Lintang memarkirkan mobilnya. Mereka sudah sampai setelah menempuh perjalanan sekitan 3 jam. Lintang tersenyum melihat gadis disampingnya masih pulas tertidur.
"Kita dimana?" Zea dudu di samping Lintang yang sedang berbaring di hamparan pasir pantai.
"Di pantai" jawabnya cuek. Yah. Lintang terkadang memang cuek, kadang acuh tak acuh. Padahal dibalik itu semua ia juga laki-laki yang baik, periang dan lucu.
Zea memukul lengannya pelan "gue juga tau, in diipantai man... " ucapan Zea terhenti setelah ia menengok ke arah tulisan Ancol Beach yang tertera dibaju Lintang.
"Jadi lo bawa gue ke ancol. OMG.... kenapa lo gk bilang. Dari bogor ke sini gak deket tau. Dan lo biarin gue kesini pake seragam sekolah..." cerocos Zea.
"Lo ko diem aja sih. Ish nyeselin" sambungnya yang masih melihat Lintang terdiam meski ia sudah mengeluarkan sederet kata yang tak berujung.
"Udah ngomelnya?" Lintang merubah posisinya menghadap Zea sambil tersenyum manis.
"Duh nih bocah kenapa senyum sih. Meleleh deh hati gue" batin Zea sambil menatap mata bening pria dihadapannya.
Lintang yang melihat Zea yang diam menatapnya malah iseng mendekatkan wajahnya kewajah Zea. Hanya beberapa senti saja jarak kedua pemilik mata indah itu.
Zea tersadar akan posisi mereka yang sangat dekat karena hembusan nafas Lintang yang menerpa kulit pipinya.
Lintang semakin mendekatkan wajahnya. Entah apa yang Zea rasakan, refleks ia menutup matanya.... cukup lama tapi tak ada apa apa.
"Kenapa tutup mata? Masih ngantuk?" Bisik Lintang. Zea langsung membuka matanya.
Zea baru tersadar kalau Lintang sedang mengerjainya. Lintang masih dengan posisi yang sama bedannya wajahnya menghadap belakang Zea setelah membisikan sesuatu.
Zea yang tersadar mendorong Lintang hingga tersungkur kepasir sampai rambutnya dipenuhi oleh pasir pantai.
Zea bangun dari posisi duduknya hendak pergi " mau kemana?" Tanya Lintang membenarkan posisi untuk duduk "ganti baju dulu, tuh bajunya di dalem mobil" lanjutnya dan melanjutkan tawanya yang belum sempat selesai.
Zea pergi dengan kesal mengumpatkan wajahnya yang merah karena menahan malu.
Zea keluar mengenakan pakaian yang Lintang beli saat ia tidur. Hanya kaos putih sama seperti yang Lintang kenakan begitupun dengan ukuran yang sama pula.
"Makasih kaosnya" Zea menghampiri Lintang didermaga pantai.
"Selau aja, lagian gue beli itu juga karena harganya lebih murah kalau beli dua" jawab Lintang cuek. Didalam hatimya ia terkekeh menahan-nahan tawanya.
"Ih... lo tuh yah nyeselin....." Zea memukul-mukul lengan Lintang. (Eitzzz mukulnya pelan yah jadi gk bakal bonyok anak orang... wks...).
"Bhaaakhaaa..." tawa lepas Lintang "Lo tuh yah selain bawel, tapi juga sadis" lintang menghela napas sejenak "lo gak pengen tau gitu kenapa gue bawa kesini?" Tannya lintang.
"Kenapa?" Tanyanya polos.
"Pelupa juga lemot..." Zea yang diejek hanya memutar bola matanya malas. "Lo sendiri kan yang minta diceritain tentang masalah gue" lanjut Lintang.
Zea menepuk jidat, ternyata dia memang cewe pelupa. "Astaga ko gue bisa lupa yah" Zea menatap lintang dengan serius. "Lo bisa mulai dari mana aja, lo ceritain apa yang pengen lo ceritain" ucapnya lembut.
Beginilah Zea yang lintang kenal. Meskipun ia bawel, seenaknya, pelupa, lemot, tukang tidur juga manja. Tapi ia akan berubah 99% kalau lagi serius ia akan menjadi wanita sabar juga dewasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
FanfictionCahaya bintang. Selalu kutatap setiap gelapnya malam. Semakin gelap semakin terang cahaya bintang. Semakin malam semakin dekat dengannya. Semakin sunyi semakin tenang. ~Qaila Zea Wijaya. Aku bahagia, apa pun itu. Mudah sekali untukku tertawa. Karena...