Sekitar pukul lima sore Ana baru sampai di kawasan perumahannya. Ia baru pulang dari sekolah dan kebetulan tidak dijemput kakaknya sehingga mau tidak mau dia harus naik angkutan umum.
Sepanjang perjalanan tadi Ana sibuk menebak-nebak alasan Taeyong naik angkutan umum yang sama dengannya.
Biasanya Taeyong selalu membawa motor atau mobilnya saat ke sekolah. Cowok itu tidak suka naik angkutan umum karena dia menderita mysophobia, yaitu phobia terhadap kuman.
Satu setengah tahun berpacaran dengannya cukup membuat Ana hapal dengan segala kebiasaannya.
Ana semakin bingung ketika melihat Taeyong yang juga turun di tempat yang sama dengannya. Seingatnya rumah cowok itu masih sangat jauh.
Lantas kenapa Taeyong ikut turun dengannya? Ana bertanya-tanya dalam hati.
Tak mau ambil pusing, Ana hanya berjalan lurus dan mencegah kepalanya agar tidak menengok ke belakang.
Jarak dari pintu masuk komplek dengan rumah Ana sebenarnya agak sedikit jauh, tapi cewek itu malas jika harus naik ojek yang biasanya mangkal di depan komplek.
Alasannya karena kebanyakan dari tukang ojek di sana itu genit, dan Ana paling benci saat mereka secara terang-terangan menggodanya.
Setelah berjalan hampir lima menit, Ana masih bisa mendengar derap langkah orang di belakangnya.
Entah apa tujuan Taeyong mengikutinya kali ini.
Merasa jengkel, akhirnya Ana menghentikan langkahnya dan memutar balik badanya hingga menatap Taeyong yang langsung mengernyit keheranan. "Mau ngapain lo ngikutin gue?" ujar Ana dengan mata yang menyipit.
"Siapa yang ngikutin lo?" Taeyong menaikkan sebelah alisnya. "Geer banget jadi orang!"
"Terus lo mau ngapain ke sini? Rumah lo bukan di daerah sini perasaan." Kedua tangan Ana terlipat di depan dada, tatapannya masih mengisyaratkan kecurigaan.
"Terserah gue dong. Kaki-kaki gue juga, kenapa jadi lo yang sewot?" balas Taeyong.
Ana memutar bola matanya malas. "Serah lo deh!" katanya kemudian kembali membalikan badan dan melanjutkan langkahnya.
Baru dua langkah, Taeyong langsung menyerobot dan mendahului Ana, tak lupa dia juga sengaja menyenggol bahu cewek itu saat melewatinya barusan.
"Dasar sinting! Ngapain pake nabrak-nabrak segala coba," maki Ana namun Taeyong tak menggubrisnya dan malah mempercepat langkahnya.
Getaran ponsel di saku roknya membuat langkah Ana kembali terhenti.
Satu pesan masuk ke dalam ponselnya dan itu dari adiknya yang menyuruh Ana agar mampir dulu ke minimarket depan komplek untuk membeli cemilan.
"Nyusahin aja ni bocah!" gerutu Ana tapi tak urung menuruti kemauan adiknya.
***
Malamnya selepas shalat magrib Ana berniat untuk berleha-leha di atas kasur sambil membaca beberapa fanfiction di akun wattpad miliknya.
Hal itu sudah menjadi kebiasaan Ana bahkan candu untuknya setelah ia mengenal dunia wattpad beberapa bulan lalu.
Ketika sedang sibuk mencari posisi yang enak di atas kasur, pintu kamarnya tiba-tiba saja digedor seseorang dengan tidak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Romance [END]
Fanfiction|| NCT Fanfiction || Jadi mantan bukan berarti harus musuhan! ©2016