Bab 3 - Sabar

161K 10.3K 208
                                    

Revi tersenyum tipis saat Erin mengucapkan terima kasih padanya dengan suara yang sangat pelan. Dokter mengatakan kalau asam lambung teman sebangkunya itu naik sehingga harus dirawat di rumah sakit sampai dua hari ke depan.

"Gue balik dulu, ya," pamit Revi. "Mungkin besok, gue sama Loli bakal ke sini. Tadi dia minta maaf banget karena nggak ikut nganterin lo. Abangnya udah jemput soalnya."

"Nggak apa-apa."

"Istirahat lo. Muka lo pucet banget. Nyokap sama adek lo lagi di jalan."

Erin mengangguk pelan. "Thanks banget, Rev. Tolong bilangin makasih juga ke Arkan, ya."

Revi mengetatkan rahangnya saat mendengar nama Arkan tapi segera disamarkannya di depan Erin. "Nanti gue sampein. Gue balik, ya."

Setelah mengatakan kalimat itu, Revi segera membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju keluar ruang rawat Erin. Lidahnya berdecak saat matanya melihat sosok cowok yang benar-benar tidak ingin dilihatnya saat ini.

"Pulang sekarang?"

Revi bungkam. Tangannya justru sibuk mencari-cari ponsel pada tas punggungnya.

"Dijawab kenapa, sih, Rev? Susah banget emangnya pertanyaan gue?" tanya Arkan dengan sebelah alisnya yang sudah terangkat.

Revi membuang napasnya kesal lalu mengancing tasnya dengan gerakan kasar. "Perlu gue jawab pertanyaan lo?" tanyanya ketus.

Dalam hati, Arkan mengingatkan untuk sabar. Jangan memaksakan apapun pada Revi karena itu bisa saja membuat cewek itu semakin sulit diraihnya.

"Nggak perlu dijawab," jawab Arkan singkat. "Ayo, gue anter pulang."

"Lo pikir lo siapa, mau nganterin gue pulang?"

Kali ini Arkan menghela napasnya lelah. Kenapa Revi jadi keras kepala seperti ini?

"Ya udah. Lo balik naik apa? Biar gue anterin sampe depan, nanti gue tungguin sampe lo pergi."

Kedua alis Revi menyatu. Kenapa Arkan bisa berubah menjadi cowok penuh pengertian seperti ini?

"Nggak usah," balas Revi cepat sambil kembali memakai tas punggungnya. "Gue udah cukup gede buat nggak ditungguin sama lo."

Revi kemudian berlalu meninggalkan Arkan yang masih terdiam di tempatnya. Berusaha membiasakan diri dengan segala bentuk penolakan yang diberikan oleh Revi. Padahal dengan dua permintaan yang dimilikinya, bisa saja dia menggunakan salah satunya untuk meminta Revi mengikuti permintaannya yang ingin mengantar cewek itu. Tapi ada hal penting yang ingin dilakukannya dengan dua permintaan itu.

Dan yang pasti bukan meminta Revi kembali menjadi pacarnya. Bukan. Dia tidak ingin menjadi pecundang dengan memaksa seorang cewek menjadi pacarnya. Dia ingin Revi kembali padanya bukan karena sebuah keterpaksaan tapi karena cewek itu memang ingin kembali.

Arkan akan melakukan apapun, tapi tidak dengan cara yang bodoh. Dia akan memastikan jika Revi kembali padanya, itu memang karena cewek itu masih memiliki perasaan yang sama sepertinya. Sekalipun tidak sebesar dulu, dia tidak peduli. Asalkan rasa itu masih ada, itu sudah cukupmenjadi modalnya untuk kembali menarik Revi padanya.

0-0-0

"Ya elah, Ar. Lo nggak bosen ke sini mulu? Padahal tetep dicuekin sama sang mantan terindah."

Arkan berdecak kesal ketika mendengar suara yang sudah dihapalnya itu. "Ini namanya usaha, Yud. Lo cowok bukan sih, kayak ginian aja nggak tau?"

Yuda mencibir. "Usaha sih, usaha, Ar, tapi masa lo nggak tau kalo cinderella lo itu nggak masuk hari ini?"

Still into You [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang