1st day

523 47 2
                                    

Pagi ini, Bianca sudah siap dengan dress off shoulder maroon yang di berikan Sophia padanya satu minggu lalu. Ini hari pertama si kembar sialan itu kembali kesini dan Bianca tidak mengerti kenapa ia harus berdandan yang cantik untuk acara penyambutan mereka?

"B. Kau sudah siap?"

Bianca memutar bola matanya malas. Itu Gerald. Berdiri di depan pintu kamar Bianca dengan setelan jas abu-abunya. Ia terlihat tampan, tapi sekali lagi. Bagi Bianca, wajah Gerald terlihat sangat menyebalkan.

"Ya. Mari kita turun dan pamerkan pada seluruh keluarga kalau pewaris Hudson's group sudah ada di New York." Ucap Bianca datar sambil memakai sepatu christian Louboutin setinggi 12cmnya.

"Ayo." Gerald mengulurkan tangannya ke arah Bianca. Gadis itu mendengus dan malah berjalan duluan di depan Gerald.

Gerald yang terlihat tidak mau ambil pusing pun hanya bergedik dan mengikuti langkah anggun Bianca dari belakang. Dalam hatinya, ia sangat bersyukur memiliki tunangan seperti Bianca.

Ia dan Albert kembali ke sini hanya untuk Bianca. Untuk memperebutkan hati gadis manis itu, sejurus Gerald mengingat percakapannya dengan Albert seminggu lalu, waktu dimana mereka memutuskan untuk kembali ke sini.

"Gerald." Tanpa permisi Albert datang dan duduk di hadapan Gerald yang sedang asik menyeruput kopinya.

Gerald berdehem sebagai jawaban, ia pikir pasti adik kembarnya datang menemuinya bukan untuk hal penting.

"Aku akan kembali ke New York." Ucap Albert lagi. Mata Gerald membelalak. Kembali ke New York katanya?

Sepertinya Gerald tahu kemana arah pembicaraan mereka kali ini. Tunangan mereka. Bianca Tennison.

"Apa ini soal Bianca?"

Albert mengangguk pasti. "Ya. Aku ingin kembali. Untuk mendapatkan hatinya."

Albert tahu ini egois. Tapi ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia merindukan gadis itu. Gadis yang selalu menempelinya waktu usia mereka 10 tahun, Albert yang masih kecil kala itu selalu berdengus malas kalau Bianca sudah berlari panik ke arahnya karena di usili oleh Gerald.

"Aku mencintainya, Gerald."

Gerald lagi-lagi di buat terpana oleh Albert. Dirinya pun mencintai Bianca. Dan apapun yang akan terjadi di akhir nanti. Gerald tahu, pasti salah satu dari antara dirinya dan Albert akan ada yang terluka.

Pada akhirnya Gerald menghela napas.

"Kau mau kembali, Al?

"Baiklah. Kita akan kembali. Saat ulang tahun Bianca."

**

"Ada apa denganmu Gerald? Kau melamun?" Sentak Sophia melihat wajah cucu sulungnya itu sendu. Gerald terkejut sesaat. Tapi kemudian ia tersenyum.

"Aku tidak apa-apa, Nek. Aku hanya masih~ sedikit jet lag mungkin." Ujar Gerald memberikan senyum terbaiknya pada sang Nenek.

Gerald menyapu pandangannya pada seluruh ruangan ini, ruang keluarga yang disulap neneknya menjadi ruang pesta penyambutan kepulangannya dan Albert. Ia menemukan apa yang dicarinya di sudut ruangan.

Bianca dan 2 orang sepupu yang paling di benci Gerald. Noela dan Syakira. Dulu, merekalah calon tunangan Gerald dan Albert. Tapi itu sebelum neneknya bertemu dengan Bianca.

Melihat wajah pucat Bianca yang pasti berusaha mati-matian ditutupi olehnya, Gerald mendengus. Ia bangkit berdiri dari sofa meninggalkan Albert yang terlihat bingung ditempat duduknya.

"Hei, baby girl. Sedang apa kamu disini?" Gerald memberikan tatapan sinisnya untuk Noela dan Syakira. "Bersama mereka?"

Bianca menunduk. Ia diam. Tidak berani membuka suara, karna dirinya pun bingung mau berkata apa.

Dan tanpa aba-aba Albert datang dan langsung menggandeng Bianca menjauh dari dua nenek lampir itu. Bianca nyaris menangis saat Albert membawanya ke taman belakang.

"Kalian berdua... mengganggu tunanganku lagi?" Ucap Gerald setelah ia kembali dari keterkejutannya akan tindakan tiba-tiba Albert.

Melihat wajah sangar Gerald, Noela dan Syakira terlihat gelisah. "Tidak! Kami hanya-"

"Kalian hanya melakukan kebiasaan kalian seperti 6 tahun lalu bukan? Mengingatkan dirinya bahwa seharusnya kalianlah tunanganku dan Albert sekarang." Gerald menggosok dagunya ala detektif-detektif terkenal di Texas.

Wajah Noela dan Syakira semakin memucat. Gerald mendengus malas menatap keduanya.

"Kuperingatkan sekali lagi. Aku tidak tahu apa yang kalian katakan padanya selama kami tidak disini. Tapi sekarang, kami sudah disini. Jangan harap bisa menyakiti fisik ataupun hatinya lagi. Kalian mengerti?!" Bentak Gerald dengan suara kecil mengingat seluruh keluarga sedang berkumpul ditempat itu.

"I-iya, Gerald." Setelah mengatakan itu Noela dan Syakira pergi menjauh dari Gerald yang amarahnya sedang meluap-luap.

Dengan hatinya yang masih panas melihat tunangannya di desak oleh sepupu jauhnya tadi, Gerald berjalan menuju Taman belakang. Tempat Albert membawa Bianca tadi.

"Hiks.... Apa salahku, Al?"

Gerald menghentikan langkahnya dibelakang tembok pembatas Taman belakang dengan rumah. Sayup-sayup ia mendengar isak tangis Bianca.

"Mereka selalu melakukan ini padaku. Kenapa mereka seperti itu?" Ucapnya lagi.

Hati Albert dan Gerald seperti di remas melihat pujaan hatinya menangis pilu seperti ini. Dan bodohnya, mereka tidak bisa melakukan apa-apa.

Yang bisa dilakukan Albert hanya memberikan Bianca pelukan dan kata-kata penenang. Dan Gerald?

Ia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya di saat-saat seperti ini, ia mengintip sedikit dan melihat Bianca memeluk Albert erat.

Wajah dan matanya semakin sayu. Ia berpikir apa Bianca membencinya? Bahkan untuk menggandengnya saja gadis itu tidak mau. Tapi ia dengan senang hati memeluk Albert seerat itu.

Apa aku masih bisa mengejar dirimu yang sudah berlari terlalu jauh dariku, baby girl?

Moment Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang