"Santai kali" ucap Lintang membenarkan posisi duduknya, berpindah tiduran menaruh kepalanya diatas pangkuan Zea.
Zea kaget melihat tingkahnya yang kerap kali seenaknya itu. Jantungnya berdegup sepuluh kali lebih cepat. (Lebay... wkwk..) "duh nih jantung gue kenapa jadi dag-dig-dug gini! Perasaan gue gak punya penyakit jantung deh" batin Zea.
Lintang seakan mengerti dengan tingkah Zea yang grogi tersenyum gemas. "Biasa aja dong gak usah grogi gitu" goda Lintang sementara Zea hanya memutar bola matanya malas.
"Tadi kan gue bilang, gue kesini kalau lagi ada masalah. Gue emang udah niat banget buat bolos, pasgerbang mau ditutup gue buru-buru keluar biar bisa bolos dan gak sengaja nabrak lo..." Lintang kembali duduk disamping Zea "Dan soal bolos, lo tenang aja tadi gue udah hubungin Citra dan Fahri supaya mereka buatin surat Izin untuk kita." Jelasnya panjang lebar.
"Wait... orang kayak lo bisa juga punya masalah !" Sindir Zea
"Menurut lo" jawabnya dengan datar dan bangkit meninggalkan Zea yang masih asik dengan duduknya.
"Tuh anak kenapa yah? Perasaan tadi baek-baek aja deh. Apa seberat itu masalahnya sindir dikit aja langsung ngambek" gumam Zea pada dirinya sendiri.
Zea menghampiri Lintang yang sedang asik menenangkan fikirannya. Tiduran disebuah saung yang cukup kecil sambil memejamkan matanya. Membayangkan hari-hari yang selalu ia lewati dengan berat hati.
"Gue minta maaf kalau tadi gue salah ngomong" ucap Zea pelan tapi masih terdengar oleh Lintang.
"Sudahlah..." ucapnya singkat, padat, datar dan menusuk.
Zea ikut berbaring disamping Lintang, suasana hening cukup lama. Kemudian Lintang mendengar suara dengkuran halus, lintang melirik sipemilik dengkuran tersebut dan ternyata gadis disampingnya itu sudah terbang jauh kealam mimpinya.
"Dasar cewe aneh, kadang jutek, nuebelin, cerewet. Tapi... gue akui kalau lo itu cantik" gumam Lintang memandangi gadis yang sedang tertidur itu sambil tersenyum sendiri.
"Maaf kalau gue nanti bakal nyakitin lo karena taruhan konyol itu. Tapi gue bakal berusaha buat gak nyakitin lo." Lanjutnya.
Dua jam sudah Zea tertidur. Lintang yang bosan kemudian tersenyum jail. Ia mengambil HPnya dari saku celananya. Diambil lah beberapa foto Zea yang sedang tertidur pulas dengan mulut yang menganga tapi tidak menirunkan kadar kecantikannnya.
Dengan iseng Lintang meng-upload foto tersebut ke akun instagramnya dengan captoon "putri tidur jaman sekarang ileran udah gitu ngorok lagi, tapi yang namanya putri tetap cantik :-)" tidak lupa Lintang men-tag akun Zea.
Lintang senyum-senyum sendiri tak lama terdengar lengkingan suara gadis disampingnya. Zea terkejut saat melihat dirimya berada ditempat asing sementara Lintang menutup telinganya.
"Duh lupa gue ketiduran yah! " Ucap Zea tanpa dosa yang baru saja tersadar.
" Lo tuh gak bisa pelan apah. Engak tidur gak bangun berisik mulu" decak Lintang. "Karna lo udah bangun. Yuk pulang udah waktunya pulang " sambungnya.
"Hehe... sorry" jawab Zea "tapi sebelum pulang gue bolet tanya sesuatu gak?" Lanjutnya. Lintang menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
"Kalau lo mau lo cerita sama gue kalau lo lagi punya masalah jangan terus-terusan kabur dari sekolah" tutur Zea dengan hati-hati.
"Ini udah siang. Soal masalah mungkin gue bakal coba buat cerita ke lo tapi gk sekarang" ucap Lintang. Zea hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskan secara kasar.
Tanpa sepatah kata pun mereka kembali memecah jalanan yang sudah cukup padat. Setelah Liantang mengantar Zea sampai depan rumahnya Lintang kembali melajukan motor tersayangnya balik menuju rumahnya. Tepatnya apartemen yang ia dan abangnya huni.
----------------------
Loh... loh... loh.... ada apa kah dengan Lintang? Apa masalahnya ? Daaaan kenapa ia tinggal di Apartemen bukan rumah???....
Semua akan terjawab di part selanjutnya. Reading terus yah :-) jangan lupa voute and coment
Thk :-D

KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
FanfictionCahaya bintang. Selalu kutatap setiap gelapnya malam. Semakin gelap semakin terang cahaya bintang. Semakin malam semakin dekat dengannya. Semakin sunyi semakin tenang. ~Qaila Zea Wijaya. Aku bahagia, apa pun itu. Mudah sekali untukku tertawa. Karena...