Satu

7.4K 287 4
                                    

Seorang gadis berlesung pipit sedang berkutat dengan rumus rumus limit di kursi kayu berwarna coklat khas perpustakaan. Sesekali ia juga browsing di internet untuk mencari contoh contoh soal yang mirip dengan materi yang akan diujiankan nanti.

Tiba tiba ponselnya yang ia simpan di saku kemeja putihnya bergetar, tanda sebuah pesan telah masuk. Dan senyumnya mengambang seketika saat melihat siapa si pengirim pesan. Secepat kilat ia membalasnya.

Kevin Erl : Ra, kamu dimana?
Fittara : perpus, ada apa?

Diletakkannya lagi ponselnya sembari menunggu balasan Kevin, pacar pertamanya.

Tak lama terdengar langkah berat dari belakang namun ia hiraukan hingga sebuah suara menginterupsi, "Bisa bicara sebentar?" Tara mengenal suaranya, sontak ia segera memalingkan wajahnya dan menjawab, "Sure." ternyata itu adalah Kevin.

"Ke taman aja yuk, gak enak disini." Kevin menggenggam tangan Tara dan mengajaknya keluar dari perpustakaan.

Sekarang mereka sudah duduk di rerumputan hijau ditemani terpaan angin yang menggugurkan dedaunan dari pohon mangga.

Tara mendongakkan wajahnya ke atas, memuja ukiran awan yang ada di langit sambil menunggu Kevin berbicara.
"Lets break this." suara baritonnya memecahkan keheningan. Tara sedikit terlompat karenanya. Tapi ia enggan menjawab dan membiarkan Kevin melanjutkan apa yang ingin ia katakan.

"Aku udah gak bisa lanjutin ini, kita harus putus Ra. Aku terlalu sibuk sama ujian dan bisa dipastikan kamu akan terbengkalai. Lagipula kamu juga sibuk sama OSIS kan?"

Tara menggeleng, ditatapnya mata Kevin dalam dalam hingga memancarkan aura kekecewaan dari sana. "Kita udah ngejalani satu tahun ini, pasang surut kita lewati. Kenapa cuma karna hal sepele kita harus pisah?" tanya Tara dengan mata berkaca kaca.

"Ini bukan hal sepele. Aku gak mau kita saling menyakiti."

"Aku gak tersakiti, vin. Sama sekali tidak."

"Aku sayang kamu." Kevin menarik Tara ke dekapannya.

"Vin.." Kevin melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan Tara dengan secerca kepedihan.

Tara terisak. Air mata yang tadinya terbendung di pelupuk mata ia tumpahkan tanpa peduli apa akibatnya nanti ketika ia bertemu dengan orang tua dan adiknya di rumah. Dan taman itu menjadi saksi, untuk pertama kalinya seorang Fittara menangis karena cinta.

********

Hai! Pada bingung kenapa part 1 nya beda banget dari yang kalian baca sebelumnya? Setelah berbulan bulan cerita ini dipublikasi, aku mutusin buat REVISI TOTAL yang berarti kemungkinan besar menyebabkan banyak perubahan dari yang sebelumnya. Jadi mohon memakluminya yaa hehe.
Kritik dan sarannya aku terima kok!

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang