the heart want what it wants

182 21 3
                                    

Pada akhirnya, ia tidak bisa lagi mengelak. Ia merindukan mereka. Gerald dan Albert.

Tangannya bergetar saat ia memasukan semua pakaiannya ke dalam koper yang sama dengan yang di pakainya untuk membawa semua barangnya keluar dari rumah Nenek Sophia.

Memikirkan bahwa kurang dari 3 jam lagi ia akan kembali berada dirumah besar itu dengan keadaan yang berbeda, membuat Bianca meneguk ludahnya.

Pertunangan Gerald dan Albert.

Ia masih tidak bisa mempercayainya. Bianca melirik jari manis kirinya, ada bagian yang belang disana.

Bagian yang dulunya terisi oleh cincin yang Gerald dan Albert pasangkan.

Kedua tangannya pernah di genggam dan menggenggam tangan si kembar.

Tapi semuanya tidak akan lagi sama untuk kali ini, Bianca tidak lagi bisa menggenggam tangan mereka. Dan jari manisnya akan terus kosong.

Rasanya Bianca ingin pergi ke jurang dan menjatuhkan dirinya ke dalam jurang. Ia tidak akan kuat melihat kedua orang yang dicintainya bertunangan dengan orang lain.

Hatinya terluka.

Padahal, Bianca sadar betul ia juga sering menyakiti hati Gerald dan Albert.

"Kakak."

Bianca dengan segera menghapus air matanya dan tersenyum pada Josh. "Ada apa Josh?"

Pria muda itu berjalan mendekati kakaknya dan memeluknya dari samping. "Aku tahu apa yang terjadi." ia menarik napas.

"Aku tahu bahwa beasiswa yang Nenek Sophia berikan tidak gratis. Aku tahu bahwa kakak berada disana dan menjadi tunangan kak Ger dan Al untuk membayar beasiswa dan gaji papa di kebun anggur kan?"

Bianca menahan napasnya. Air matanya kembali meluruh. Adiknya mengetahui hal ini.

"Siapa yang memberitahumu?"

Josh tersenyum. "Aku tahu kak,"

"Kumohon, berhenti mengorbankan dirimu untuk keluarga kita. Kakak, papa sudah membeli tanah untuk bertani. Aku akan berhenti sekolah dan membantu papa. Kakak, kau tidak boleh berhenti sekolah. Kali ini biarkan aku yang berkorban."

Tangis Bianca pecah di pelukan sang adik. Adiknya masih berusia 12 tahun. Tapi pemikirannya begitu dewasa. Dibalik sikap menyebalkannya selama ini, ia menyayangi dan peduli akan Bianca.

"Maafkan aku, Josh. Tapi, aku yang akan terus berkorban untuk keluarga kita. Kau harus belajar dengan giat agar pengorbananku tidak sia-sia. Kau mengerti?" Bianca menghapus air mata adiknya dan mendorong bahu Josh keluar dari kamarnya.

"Tapi kak." elak Josh.

Tapi sayang, Bianca sudah lebih dulu menutup pintu kamarnya kencang. Bianca kembali menangis.

Tuhan.

Batinnya menjerit pada takdir yang menurutnya tidak adil.

Ia menginginkan Gerald dan Albert. Hatinya menginginkan apa yang di inginkannya.

                   -MOMENT-  

"Kalian akan bersekolah hari ini?" tanya Sophia menatap kedua cucunya bergantian.

Gerald hanya diam sambil memakan sarapanya. Begitupun dengan Albert yang tidak terlihat akan menjawab pertanyaan sang nenek.

Menghela napas. Sophia tahu keputusannya menyakiti hati kedua cucu kesayangannya. Tapi ia tidak memiliki pilihan lain.

Moment Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang