Tiga puluh satu

1.4K 73 0
                                    

Kevin POV

Waktu menunjukkan pukul setengah 4 sore. Aku udah buat janji ketemuan di cafe trilili sama Tara. Sebaiknya aku mengakhiri ini semua. Aku gak mau kami berhubungan dengan kebohongan dan keterpaksaan. Aku sadar, cinta Tara bukan lagi untukku. Dan bahagiaku adalah melihatnya bahagia.

Aku masih sibuk dengan buku UN. Tara sudah berada di hadapanku.
"So, what?" katanya.
"Makasih udah dateng, jadi..." aku menarik nafas panjang.

"Aku mau kita putus." dia menatapku.
"Aku mau kita putus, Ra. Putus." aku memberi penekanan di kata putus.
Dia terkejut. Memukul dadaku berkali kali.

Air matanya hampir jatuh tapi dia menahannya.
"K-kenapaa? Kenapa vin? Kamu pernah bilang kamu gaakan buat aku nangis. Kamu gak akan kayak Roy. So, why?" dia mendaratkan kepalanya di bahuku.

"Iya itu dia. Roy. Aku tau Ra hati kamu udah bukan untuk aku lagi. Jangan bohongi dirimu. Kalo kamu ngejalanin hubungan dengan kebohongan, semua akan sia sia Ra. Dan kamu tau? Melihat orang yang pura pura mencintaimu lebih sakit daripada merelakan orang itu hilang."
Jelasku emosional. Air matanya lebih deras lagi. Oh Tuhan aku gak nyangka, aku jadi alasannya menangis sekarang.

Aku pergi meninggalkannya sendiri. Aku gak tega ngeliatnya nangis terus terusan.

I'm sorry, Ra.

-------

Author POV

Tara masih termenung di cafe Trilili, tempat biasanya dia menghabiskan waktu dengan Kevin. Mereka baru saja putus (lagi). Tara gak nyangka hubungan itu hanya berjalan dua minggu.

"Kenapa sih harus sekarang?"
"Kenapa kalian pergi disaat yanh bersamaan?"
Hiks. Hiks.

Fittara : "Samperin dong. Kevin udah pergi"

Melihat itu Ririn dan Luna yang baru selesai muter muter mall langsung turun ke cafe yang berada di lantai 2.

"Tar, lo nangis lagi?"
"Lo gapapa kan sama Kevin?"

"Kita putus. Putus." hiks. hiks. Luna hanya ber'O' ria.

"Kok o aja sih Lun? Lo gamau ngasi pelajaran apa sama Kevin?"
"Gue tau kok alasannya apa. Dia cuma gamau Tara merasa terpaksa ngejalanin hubungan. Karna dia tau, cinta lo udah buat Roy, Ra." tatapan Luna beralih dari Ririn ke Tara.

"Aku egois! What a pity I am?!" dia sedikit berteriak namun suaranya tidak terlalu jelas.
"No you're not. Emang udah ini jalannya, Ra." mereka berpelukan erat.

Luna dan Ririn mengantar Tara pulang. Mereka berencana menginap malam ini untuk menghibur Tara. Tapi saat mereka sampai ada sebuah sepeda motor sudah terparkir di halaman rumah Tara.

"Ini motor siapa Ra?" Tara mengedikkan bahunya.
"Trian minjem punya kawannya kali. Kan cowo suka banget kayak gitu."

Mereka pun melangkah masuk, dan menyaksikan dua orang laki laki sedang berbincang di ruang tamu. Yang satu adalah papa dan yang satu lagi...

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang