Bab 9 - Luka yang Mengering

119K 8.2K 299
                                    

Baru saja Revi mengganti bajunya setelah selesai latihan, satu suara sudah menyapanya dengan riang dan itu terasa sangat menyebalkan untuknya.

"Udah selesai latihannya?" tanya Arkan yang walaupun dia tahu pertanyaan itu tidak akan diberi jawaban.

Revi hanya menatap datar cowok di depannya, tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan itu sama sekali.

Arkan tersenyum maklum. Tidak masalah. Diacuhkan beribu-ribu kali pun dia tidak peduli asalkan dia bisa mengenal Revi-nya kembali.

"Hari ini jadi pergi sama Nathan?" tanya Arkan sambil menyeka keringat di dahinya karena habis latihan basket.

"Lo kayak setan, ya? Ada di mana-mana," tandas Revi ketus lalu berjalan meninggalkan Arkan.

"Malaikat juga ada di mana-mana kali, Rev," balas Arkan sambil mengikuti langkah Revi. "Tapi kalo jadi setan bisa bikin lo liat gue lagi, gue rela, deh," cengirnya.

Revi tersenyum sesaat. Senyum paksaan yang sedetik kemudian diubahnya menjadi raut wajah datar. "Sayangnya gue nggak suka ngomong sama setan."

Baru selesai mengatakan satu kalimat itu, ponsel Revi bergetar pendek, menandakan ada chat yang masuk. Cewek itu lalu kembali melangkahkan kakinya -meninggalkan Arkan- sambil membalas chat dari Nathan.

Nathan A. : dimana?

Revi M. : lg jalan di koridor

Revi M. : bentar

Nathan A. : ok

Nathan A. : perlu gue samperin gak?

Revi mendengus. Basa-basi si Nathan ini membuatnya merasa aneh sendiri.

Revi M. : gak

Revi M. : gue masih tau jalan

Nathan A. : jutek bgt elah, gue kan niat baik

Revi M. : 💩💩💩

Nathan A. : suka bgt sih kasih emot itu?

Revi M. : biar lo diem, gak bls lg

Revi M. : soalnya ternyata lo cerewet jg

Nathan M. : lo juga ternyata sama

Nathan M. : asli sama di chat sama2 jutek

Revi M. : 😈😈😈

Nathan M. : 😇😇😇

Revi tidak lagi membalas chat itu karena matanya sudah menangkap sosok Nathan yang sedang duduk di atas motor dengan mata yang fokus pada ponsel di tangan cowok itu. Lalu Revi memasukkan ponselnya ke dalam saku baju dan semakin melangkahkan kakinya menuju motor Nathan.

Sedangkan Arkan memperhatikan semuanya dalam diam. Dan dia yakin Revi menyadari kalau selama cewek itu membalas chat Nathan, ada dirinya yang memperhatikan. Tapi Arkan juga tahu kalau Revi mengabaikan semua itu dan hanya menganggapnya seperti angin.

Sialnya, ada setitik rasa tidak suka saat matanya menangkap kejadian itu. Bukan. Ini bukan rasa cemburu dari seorang cowok pada lawan jenisnya. Ini hanya seperti perasaan yang... sedikit iri. Iri karena Nathan bisa mengirim chat pada Revi dengan santainya. Iri karena Revi membalas chat Nathan tanpa ada beban sama sekali. Karena dulu, dia masih bisa merasakan itu semua. Merasakan bagaimana cewek itu membalas setiap chat-nya dengan waktu yang relatif singkat.

Hah! Penyesalan. Satu kata itu benar-benar memiliki arti yang menyebalkan. Membuatnya berandai-andai tentang semua yang terjadi setahun yang lalu.

"Wuih... sekarang lo dianter sama mantan, Rev?"

Still into You [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang