Chapters 18

4.1K 222 26
                                    

5 years later.... 

Tak pernah terlewatkan satu hari pun... 

Bahkan hingga kini, tepat di 1825 hari kepergiannya. Semua tetap sama semenjak ia memutuskan untuk pergi ke tempat peristirahatan terakhirnya. 
Masa lalu tetap akan menjadi masa lalu, seburuk dan seindah apapun kenagannya hanya pribadi seseorang yang berhak menentukan apakah ia akan bertahan atau meninggalkannya.  

"Apa kau bahagia disana?" pertanyaan yang sama untuk setiap kedatangannya disana.

Kadang tawa kecil tak bisa ia tutupi hanya untuk mentertaakan dirinya sendiri. Apa tidak ada pertanyaan lain? . Dimana disetiap untuk melihat makam itu saja sudah cukup membuat seorang Kevin Austin Leonidas dihukum tanpa jedah sebuah pengampunan. 

"Daddy... Ini makam siapa?" sampai akhirnya sebuah interupsilah yang menyadarkan Kevin pada tujuannya datang kesana. Bukan hanya sekedar berkunjung seperti biasa, akan tetapi menunjukkan suatu kenyataan pada seseorang yang pastinya memang harus ia ketahui. 

Kevin tersenyum lembut pada anak lelaki disampingnya "Kau selalu bertanya dimana mommy kan?" Anak kecil itu pun mengangguk menginyakan pertanyaan Kevin. "Disinilah tempat mommy-mu berada sayang. Tempat peristirahatan terkahirnya...", lanjut Kevin dengan nada serak. 

Rasanya tak perlu berpanjang waktu untuk menjelaskan tentang keberadaan orang tuanya sekarang. Diusianya yang menginjak tahun ke lima ini, Alvaro Bautista Leonidas atau Al begitu sapaan akrabnya merupakan salah satu anak pintar untuk mengartikan setiap apapun yang berada disekelilingnya. Termasuk untuk bagaimana ia menyikapi apa yang dilihatnya. 

"Hy Mom!!! Akhirnya setelah sekian lama, Daddy menepati janjinya untuk mengajakku betemu Mommy", Deniz beralih menatap Kevin dengan senyumnya.

"Dan... maafkan Al baru bisa mengunjungi mommy sekarang.  Semoga saja daddy tidak menceritakan tentang kejelekkanku pada mommy " ucapnya lagi hingga membuat Kevin terkekeh pelan lalu mengacak pelan puncak kepada Alvaro. 

"Daddy  tidak sejahat itu sayang...." Kevin melontarkan pembelaanya. 

"Bohong! Mommy jangan percaya ucapan Daddy begitu saja", sergah Al tidak terima seolah siapa yang diajaknya berbicara memang tengah berhadapan langsung dengannya. Bahkan anak kecil itu sekarang seolah tak menganggap keberadaan Kevin disana. 

Menceritakan apapun yang terjadi padanya hari ini, tentang bagaimana ia disekolah barunya, keluarganya, teman - temannya dan segala hal. Selebihnya, tidak hanya hari ini karena hanya dirinya dan Tuhan yang tahu seperti apa perbincangan mereka dalam diam itu.
Namun ia tetaplah anak kecil yang nantinya akan tumbuh dewasa dimana kelak akan mengerti tentang arti sebuah kehilangan namun tetap merasakan bersama pada siapa yang ia anggap sudah menghilang dari hidupnya, tentu ketika ia sudah mengerti akan apa itu cinta.  

"Apa jagoan Daddy sudah selesai?"

"Apa daddy bisa menjamin telinga kita tidak sakit, jika kita lebih berlama lagi?" Al memicingkan tatapannya pada Kevin yang selanjutnya membuat tawa kedua lelaki beda generasi itu pecah. 

"Baiklah! Butuh pertimbangan untuk menghadapi kedua wanita kita sayang..." 

Tak butuh waktu lama lagi keduanya pun beranjak meninggalkan pemakaman. Sejenak Kevin kembali menatap makam itu, tanpa ada yang tahu jika dibalik kaca mata hitam yang menutupi sebagian wajahnya ia tengah menitihkan air mata. 

Air mata bahagia lebih tepatnya. 

"Dan pertanyaanku sudah terjawab, kau pasti bahagia disana..." 

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang