Bab 1 - Mantan Terindah

265K 14.3K 651
                                    

"Awas lepas mata lo."

Perkataan yang bernada sindiran itu membuat Arkan menyeringai kecil. Tapi matanya tetap mengarah pada satu cewek yang berhasil menarik perhatiannya. Selalu. Sejak dulu. Karena itu kalimat-kalimat menyebalkan dari sahabatnya pun tidak akan bisa mengalihkan perhatiannya dari cewek itu.

"Emang bener-bener mantan terindah gue. Cantik banget."

Aji mencibir saat mendengar kalimat yang selalu diucapkan Arkan setelah pulang dari pertukaran pelajar beberapa hari yang lalu. Belum lagi tatapan mata sahabatnya itu yang sekarang hanya fokus menatap satu cewek yang sedang berada di lapangan basket bersama dengan kelompok karate sekolah mereka.

"Sayangnya mantan ya, Ar. Jadi lo cuma bisa liat dari jauh aja."

Kali ini Arkan menolehkan kepalanya untuk menatap tajam satu sahabatnya lagi. "Mending lo pergi aja deh, Than. Cari pacar sana biar nggak dikira homo."

"Ngomong kayak nggak ada rahang lo!" Nathan memukul kepala sahabatnya itu cukup keras yang hanya dibalas tawa lebar oleh Arkan.

Ketiganya saat ini sedang duduk di kantin lantai bawah sekolah mereka yang langsung menghadap ke arah lapangan basket.

"Lo berdua kalau mau ribut mending balik ke kelas, deh. Nggak usah ganggu konsentrasi gue."

Arkan langsung saja menoyor kepala Aji saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh sahabatnya itu tapi dengan mata memandang kumpulan cewek-cewek yang berada di seberang lapangan. Dan Arkan jelas sangat tahu siapa yang sedang diperhatikan oleh sahabatnya itu.

Sedangkan Nathan yang posisinya tidak berdekatan dengan Aji, hanya mendengus keras. "Ke laut aja lo sana! Dari kelas satu sampe sekarang, masih aja nggak punya nyali."

"Ini anak emang harus gue kasih buat kurban kayaknya," umpat Aji kesal karena perkataan Nathan.

"Dia jadi beda banget."

"Siapa?" tanya Aji bingung karena perkataan Arkan yang tiba-tiba. Lalu bibirnya langsung mencibir saat menyadari siapa yang sedang dibicarakan oleh sahabatnya itu. "Back to topic lagi, nih? Nggak bosen apa lo, tiga hari ini ngomongin dia terus?"

Arkan masih diam dengan kening yang berkerut dalam seakan-akan sedang berpikir dengan keras. Matanya masih menatap lekat sosok cewek yang sedang melakukan gerakan-gerakan bela diri di tengah lapangan bersama dengan yang lain.

"Dia jutek banget kali, Ar. Yakin lo dulu jadian sama dia?"

"Dulu dia nggak kayak gitu."

"Dulu yang lo maksud pas dia belum lahir kali," balas Nathan santai yang langsung disambut tawa oleh Aji.

"Serius gue, kutu!" gerutu Arkan sambil memukul kepala Nathan. Lalu matanya kembali mengarah pada sang mantan. Ada banyak arti dalam tatapannya yang mungkin tidak akan bisa dilihat oleh cewek itu. Atau mungkin sebenarnya cewek itu bisa melihatnya, tapi tidak ingin repot-repot memahaminya.

"Emang di Aussie lo nggak ketemu kenalan baru? Pasti banyak cewek cakep. Setahun di sana, lo nggak bawa apapun?" tanya Aji dengan nada yang dibuat-buat heran. Mencoba mengalihkan perhatian sahabatnya itu.

"Ck. Kenalan doang, sih, gue ketemu banyak, Ji. Tapi waktu gue balik ke sini terus liat kalau ternyata di sekolah ini ada mantan terindah gue, cewek-cewek itu jadi nggak ada artinya lagi."

"Jijik banget!"

"Kok gue mual ya, Ji?"

Mendengar komentar kedua sahabatnya itu, mau tidak mau Arkan langsung menyemburkan tawanya. "Tapi serius. Waktu liat dia tiga hari yang lalu, gue ngerasa kalau takdir lagi baik sama gue karena gue dikasih ketemu lagi sama dia."

Still into You [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang