"Mereka berdua akan kembali hari ini, sebaiknya kamu pergi ke bandara dan menjemput mereka."
Bianca berdiri dengan canggung didepan nenek dari tunangannya. Sejurus kemudian ia mengangguk.
"Baik nek. Aku akan kesana sekarang." Ujar Bianca menunduk hormat.
Baru saja Bianca akan berlalu dari ruangan megah nan elegan itu, Sophia datang mendekat dan memeluk hangat calon cucu menantunya.
"Selamat ulang tahun Bianca. Kini, semakin sempit waktumu untuk memilih siapa yang ingin kamu nikahi. Gerald atau Albert." Ujar Sophia dengan senyum lebar dipelukan Bianca.
Tubuh Bianca membeku mendengar kata 'memilih siapa yang akan kamu nikahi'
Demi Tuhan! Umurnya baru saja menginjak 17 tahun! Dan nenek tua yang sangat perfectionis ini selalu membahas hal ini setiap kali mereka bertemu. Inilah mengapa Bianca sangat tidak senang 2 tunangannya itu kembali ke New York.
Bianca bukan berasal dari keluarga kaya seperti Gerald dan Albert. Ia berasal dari keluarga sederhana cenderung berkekurangan. Tapi wajah cantik dan sikap sopannya menarik Sophia untuk menjodohkan Bianca dengan cucu-cucunya, walaupun usia nya waktu itu masih sangat belia.
Dengan menarik napas berat Bianca berjalan di kerumunan orang-orang yang menunggu teman atau kerabat mereka keluar dari pintu kedatangan luar negeri.
Dengan percaya diri ia mengangkat kertas yang bertuliskan. 'Gerald dan Albert. Germany. My Stupid fiance.'
Semua orang berbisik-bisik melirik kearah Bianca yang masih dengan santainya mengangkat kertas itu tinggi-tinggi.
Senyum sinisnya mengembang saat ia melihat 2 orang pria berjalan dengan menyeret koper mereka masing-masing. Pria yang satu terlihat mempesona dengan rambut brunnete yang seperti tidak pernah disentuh oleh sisir dan headphone tergantung di lehernya. Itulah Gerald.
Mata Bianca menyipit menatap Gerald.
Dan yang lain mempesona dengan kacamata yang membingkai matanya yang fokus pada novel tebal ditangan kanannya. Ekspresinya datar, tapi tetap membuat para gadis meneteskan air liurnya ketika pria itu melewati mereka. Albert dan segala pesonanya.
"Inikah caramu menyambut kami, baby girl?" Tanya Gerald berkacak pinggang dan berdecak membaca tulisan yang sekarang dipegang asal oleh Bianca.
"Kurasa tidak ada hal yang lebih baik dari ini untuk menyambut kalian." Balas Bianca sengit. Ia mendongak untuk membalas perkataan Gerald. Mereka berdua tumbuh tinggi selama 6 tahun ini. Dulu, tinggi mereka bertiga sama. Tapi sekarang Bianca bahkan hanya sebatas bahu mereka.
"Merindukan kami, sweetheart?" Sekarang Albert membuka suara. Dalam hati Bianca menggeram kesal. Suara mereka bertambah sexy dan dalam sekarang.
Bianca mendengus. "Bermimpilah, pangeran!" Ia berjalan menjauh dengan diikuti Gerald dan Albert di belakangnya.
Bianca kehabisan kata, ia benar-benar benci berada di tempat umum bersama pria-pria ini. Hampir setiap gadis yang mereka lewati di bandara ini berteriak dan melambaikan tangan kearah pria dibelakangnya. Padahal mereka bukan public figure.
Gerald si bodoh sok kegantengan itu membalas sapaan dan lambaian mereka. Sedangkan Albert diam dan hanyut dalam bacaannya. Bianca tersenyum manis. Ia menghentikan langkahnya sehingga sekarang ia berdiri di tengah Gerald dan Albert.
Dengan manjanya Bianca menggamit lengan Albert dan berteriak lantang. "Tunanganku baru saja kembali dari Jerman! Aku mencintaimu Albert!"
Suasana mendadak hening, Albert menatap Bianca penuh tanya sedangkan Gerald mendelik kesal.
"Hey! Aku juga tunanganmu!" Ia menggamit lengan Bianca. Sekarang mereka bertiga menjadi tontonan di tengah lobby bandara.
Bianca meneguk ludahnya susah payah. Niat awal hanya ingin mengerjai Gerald tapi malah terlanjur berantakan seperti ini.
"Tapi aku memilih Albert!"
"Kau bohong!"
"Tidak!"
"Ya! Kau bohong dasar pendek!"
Bianca menggeram. Ia tidak pendek. 165cm bukan termasuk dalam kategori 'pendek'. Baru saja ia akan kembali menyahut sampai Albert berdehem dan melepas pegangan Gerald pada lengan kanan Bianca.
Ia berdiri ditengah kedua orang yang sedari dulu tidak pernah akur jika bertemu itu dan menggamit lengan mereka.
"Kita berdua adalah tunangannya Gerald. Jangan khawatir bila ia mengatakan ia memilihku. Ia bohong.
"Ini belum saatnya ia memilih salah satu di antara kita. Masih ada 3 tahun lagi waktu untuk kita bersaing mendapatkan hatinya." Ujar Albert. Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah di ucapkan Albert selama Bianca mengenalnya.
Ia terpaku menatap dua pria tampan di sampingnya itu. Mimpi apa dia 7 tahun yang lalu bisa menjadi tunangan pria-pria ini?
Gerald yang manis tapi genit tingkat dewa. Keahliannya di bidang olahraga dan makan.
Albert yang pendiam, hobbynya hanya membaca buku. Keahliannya hampir sama dengan Gerald. Oh! Hal yang paling dikuasai Albert adalah bagaimana cara menghentikan perdebatan antara kakak kembarnya Gerald dan tunangan mereka Bianca. Dari dulu sampai sekarang. Albert bisa menghentikan perdebatan mereka bahkan dengan santainya. Seperti saat ini.
Satu hal yang Bianca sadari dari kedua tunangannya itu. Mereka bertambah tampan. Dan tingkah gadis-gadis yang mereka lewati tadi sudah menunjukan betapa mempesonanya kembar tampan itu. Tapi mengapa mereka masih bertahan dengan Bianca? Pasti masih banyak yang lebih cantik darinya kan?
Tanpa disadarinya, Albert sudah kembali ke sisi kiri Bianca. Ia berada ditengah mereka berdua lagi sekarang.
Gerald merangkul pundak gadis itu. "Ayo kita pulang dan menyapa nenek!"
Bianca tersenyum miris. Mulai hari ini, ia akan kembali ke rumah megah itu. Karena tunangannya juga sudah kembali.
Hari-harinya sebagai seorang 'putri' akan segera kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment
Romance".. Bianca Tennison. Dengarkan aku. Jangan pikirkan hal yang akan terjadi 3 tahun lagi. "Yang perlu kau lakukan hanya membuka hatimu untuk kami. Untukku dan Albert. Biarkan kami menunjukan siapa kami sebenarnya. Termasuk aku. Jangan jauhi aku lagi...