Dua puluh tujuh

1.6K 77 2
                                    

Gimana? Masih nyesek dari part sebelumnya gak? Okey kita lanjut yaah

**********

Tok tok tok tok tok

"Taraa buka pintunya!!" pinta Luna. Sahabatnya itu masih mengurung diri di kamar mandi.
"Ayo ra udah masuk nih. Nanti dihukum sama bu Lusi gimana?" tanya Caca yang hendak memecah suasana namun gagal.
"I don't care! Udah kalian duluan aja!" hiks hiks. Isakan tangisnya masih terdengar jelas.

"Tara ayo keluar. Ayo tenangin diri dulu. Ra plis jangan buat kita khawatir" dan bujukan Ririn berhasil meluluhkan hatinya. Tara membuka pintu kamar mandi.

Brukkk.

Tubuhnya jatuh. Tara pingsan! Mereka menangkapnya dengan sigap.
"Luna cepat panggil guru atau tarik siapapun yang ada di luar!" Luna pun keluar sesuai perintah.
"Be strong, Ra" mereka memeluk erat Tara. Mukanya semakin pucat.

Pak Bambang datang tergopoh gopoh. "Nak Tara, kenapa kamu?" dia perlahan menggendong tubuh Tara. "Nanti kita jelasin pak. Tolong bawa ke uks"

Airin : "Tara pingsan"
Aldo : "Oke aku kabarin Roy."

Aldo, Roy dan Ilham sebenarnya berada tak jauh dari uks karena mereka malas masuk kelas terlebih Roy butuh menenangkan fikirannya.

"Kalo gue kesana yang ada keadaan makin ricuh" tapi sahabatnya malah menyeret Roy dari tempat duduknya tanpa peduli alasan yang dilontarkan Roy.

Tara sudah siuman dari pingsannya. Kata suster dia hanya shock dan lupa sarapan. "Baik sus terima kasih."

"Kalau begitu Caca, Luna dan Airin bisa kembali ke kelas." kata pak Bambang. Mereka mengangguk pasrah. Di luar sudah banyak siswa yang menunggu kabar dari Tara.

'Kak Tara kok bisa pingsan ya tadi?'
'Eh dia udah siuman?'
'Eh katanya gara gara cowok gitu'

Bisikan bisikan itu memanas di telinga Luna. Dia tak terima ada yang menggosipi temannya. "Eh gak usah ikut campur deh. Udah sono masuk kelas" kemudian keadaan sepi kembali.

Hanya beberapa langkah lagi menuju uks, Roy sudah keduluan dengan Kevin. Dia menghembuskan nafas berat. "Udah ah balik aja." namun ditahan oleh kedua sahabatnya.

Mereka menguping pembicaraan Tara dan Kevin dari jendela.
"Are you okay?" Tara mengangguk.
"Thanks ya vin, udah nyadarin aku. Maaf kalau aku--"
"Aku yang minta maaf udah mutusin kamu. Tapi aku kayak gini supaya kamu gak nungguin aku. Tapi hidupku justru hampa, Ra. Aku juga gak maksud buat mecahin kamu sama Roy. Aku gamau kamu sakit."jelasnya dibalas anggukan Tara.

"Kita mulai semua dari awal ya?" Mereka berpelukan erat.

"Alah modus tuh" bisik Ilham. Mereka menunggu respon Tara.
"Iya." mendengar jawaban itu muka Roy memasam.
Aldo dan Ilham tertawa tanpa suara. "Puas puasin deh ketawain gue."

Tara kembali ke kelasnya untuk ikut ulangan fisika. Walau dia mendapat izin tetap saja tak nyaman rasanya harus ujian sendiri di kantor guru. Apalagi gak akan dapat bisikan illahi alias contekan dari si jago fisika, Caca.

"Taraa! Miss you!" kata Harun menggombal. Cuih.
"Udah sembuh?" dia hanya tersenyum. Guru pun masuk dan mulai membagikan soal soal tentang usaha.

-------

Seperti biasa, Tara dkk pulang dengan angkutan kota. Dia masih sampai di gerbang sekolah. "Tara! Ra!" panggil seseorang. Tara tau itu adalah Roy, tapi dia sedang malas berurusan dengan si playboy.

Tin tin. Klekson motor mengagetkan Tara. "Naik?" tanpa pikir panjang Tara langsung naik ke boncengan Kevin. Dia malas berbicara dengan Roy nanti.

Nafas Roy terengah engah mengejar Tara tapi hasilnya nihil.
"Atur jadwal aja bang." kata Luna. Luna benar, dia harus menyiapkan matang matang untuk minta maaf.
"Apasih Lun, dia tuh jahat ke Tara. Untuk apa kita bantuin dia?"
"Ya kan--" Ririn nyetop angkotnya.
"Udah ah angkotnya lewat, bye bye miss bijak!"

**********

Pingsan gara gara Roy? Kira kira apa lagi yang bakal Roy lakukan? Voment pls:)

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang