When i looked at you, my whole world stopped just to see how beautiful you are.
~twins~
Pagi yang cerah, cuacanya bagus dan sangat mendukung untuk kembali tidur. Itulah yang Gerald pikirkan ketika ia membuka sedikit matanya dan menatap langsung jendela besar yang terbuka didepan wajahnya. Pasti Bianca.
Ya, gadis itu bangun pagi-pagi sekali. Bahkan sebelum matahari menampakkan dirinya ke permukaan. Ia bersenandung dan memasuki kamar Gerald dan Albert bergantian hanya untuk membuka tirai jendela dan melihat wajah tertidur mereka. Bianca sangat suka hal-hal baru yang dilakukannya sekarang. Ia merasa seperti seorang ibu dengan dua anak kembar yang tampan.
Setelah membuka jendela di kamar kedua pria itu Bianca bergerak ke dapur dan melihat apa kiranya bahan makanan yang akan ia olah pagi ini. Bibirnya mengerucut sedangkan tangannya menyilang. Ia benar-benar memperhatikan setiap sayur dan daging yang ada di dalam kulkas.
"Apa aku harus masak omelet?" gumamnya. "Ah tidak, Albert sudah terlalu banyak makan telur." ia ingat betul kemarin Albert sudah memakan 4 butir telur yang di masak, err.. Entah apa karena bentuk dan warnanya tidak jelas tapi Gerald bilang telur itu cukup enak. Bianca tidak mau ambil resiko untuk mencobanya dan berujung merasakan sesuatu yang menyeramkan.
Akhirnya Bianca memilih untuk mengambil beberapa brokoli, wortel, dan daging sapi cincang. Ia akan membuat sup krim dengan taburan daging agar lebih mengeyangkan mengingat porsi makan Gerald.
Kedua tangan mungilnya dengan cekatan mengupas dan memotong sayuran-sayuran itu kemudian memblendernya bersamaan. Ia tahu, Gerald pasti mati-matian akan menolak untuk memakan sup sayuran ini tapi bukan Bianca namanya kalau ia akan diam saja melihat orang yang tidak mau memakan masakannya.
"Ya Tuhan!" pekik Bianca tatkala sepasang tangan melingkar manis di perutnya. Bianca menoleh ke belakang untuk melihat siapa orang itu dan ia langsung mengangkat tangannya dan memukul Gerald dengan spatula ditangannya. "Kau membuatku kaget, anak nakal."
"Selamat pagi." ujar Gerald dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.
"Pagi. Duduklah disana, nanti kubuatkan coklat panas untukmu." ujar Bianca menunjuk meja makan.
Gerald mencium kilat pipi kiri Bianca. "Kau yang terbaik."
Bianca tersenyum manis.
Tak lama kemudian Albert memasuki dapur dengan piyama sifon berwarna hitam polosnya. Rambutnya yang biasa rapi terlihat acak-acakan dan kacamata nya agak turun. Ia menghampiri Bianca dan mencium pipi kanannya. "Pagi."
"Pagi juga, Al. Duduklah bersama Gerald akan kubawakan teh nanti." ujarnya sedikit mendorong bahu Albert yang lebar.
"Hey, apa tidak masalah kalau kalian tidak sekolah?" tanya Bianca saat ia sedang mengatur makanan di meja. Bianca melupakan fakta bahwa mereka masih berstatus pelajar dan apa yang mereka lakukan disini sekarang? Menjadi buronan Neneknya sendiri.
"Tidak, sekarang kan musim panas. Itu artinya kita sedang libur. Sangat menyenangkan." jawab Gerald penuh semangat.
"Ya, kita akan masuk bulan depan. Atau bahkan.. Tidak perlu kembali." suara Albert kian mengecil di akhir kalimat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moment
Romantizm".. Bianca Tennison. Dengarkan aku. Jangan pikirkan hal yang akan terjadi 3 tahun lagi. "Yang perlu kau lakukan hanya membuka hatimu untuk kami. Untukku dan Albert. Biarkan kami menunjukan siapa kami sebenarnya. Termasuk aku. Jangan jauhi aku lagi...