..........

TBC

Senja Sayu (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang