Bab 8 - Tentang Rasa

118K 8.9K 306
                                    

Nathan A. : Rev, bsk jgn lupa ya

Pesan singkat dari Nathan itu membuat kening Revi mengerut kecil. Tapi sedetik kemudian dia sadar kalau besok sudah berjanji akan pergi berdua dengan cowok itu untuk hunting foto yang akan dilombakan bulan depan.

Revi M. : iya

Nathan A. : selesai lo latian karate, gue jemput

Revi berdecak singkat.

Revi M. : gak usah, gue sendiri aja

Revi M. : kita ketemuan langsung disana aja

Nathan A. : gue jemput.

Sudah. Hanya itu. Revi mendengus kesal. Dia dan Nathan tidak dekat sama sekali tapi berani-beraninya cowok itu memaksanya.

Revi M. : gak usah.

Nathan A. : lo takut kepanasan kalo naik motor?

Nathan A. : yaudah, ntar gue pinjem mobil abang gue.

Sialan! Si Nathan pikir dia cewek matre apa?!

Revi M. : 💩💩💩

Nathan A. : makanya gue jemput 😈😈

Nathan A. : biar gak ribet kalo ntar kita cari2 tempat lain

Tanpa sadar, sudut bibir Revi sedikit terangkat sehingga hampir membentuk sebuah senyum saat membaca balasan chat dari Nathan. Ternyata jika berinteraksi lewat chat, si Nathan ini lebih cerewet daripada aslinya.

Revi M. : iye dah

Nathan A. : naik motor gpp ya? Biar bisa nyalip2

Revi M. : iyeee 😡😡😡

Nathan A. : sip

Revi tidak lagi membalas chat terakhir dari Nathan. Kemudian cewek itu berbaring di atas kasur dan memandang langit-langit kamarnya. Selalu seperti ini jika dirinya sendirian. Ada yang terasa kosong. Entah di bagian mana. Tapi sekalipun Revi tahu, dia akan berpura-pura tidak mengetahuinya. Karena dia tahu, sesuatu yang kosong itu akan sangat sulit untuk kembali terisi. Kalaupun bisa terisi, mungkin rasanya akan berbeda. Tidak pernah sama. Tidak dulu, tidak juga sekarang.

0-0-0

Senyum tipis pada bibir Nathan masih terlihat saat kembali membaca chat-nya dengan Revi. Ternyata cewek itu benar-benar jutek. Bukan hanya saat berinteraksi secara langsung tapi juga saat berinteraksi lewat chat seperti tadi. Jika melihat balasan emoticon yang dikirimkan Revi padanya, dia bisa yakin seratus persen kalau cewek itu sudah kesal padanya.

Tapi Revi juga yang terlalu keras kepala. Bagaimana mungkin mereka pergi sendiri-sendiri saat tujuan mereka sama? Dasar! Gengsi cewek itu memang lebih tinggi dari langit.

Alis Nathan sedikit menyatu saat mendengar suara motor berhenti di depan rumahnya. Kepalanya kemudian menengok lewat jendela dan mendapati Arkan baru saja memarkirkan motor.

Pas, banget! Baru juga gue chat mantannya.

Lalu Nathan keluar dari kamarnya dan berjalan menghampiri sahabatnya yang sekarang sedang berjalan menuju dapur.

"Kalo bertamu itu, pertama-tama ngucap salam dulu. Bukannya langsung maling minum," sindir Nathan.

Arkan berdecak setelah meneguk air dingin yang baru saja diambilnya dari kulkas. "Kalo lo jadi tamu di rumah gue juga lo bukan cuma maling minum," balasnya.

Nathan mencibir lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding dapur. "Kenapa lo tiba-tiba ke sini?"

"Gue aja nggak pernah nanya begitu kalo lo ke rumah gue," cibir Arkan. "Gue mau tidur siang dulu, Than. Ngantuk," ujarnya lalu berjalan melewati Nathan.

Still into You [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang