Bianca memutar bolpen ditangannya perlahan sambil menatap seorang wanita gemuk berdiri di depan kelas sambil mengoceh tentang geografi yang sudah di pelajarinya saat usia 15 tahun.
Bianca bukan merasa bosan, ia sangat mencintai geografi. Tapi hal yang tidak membuatnya nyaman adalah Gerald menatapnya terus menerus. Bahkan setelah di tegur oleh Mrs. Charlotte, dia malah semakin merapatkan meja dan bangkunya ke arah Bianca. Dan itu sangat menyebalkan.
"Albert, kembaranmu benar-benar idiot." Bisik Bianca pelan ke arah Albert yang terlihat tenang dengan buku di tangannya. Bianca menghela napas, Albert tidak menjawab. Ia memasang earphone di telinganya. Dan itu juga berarti Albert tidak memperhatikan Mrs. Charlotte sedari tadi.
Bianca menghela napas, ia memalingkan wajahnya ke arah Gerald yang tersenyum begitu manis sampai Bianca ingin muntah melihatnya.
"Diam dan perhatikan Mrs. Charlotte, Gerald."
"Tidak. Aku dan Albert sudah menguasai materi ini sejak di Middle school."
"Tapi perbuatanmu membuatku tidak nyaman!" Seru Bianca kesal. Satu kelas menatap ke arah Bianca dengan pandangan penuh tanya. Bianca menundukan kepalanya dalam-dalam. Mengutuk kelakuan Gerald yang sangat memuakkan baginya.
Krrriiiiiinnggg!
Bel tanda berakhirnya pelajaran Geografi itu bertandang di seluruh penjuru kelas. Reaksi para murid pun berbeda-beda, ada yang menguap dan langsung menjatuhkan kepalanya ke atas meja saat Mrs. Charlotte melangkah keluar kelas, ada juga yang mendesah tidak rela, dan ada juga yang dengan semangat membereskan barang-barangnya untuk menuju ke kelas selanjutnya, seperti Bianca.
"Semangat sekali. Kelas apa setelah ini, Bianca?" Tanya Gerald sambil terkekeh melihat betapa semangatnya Bianca.
"Aku ada kelas bahasa Jerman. Kalian pergilah ke kelas kalian. Aku duluan!" Baru saja Bianca melangkahkan kaki kanannya, tangannya lebih dulu di cekal oleh Gerald.
"Kami ikut denganmu. Karna, nenek pasti sudah bilang kan kalau kita akan selalu sekelas sekarang." Gerald melirik Albert yang masih dengan santainya membaca buku yang terlihat sangat membosankan bagi seorang Gerald.
Bianca mulai menggigit bibir bawahnya. Otaknya berputar keras mencari alasan untuk menjauh dari Gerald sebentar saja.
"Kalian kan sudah lancar berbahasa Jerman, jadi lebih baik kalian bolos saja." Ujar Bianca gelagapan.
Gerald menaikan sebelah alisnya. Ia melepaskan tangan Bianca dan berjalan ke arah Albert. "Al!" Panggil Gerald dengan senyum jahil.
"Apa?" Jawab Albert melepas sebelah earphonenya dan menatap Gerald santai.
"Sie sagte, dass wir gute Notwasserung die nächste Klasse." Ujar Gerald dengan logat Jerman yang fasih.
Albert menutup bukunya dan beralih menatap Bianca yang masih berdiri di tempat yang sama seperti tadi. Tidak ada senyum atau ekspresi di wajah Albert.
"Oh, wirklich? Das war gut, aber Oma wird böse sein wenn wir Notwasserung." Albert memakai tasnya dan berjalan mendekati Bianca dengan Gerald yang tertawa lepas di belakangnya.
Wajah Bianca memerah. Untung saja nenek Sophia pernah memperingatkannya soal keusilan kembar beda sifat ini, mereka tahu Bianca tidak fasih bahasa Jerman karna itu mereka berbicara dengan bahasa itu satu sama lain. Tapi, itu adalah Bianca yang dulu.
"Hören Sie nicht auf ihn. Gehen Sie lassen Sie uns, Albert. Wir müssen sich beeilen, oder wir werden spät." Ujar Bianca yang seketika membuat Gerald berhenti tertawa. Kini Albert sudah berjalan berdampingan dengan Bianca meninggalkan Gerald yang masih terpaku pada keterkejutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment
Roman d'amour".. Bianca Tennison. Dengarkan aku. Jangan pikirkan hal yang akan terjadi 3 tahun lagi. "Yang perlu kau lakukan hanya membuka hatimu untuk kami. Untukku dan Albert. Biarkan kami menunjukan siapa kami sebenarnya. Termasuk aku. Jangan jauhi aku lagi...