Dua puluh delapan

1.6K 73 2
                                    

Tara masih menangis. "Udah dong nangisnya" pinta Kevin. Dia merasa bersalah sekarang. "Nanti dikira aku yang buat kamu nangis" cepat cepat dia menghapus air matanya walau akhirnya terjatuh lagi.

"Aku seneng kita bisa balik lagi. Kapan kapan kita jalan lagi ya! I miss you so much Ra. My Tara." tapi Tara tidak mendengarkannya. Pikirannya hanya tertuju pada Roy.

Kevin memperhatikannya dari spion. "Tara.. Udah sampe nih" Tara lompat dari motor Kevin. "Thanks ya." lalu cepat cepat masuk ke kamar supaya keluarganya tak tau apa yang baru dia rasakan.

Hiks hiks hiks

Kamu tak pernah sengaja datang. Aku tak pernah sengaja menunggu. Sampai akhirnya kamu menerbangkanku dan akhirnya mengempaskanku kuat kuat. Hahaha. Aku bodoh ya Roy. Dengan mudah aku percaya. Aku polos banget atau kamu yang gimana?

Tara tertawa namun masih tersendu sendu.

Tok. Tok. Tok.

Tara membasuh mukanya. Dia tak mau membuat orang tuanya sedih.
"Ini Trian kak." Tara segera membukakan pintu.
"Tell me, who?"
"Gausah ikut campur deh." dia masih sesenggukan.
"Kevin?" Tara menggeleng.
"Roy?" tidak ada jawaban.

"Brengsek! Anju lo Roy! Agh lo sakiti kakak gue" Tara cepat cepat menutup mulut Trian.
"Ssst nanti mama denger."

-------

Tara POV

'Bangsat? Php? Haha Tara tu yang bodoh, lagian gampang banget sih jadi cewek.'

Here I am. Nangis gak habis habis. Udah hampir satu jam aku sampe di rumah. Dan aku cuma buang tenagaku buat nangis.

Tok. Tok. Tok.

"Ini Trian kak." aku segera membukakan pintu.
"Tell me, who?"
"Gausah ikut campur deh."
"Kevin?" aku menggeleng.
"Roy?" tepat sasaran tapi aku tak menjawabnya.

"Brengsek! Anju lo Roy! Agh lo sakiti kakak gue" Aku cepat cepat menutup mulut Trian.
"Ssst nanti mama denger." bisikku halus.

Akupun menceritakan semuanya pada Trian. Dia begitu terbawa emosi. "Jadi kakak maunya apa?"
"Aku udah balikan sama Kevin. And I think it's better."
Walau hati kecilku masih bimbang.
"Gak ada yang baik baik aja kak kalo udah urusan hati." Trian selalu menjadi pakar cinta setiap kali aku sakit hati. Padahal dia sendiri jomblo.

Trian mengambil gitar. Kami mulai menyanyikan lagu berjudul Tanpa Bahasa - Afgan.

Kau meminta padaku sepenggal kata,
Namun aku berikan cerita - Trian

Ku meminta padamu seberkas cahaya,
Namun engkau berikan kegelapan - Tara

Hanya kenangan yang tersisa
Hanyut dalam sepenggal kisah
Hingga kerap ku hantar asa
Kerinduan memaksa

Tiada sekejap ku terdiam
Tiada sempat ku merasakan
A.. Ku menanti namun kau menghilang..
Tanpa bahasa aaah..

"Ganti aja deh kak. Masa udah galau lagunya mellow." kami pun beralih ke lagu kepompong - sindentosca.

Nanana nana nanananaa..

Prokk prokk prokk

Kami bertepuk tangan untuk penampilan sendiri. Sekarang kamarku sudah seperti tempat konser. Bantal bantal pun berjatuhan.

"Jangan nangis lagi ya kak" kami berpelukan.
"Stay by my side forever ya yan"
"Anytime" katanya.

"Eh eh eh tumben kompak" kata mama menyelinap ke kamarku.
"1..2...3.. " kami saling memberi kode.
"Kabuuurrr"
"Taraa Triann beresin kamarnyaa!!!!" teriak mama. Kami sudah sampai di ruang tamu dengan terbahak bahak.

Terima kasih untuk selalu ada untukku, Trian. Tetaplah menjadi bodyguardku, juga menjadi pangeranku. Karna cuma kamu dan papa yang gak akan nyakitin aku.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang