Crist menatap dingin Liora yang kini hanya memandang sisi luar jendela mobil. Sejak mengantarkan Jessica pulang tadi, liora memang tak banyak bicara. Ia pun hanya berada didalam mobil tak berani untuk masuk kedalam, apalagi sampai harus bertemu dengan Kevin.
"Sudah aku katakan, berhetilah keluar malam. Apalagi pergi ke club hingga pagi seperti ini", ucap Crist memperingatkan.
"Maafkan aku sayang. Aku janji ini yang terakhir", jawab Liora bersalah. Wanita itu hanya menunduk tak berani menatap wajah sang kekasih. Yang kini tengah menatapnya penuh kemarahan.
"Kamu memang selalu saja begitu, saat melakukan kesalahan meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tapi disaat itu juga kamu kembali melakukannya. Ingat sayang, Jessica itu sudah bersuami berbeda dengan dia yg dulu saat masih sendiri", ucap Crist dan liora hanya terdiam. Crist mulai terpancing emosi, sedang liora tertunduk bersalah dan berusaha untuk menahan tangisnya. Setidaknya ia juga bersalah dalam hal ini, dan tidak mengikuti keinginan Jessica untuk menemaninya ke Clubing malam ini.
"Maaf jika ucapanku menyakitimu, tapi aku hanya ingin kamu bisa lebih baik sayang. Kamu mengerti kan?", ucapnya tulus lalu Crist meraih jemari liora dan menggenggamnya erat.
****
Kevin menatap nyalang Jessica yang kini tergolek disofa dalam keadaan setengah sadar.
Aroma alkohol yang begitu menyegat dari tubuhnya membuat kemarahan Kevin semakin menjadi. Terlebih saat ia pergi tanpa sepengetahuan Kevin."Apa saja yang kau lakukan diluar sana sampai harus pulang hingga menjelang pagi seperti ini?", ucap Kevin sembari memegangi kedua bahu jessica. Wanita itu mencoba menyesuaikan pandanganya, sembari mengerjapkan matanya yang sungguh terasa sangat berat. Memang akan sangat percuma berbicara pada orang dalam kondisi mabuk seperti ini. Terlebih kevin bukan tipikal pria yg sabar dalam menghadapi sesuatu yang sudah membuatnya emosi.
"Kau Kevin Leonidas yg menyebalkan itu kan?" jessica menyipitkan matanya sembari menunjuk wajah Kevin dan tertawa tak jelas.
"Mengapa bisa aku menikahi wanita pemabuk sepertimu", desis Kevin mengusap frustasi wajahnya.
"Rupanya kau menyesal, hah?", ucap Jessica sembari tertawa mengejek.
"Sudah tak usah dipikirkan, lagipula aku hanya istri kontrakmu. Jadi kau berhak melakukan apapun diluar sana", lanjut jessica sembari menepuk pundak Kevin dan beranjak dengan langkah sempoyongan.
"Mau kemana kamu?"
"Aku?", sahut Jessica sarkatis dengan menunjuk dirinya sendiri. "Tidak usah memusingkanku, aku bisa menjaga hatiku sendiri", ucap semakin tidak jelas.
Tampak kebingungan diwajah Kevin, arah pembicaraan yg kian merunyam.
Tapi bukankah jika dalam keadaan tak sadar orang akan mengatakan semuanya dengan jujur?"Oh ya... ", Jessica membalik tubuhnya dan menyeringai kearah kevin.
"Ciuman kalian begitu panas", lanjut jessica yg kemudian berjalan menuju kamar dengan kembali mengucapkan kata - kata ngawurnya. Kevin terdiam memandangi punggung jessica yg semakin menghilang dibalik pintu.
Helaan nafasnya terdengar begitu berat , ia memijat pelipisnya dengan kasar.
"Apa siang, tadi kau melihat semuanya?" gumam Kevin frustasi. Entahlah tapi sungguh ada kekhawatiran dalam dirinya jika ternyata benar Jessica melihat semuanya.
"Tunggu! Apa dia cemburu? ", pertanyaan yg melintas ini membuat Kevin menahan senyumnya, merasakan marah dan senang dalam waktu bersamaan, dan ini karena dia... Jessica Dessler.
*****
Kevin sudah bangun lebih dulu, bahkan sejak pagi - pagi sekali ia sudah berangkat ke kantor untuk menghadiri beberapa meeting penting. Waktu sudah menjelang siang dan Jessica masih belum juga terjaga. Hingga akhirnya suara dering ponselnya membuat ia terbangun.