Sepuluh

2.2K 95 5
                                    

Pelajaran matematika, pelajaran yang sangat digemari oleh Tara. Namun hari ini dia sedang tidak bersemangat, masih memikirkan Roy. Tara memilih duduk di bangku kosong paling belakang dekat jendela. Dia memejamkan matanya yang seperti sudah tidak tidur dua minggu.

Luna diam diam memperhatikan Tara. Dia menghampiri Tara. Mengelus elus jilbab putih yang Tara kenakan. Hari ini ada pelajaran agama, jadi ada bisikan malaikat yang membuat siswi siswi memakai jilbab. Tara salah satunya.

"Jangan galau dong. Itu ada latihan. Ayo ajarin gue ah!" Tara bangun dari tidurnya. Luna berhasil membujuk, apalagi dengan senjata mengerjakan soal hitungan. Membuat Tara lupa akan masalahnya.

-------

Bel istirahat berbunyi. Luna dan Caca mengajak Tara ke kantin. Awalnya dia malas, namun apa boleh buat perut sudah memanggil.

"Taraaa," panggil seorang yang sudah tidak asing baginya. Roy.

Lelaki itu bersandar di tangga ketika Tara dkk hendak turun ke kantin. Tara hanya membalas dengan seulas senyum.

"Ih sombong," ledeknya lalu disertai tawa. Satu hal yang Tara baru sadari, Roy selalu tertawa.

Roy bingung dengan sikap dingin Tara. Tidak seperti biasa, yang selalu membalas ketika ditegur. Bahkan terkadang ia sendiri yang akan menyapa Roy.

Baru beberapa langkah melewati Roy, jantungnya berdegup semakin kencang melihat sosok lain. Pria bertubuh jangkung, pintar dan yang pasti jauh lebih tampan daripada Roy.

Kevin?

Mood Tara memburuk. Kevin hanya menatapnya sinis. "Vin." nadanya lemah hingga Kevin tidak dapat mendengarnya. Kevin berlalu begitu saja.

Tiba di kantin, mereka bertemu Airin. Dan terjadilah kegilaan di antara Airin dan Luna. Mereka seperti tidak jumpa setahun kalau sudah bertemu.

"Eh ini kenapa?" tanya Airin kepada Caca dan Luna sambil melirik ke arah Tara. "Putus cinta soal biasa...," ejek Caca yang menyanyikan lirik yang pas untuk Tara. Mereka bertiga tertawa, tak menghiraukan Tara yang sedang memberengut.

Lima menit lagi istirahat selesai, mereka kembali ke kelas dengan jajanan masing - masing. Dan lagi, Roy masih bersandar di tangga lantai 2. Menyicip satu per satu makanan yang dibawa siswa lain. Roy hanya merebut makanan anak laki - laki. Karena menurutnya, mati gaya kalo 'minta' makanan anak gadis.

Mereka berpapasan. "Hai Taraaa," sapanya lalu menyenggol bahu Tara dengan jari telunjuk. Luna terkekeh di sebelahnya.

---------

Di springbed bermotif bunga - bunga itu Tara mengotak atik ponselnya. Buka line - tutup line - buka ig - tutup ig - buka line --

Line.

Airin sent a photo

Aldo : Kemaren katanya lo sama sisi, sekarang lo bilang udh putus. Gaje.
Roy Syahreza : Baru putus. Demi tara gue putus tau gasi?!
Aldo : Eh sumpa? Anjir. Gue bilang ke ai lo udh punya sisi
Roy Syahreza : Shit! Pantes si tara beda gitu.
Aldo : yodah gue klarifikasi dulu wkwk payahnii
Roy Syahreza : Klarifikasi pret.

Tara terkejut. Dia sudah berburuk sangka terhadap Roy.

Luna : Tuhkan apa.
Fittara : Yauda maapp. Namanya jg sensi wkwk
Airin : Wkwk. Meep ya Tarr. Makanya jan baperan woo
Luna : Ntah baperan kaleee wkwk.
Fittara : Y mksh h3h3.
Airin : Woo.
Luna : Wooo.

Di samping itu, sudah ada 20 notif dari Roy.

Roy Syahreza : Taraa. Marah?
Fittara : mbb bg. Enggak kok.

Roy Syahreza : Hmm masasi?
Fittara : iyaa.

Roy Syahreza : Muka Roy masi sakit.
Fittara : Obatinla.

Roy Syahreza : Maunya kamu yang obatin wkwk.
Fittara : Ew.
R

oy Syahreza : Gak khawatir Roy kekgini?

Fittara : Buat apa?

Roy Syahreza : Khawatir gak?
Fittara : Iya. Dikit.

Roy Syahreza : Aaa dikhawatirin sama Taraaa hahaga.
Fittara : Typo tu.
Roy Syahreza : Biarin typo yang penting hepi.

Roy Syahreza : Fc yuks.

Tanpa menunggu jawaban Tara, Roy langsung nge-freecall.
Duh angkat gak yaaa. Udah deh angkat aja. Tara pun memasang headset ke telinganya.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang