Delapan

2.4K 103 1
                                    

Kringg.. Kringg..

Siswa - siswi XI IPA 7 bersorak kegirangan, pelajaran matematika telah usai. Tadi mereka mempelajari materi tentang matriks yang membuat seisi kelas penat. Untung saja ada Tara dan Kiki, si pakar matematika di kelas, semua tugas ludes dikerjakan.

Fero H : "Rapat di ruang OSIS sekarang!
Ps: gak pake telat. "

Yah, baru aja mau beli minum. Gak asik nih Fero.

Rapat dimulai, mereka membahas rancangan acara untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI. Ada beberapa pendapat yang dilontarkan. Tentu saja, ada yang disetujui dan banyak yang tidak. Namun alhamdulillah, rapat hari ini berjalan dengan lancar.

"Baik saya tutup rapat kita pada hari ini, Assalamualaikum," tutup Fero. Ia pun bergegas keluar menuju parkiran.

Mereka pulang, ada yang dijemput, ada yang membawa kendaraan pribadi, ada pula yang nunggu angkutan kota.

Airin, Luna dan Tara masih bertahan di ruangan ini. Airin yang berbeda kelas dengan mereka memanfaatkan waktu seperti ini untuk menggosip.
Tara menceritakan semua kejadian yang dialaminya selama seminggu ini, bersama Roy.

"Rin, Lun, Tar, kita balik ya!" kata Caca yang diiringi dengan Mila, Beby dan Dave. Mereka mengangguk dan melambaikan tangan.

Line. "Eeh liat nih, Roy ngechat lagi!" kedua temannya segera mengerubungi Tara.

Roy Syahreza : Taraaa udah pulang?
Fittara : Baru siap rapat bg. Tp masih di sekolah.
Roy Syahreza : Yaudah abang jemput ya! Tunggu di gerbang 5 menit lagi.

"Eeeh gimananii? Jawab apaa?" tanya Tara geregetan. Kedua temannya mulai men'cie-cie'in Tara.

"Cie cie. Udahla itung itung ojek gratis," kata Ririn.
"Iya yakan Rin. Yaudah yuk keluar nanti si abang nungguin," sambung Luna lalu disertai gelak tawa keduanya.
Mereka memutuskan keluar gerbang dan menunggu Luna menyetop angkutannya.

"Eh gue luan ya, angkotnya udah dateng. Bye. Awas diculik ya Tar!" kata Luna yang mulai memasuki angkutan. "Kamu tu yang diculik!"

Tak lama kemudian datanglah dua buah sepeda motor berwarna merah dan hitam.

Tin tin. Bunyi klekson mengejutkan.

"Al.. Do? Aldo?" kata Airin. "Kok gak ngabarin?" lanjutnya.

"Hp Aldo low. Yauda yuk keburu hujan lagi," kata Aldo. Kini kedua gadis itu duduk di belakang mas ojeknya masing - masing dengan tersipu malu.

Tiba di lampu merah, senyap. Roy yang tak tahan dengan suasana sepi langsung membuka mulut. "Waduh kalian kok diam sajaa?" suara cempreng Roy memecah keheningan, semuanya tertawa, kecuali Aldo. Aldo memasang ekspresi datar.

Aduh rin cowokmu gak normal apa gimana sih? Udah ada yang lucu malah ekspresinya datar.

Aldo dan Airin berbelok ke kiri sedangkan Tara dan Roy berbelok ke kanan.
"Dah yaa.. Bye"
"Bye.."

Tersisa lah Tara dan Roy di motor matic berwarna merah.
"Biasanya pulang naik apa?" tanya Roy.
"Kadang dijemput papa, kadang Trian, kadang naik angkot."
Trian? Siapa Trian?

"Trian siapa?"
"Adik aku. Eh. Adik Tara bang."
"Santai aja. Mulai sekarang manggilnya Roy ajaya," pintanya
"Hm? Gak sopan bang."
"Roy Taraa Roy!!" Roy melirik Tara sinis.
Tara mengangguk ketakutan. "Iya, Roy."

Dan mereka pun sampai di depan gerbang rumah Tara.

"Makasih ya bang."

Roy diam, tidak ada jawaban. "Eh, Roy maksudnya. Ya.. udah aku masuk dulu ya.. Roy," jawab Tara gemetaran. Roy tertawa.

Tara yang tak berdosa itu memandangnya polos. Lalu dia merasakan rambutnya diacak acak hingga berantakan. "Yaudah Roy pulang ya. Nanti malam kita chat lagi,oke?" dan segera melaju dengan motornya.

Tara membuka pintu rumahnya dengan senyum menghiasi bibirnya.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang