Mereka berempat pergi menuju suatu tempat yang Zea yakini Lintang pasti ada disana.
Zea langsung berlari menyusuri jalan setapak ketika mereka baru sampai ditempat yang Zea arahkan.
"Lo yakin Ze, Lintang ada disini ?" Tanya Citra yang masih tidak yakin.
"Gue yakin kok. Dia sendiri yang bilang kalau dia suka kesini kalau lagi ada masalah." Jawab Zea yakin.
Disinilah mereka berada di tepi danau yang tempo hari pernah dikunjungi Zea bersam Lintang.
Waktu terasa cepat, hari mulai menggelap akhirnya mereka memutuskan untuk berpencar.
"Whaaaaaa..."
" ada apa? Ze" tanya Boy yang menghampiri Zea karena mendengar jeritannya.
"Ituh..." tunjuk Zea pada sosok pria yang sedang meringkuk di sebuah saung kecil.
Boy mendekat dan membalikan pria tersebut, memperjelas penglihatannya pada sosok pria yang sudah tidak asing menurutnya. Dengan kondisi yang berbeda dengan wajah kusut, sudut mata dan pipi lebam, bibir sedikit robek dan mengeluarkan darah disudutnya dan beberapa memar di badannya. Sungguh pria malang fikirnya.
"Lintaaang..." teriak Zea yang keduakalinya.
***
"Apa menurut kalian dunia mimpi lebih indah?" Tanya Zea frustasi. "Kenapa dia blum juga bangun, ini kan sudah jam tujuh malam" sambungnya dengan lesu.
Tidak ada yang menyahut. Kedua temannya hanya diam, sementara Boy kakaknya Lintang hanya tersenyum mendengar celotehan Zea dan menatapnya tengan tatapan tak terbaca.
Sepenemunya Lintang mereka langsung membawanya ke Rumah Sakit. Memang sejak tadi hanya Zea yang berceloteh sendiri.
Karena hari semaki malam Fahri dan Citra berpamitan untuk pulang. Sementara Zea sudah diizinkan untuk menginap.
"Hmmm... bang, kalau boleh tau kenapa yah lintang bisa seperti ini?" Tanya Zea ragu.
"Entahlah... gue punya dugaan siapa yang ngelakuin ini." Jelasnya sambil memandang langit-langit. " Tapi kita tunggu dia pulih dulu baru kita tanyakan yang sebenarnya" sambungnya.
Hening. Disinilah mereka Zea dan Boy yang sedang menunggu Lintang di kamar rawat.
Dokter bilang Lintang memang sudah melewati masa kritisnya tapi ia enggan untuk bangun.
Mungkin ia tertidur karena lelah dan sakit yang ia rasakan dalam hidupnya. Karena itu ia masih berbaring menikmati keindahan juga ketenangan dunia mimpinya yang bertolak dengan dunia nyatanya.
Entahlah. Sepertinya ia menyimpan banyak kepedihan hidupnya sendiri, sehingga ia terlukapun tidak ada yang tau dan tidak memberi tau siapa pun.
"Maah... mamaah"suara lirih tersebut membangunkan gadis yg sedang terlelap duduk dikursi dan menaruh kepala di ranjang pasien. "Maah... "
"Lintang. Lo udah bangun?" Tanya Zea dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Hmm..." jawabnya dengan gumaman disertai dengan anggukan.
"Lo gk papa kan? Pala lo gak pusingkan kan? Ada yang sakit gak? Lo mau apa biar gue ambilin. Apa perlu gue panggil dokter yah, buat ngecek lo" cerocos Zea tanpa jeda.
"Gue gak papa bawel" ucapnya sambil tersenyum gemas melihat gadis didepannya.
"Lo mau minum?" Tanya Zea yang seakan mengerti melihat Lintang yang sedang mencari sesuatu di nakasnya. " sebentar" Zea mengambilkan minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Fiksi PenggemarCahaya bintang. Selalu kutatap setiap gelapnya malam. Semakin gelap semakin terang cahaya bintang. Semakin malam semakin dekat dengannya. Semakin sunyi semakin tenang. ~Qaila Zea Wijaya. Aku bahagia, apa pun itu. Mudah sekali untukku tertawa. Karena...