"Tunggu!"
Semua mata langsung menatap satu titik. Seorang wanita yang terlihat anggun dalam balutan dress panjang berwarna merah dengan selendang berwarna senada dibahunya. Sophia.
"Bukankah lebih baik kalau kita sedikit berbasa-basi? Seperti, perkenalan keluarga?" Sophia bergerak maju, menaiki podium dan mengambil alih mikropon dari tangan MC.
Senyum kemenangan bertengger di wajahnya yang mulai keriput. "Kukira, kita semua tahu keluarga terpandang McKenzie." ia menarik napas. "Inilah, Shanon dan Megan McKenzie!"
Riuh tepuk tangan terdengar dari seluruh penjuru ruangan, beberapa dari mereka berbisik betapa cantiknya kedua gadis itu. Yang lain berbisik bahwa Bianca jauh lebih cantik dari mereka.
Setelah puas, Sophia mengembalikan mikropon ditangannya kepada pembawa acara agar ia melanjutkan acara selanjutnya.
"Baik! Saya turut berbahagia bagi kalian." sang MC melirik Gerald dan Albert yang berdiri dengan canggung.
"Mari kita lanjutkan acara tukar cincinnya!" riuh tepuk tangan kembali terdengar.
Si MC berbadan agak besar itu mengatakan bahwa Gerald dan Shanon yang akan bertukar cincin lebih dulu. Keduanya maju, Shanon mencoba menggandeng tangan Gerald tapi sayang seribu sayang. Gerald menepisnya.
"Jangan sentuh." ucap Gerald dingin.
"Tuan muda Gerald dipersilahkan memasangkan cincin untuk Nona Shanon."
Dengan satu gerakan cepat, Gerald mengambil cincin dan langsung memasangnya di jari Shanon tanpa basa basi.
Dan tiba pula giliran Shanon memasangkan cincin untuk Gerald. Dahinya mengernyit melihat masih ada cincin yang melingkar di jari manis Gerald. Ia mencoba melepas cincin itu, tapi Gerald kembali menepis tangannya.
"Wah, aku lupa. Masih ada cincin yang begitu indah ini dijariku. Kau juga, Albert?" tanya Gerald.
Albert mengangkat jarinya. "Aku juga."
Semua keriuhan itu tiba-tiba berubah menjadi hening. Sophia mengepalkan tangannya. Mereka akan berulah lagi, pikirnya.
Albert maju, menghampiri Gerald yang sudah hampir tidak bisa menahan tawanya. "Bagaimana ini?"
Keduanya sempat beradu tatap beberapa lama dengan Sophia, tapi mereka berdua segera memalingkan wajahnya.
"Gerald. Aku menghawatirkan Bianca." kata Albert.
Gerald mendengus. "Aku juga. Nenek sihir itu bisa saja melakukan sesuatu jika kita teruskan lelucon ini."
"Baik. Mari kita akhiri." Albert menepuk bahu Gerald dan kembali ke tempatnya.
"Biarkan saya bicara sebentar." Gerald menarik napas. "Ini adalah cincin yang disiapkan mendiang orang tua kami untuk saya dan Albert, oleh sebab itu saya lebih memilih mengenakan cincin ini daripada cincin pertunangan. Mohon maaf jika ini menganggu, tapi biar cincin pertunangan ini saya pakai sebagai liontin kalung." lanjutnya.
Sophia mengurut dahinya lelah. Tiba-tiba kepalanya berdenyut melihat tingkah kedua anak itu. Kalau tidak membuatnya sakit kepala, mereka belum puas.
Hal yang sama terjadi pada Albert. Ia memasangkan cincin berkilau itu di jemari Megan, tapi pikirannya melayang pada keadaan Bianca yang sedang sakit dikamarnya. Rasanya ia tidak bisa tenang, hatinya terus gelisah.
Berulang kali ia melihat jam yang melingkar Indah di pergelangan tangannya, berharap acara tidak jelas itu cepat selesai. Setelah bersalaman dengan beberapa tamu yang ingin secara langsung mengucapkan selamat pada Gerald dan Albert, mereka pergi sedikit menjauh dari kerumunan dan hingar bingar tempat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moment
Romans".. Bianca Tennison. Dengarkan aku. Jangan pikirkan hal yang akan terjadi 3 tahun lagi. "Yang perlu kau lakukan hanya membuka hatimu untuk kami. Untukku dan Albert. Biarkan kami menunjukan siapa kami sebenarnya. Termasuk aku. Jangan jauhi aku lagi...