Tiga puluh empat

1.4K 68 0
                                    

Akhirnya yang ditunggu tunggu datang juga. Roy datang lengkap mengenakan kemeja hitam dan celana keper hitam. Gak biasanya dia tampil rapi kayak gini. Tara juga memakai dress selutut berwarna hitam. Entah kenapa mereka bisa seragam. Mungkin ada ikatan batin.

"Ehem ehem. Bajunya serasi ciee" ejek Caca.
"Iya dong kan sehati, ea kan deks?" gombalan untuk yang ke seribu kalinya terlontar dari mulut Roy. Parah!
"Apaan sih" pipi Tara blushing.
"Waduhh jadi obat nyamuk deh kita disini, cabut yuks!" Ririn, Luna dan Caca pergi.

Sekarang hanya tersisa mereka berdua.

"Ada apa ya yang?" yang yang pala lu peyang!
Melihat ekspresi merengut Tara, Roy tertawa terpingkal pingkal. Tara cemberut tapi masih menampakkan tawanya. Sudah lama Roy tidak melihat Tara tersenyum.

"Jadi kapan?"
"Kapan apanya?" Tara memutar bola matanya jengah.
"Pindahnya! Nyebelin ih!" Roy terkekeh.
"Lusa mungkin. Nanti malam ibu dateng dari Padang. Besok diurus deh surat suratnya." kali ini dengan nada serius.

"Bukannya data data UN udah dikirim ke dinas ya?"
"Ya mau gimana lagi. Resiko jadi anak petakilan" Roy mulai bercanda lagi. Tapi Tara tau, itu hanya cara menutupi kesedihannya.

"Masi bisa bercanda aja."
"Jadi aku harus nangis nangis di depan bu Sari, terus sujud di kakinya gitu?" kata Roy dramatis.

"Kalo balik kesini kabarin aku ya"
"Yaa belum juga pergi udah kangen aja huu!" Roy mencubit pipi kanan dan kiri Tara.

"Bukan gitu." Tara menunduk untuk mengambil barang yang sudah dia siapkan.
Roy menyadari pergerakan tangan Tara "Eeeh apatuu?" matanya mulai menelusuri kemana tangan itu berhenti.

"Nih." dia menyerahkan goodie bag bermotif abstrak warna abu-biru dongker.
"Apa ni?" Roy mengintip isi kadonya tapi tangannya ditarik oleh Tara.

"Nanti aja bukanya. Sekarang kita makan dulu, ngobrol dulu."
"Kamu udah pande ya bujuk aku!" Roy melontarkan nada manja. Menjijikkan!

"Mbak aku hazelnut chocolate 1, beef burger 1 extra cheese ya. Kamu?" Tara memesan makanan favoritnya di kafe ini.
"Samain aja deh"

Tara memainkan jarinya di atas meja, mengetuk ngetuk berkali kali. Sejujurnya dia gugup dan sangat ingin pulang sekarang.
Roy memecahkan suasana. Dia tak suka kesenyapan.

"Kevin tau kita makan bareng?" Tara menggeleng.
"Wah kalo gitu aku pergi dulu deh nanti tiba tiba--"
"Kita udah putus kok"
"Kok bisa? Bukannya dia cinta banget sama kamu?"

Tara menceritakan semuanya pada Roy. Sesekali terisak namun masih bisa menahan air matanya.

"Sst. Udah ah" Roy menghapus air mata di pipi Tara, lalu meletakkan kepala Tara di bahunya. Layaknya sepasang kekasih.

"Ehem ehemm. Kita balik nii" kata Luna mengganggu.
"Kalian selalu datang disaat saat kekgini. Gak asik ah!" kata Roy ngambek.
Gadis gadis itu tertawa.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang